9

2.4K 265 70
                                        

Hi, pemirsa yang masih setia

Selamat malam!

Terimakasih sudah mendukung cerita-cerita aku. Tadinya ini mau ku hapus, tapi karena masih banyak yang mau lanjut. Maka ku lanjut

Selalu jaga kesehatan ya, aku juga deg-degan nunggu hasil nih. Semoga aja hasilnya negatif...

Warning: Typo, gaje, rancu,

Note: Mohon bijaksana dalam membaca ya. Terutama adek-adek, bukan karya ini aja yang lain juga.

Maaf ya kalo garing!


HAPPY READING

Sorak sorai memenuhi aula pesta ketika Raja Fugaku bersama keluarga memasuki area. Melihat buntalan kecil dalam gendongannya, semua orang semakin riuh oleh siulan kebahagiaan.

"Terimakasih untuk kalian semua, keluarga kerajaan sedang berbahagia dengan kelahiran pangeran baru."

Ruangan hening dan hanya diisi suara Fugaku.

Mikoto membantu membuka kain yang melekat pada Noktis. Kemudian Fugaku mengangkatnya tinggi-tinggi. Memperlihatkan jenis kelamin cucunya ke semua pasang mata.

"Perkenalkan, Pengeran Noctis, Uchiha Noctis!" Fugaku berujar tegas dan bangga.

Noctis mengerjapkan mata tidak nyaman. Kaki mungilnya menendang udara. Rengekan kecilnya belum membuat Fugaku kembali memeluknya dalam gendongan.

"Anjim! Populasi vampire nambah." Celetuk Sasori di keheningan ruangan yang hanya diperuntukan Untuk Fugaku dan Noctis.

Seketika semua orang memandang ke penghuni rambut merah.

"Ya. Ada masalah dengan itu, Akasuna?" Fugaku berkata dingin.

"Tidak, Yang Mulia." Sasori membalas cuek. Seolah tadi ia tidak melakukan kesalahan sama sekali.

Dalam diam, Naruto merangkul Sasori. Niat hati memberikan hiburan, Sasori balas menatapnya jengkel. Mau tidak mau, senyum lima jari Naruto terbit untuk meledek kekalahan Sasori.

"Bajingan!" Umpat Sasori pelan.
.
.
.
.
.
"Darah saja tidak cukup. Aku perlu energi." Sakura melepaskan leher Sasuke dengan lemas.

"Setelah pulih, kita akan berburu di hutan."

"Aku ingin manusia."

Sasuke membawa Sakura untuk semakin erat dalam pelukannya. Mengerti, selapar apa keadaan istrinya saat ini. Tapi Sakura telah mampu melewati selama sembilan bulan. Seharusnya sudah terbiasa.

Sakura merengek. Tubuhnya lemas luar biasa. Airmatanya mengalir perlahan.

"Manja sekali sih yang sudah jadi mama." Sasuke mencium hidung mungil istrinya. Mengusap tengkuk dan punggung untuk meredakan kesakitan.

"Kau tidak mengerti!" Sakura semakin erat memeluk Sasuke.

"Aku mengerti, Sayang. Hanya saja, ini kesempatan untuk melatih pengendalian diri."

Sakura memukul punggung Sasuke gemas. "Sedikit saja, pelit banget sih. Aku sudah capek sejak tadi. Siapa yang minta aku hamil?"

Kalau sudah begini, logikanya Sasuke kalah. Tapi bukan Sasuke namanya jika tidak bisa menenangkan Sakura.

"Nih, gigit lagi. Atau kau sudah kuat bercinta?" Sasuke menyeringai.

Sakura menjambak rambut suaminya dari belakang. "Suami tidak pengertian. Kamu pikir lubangku tidak sakit saat Noctis lewat. Harusnya burungmu tadi gak usah sembuh." Omel Sakura.

CASTLE OF THE DARKNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang