46

528 39 0
                                    

Sasuke sampai dikonoha, dengan menggendong sarada ditangan kanannya.

Sasuke bingung akan pergi kemana, karena tempat ia pulang hanyalah Sakura, sementara bunganya kini telah jauh darinya.

Ia berpikir lagi tentang yang dibicarakan karin padanya tentang ibu mertuanya yang ada dikonoha.

Sasuke sangat ragu dengan itu, karena ia memiliki rasa malu dan rasa takut pada orang tua Sakura. Bagaimana mungkin ia pulang hanya berdua bersama cucunya tanpa membawa anak kandungnya yang kini sedang kritis , dan bagaimana mungkin mereka bisa memaafkannya saat mereka mengetahui menantunya pernah mencoba membunuh anaknya.

Dengan ragu Sasuke mengetuk pintu rumah Sakura yang sedari dulu tak pernah berpindah tempat.

Ia mengetuk pintu coklat itu tiga kali, dirasa tak ada yang menyaut, Sasuke mencoba membuka kenop pintu, namun sebelum pintunya ia buka, seseorang telah membukanya lebih dulu dari dalam.

"Wahhhh nak Sasuke, dan.. Oh cucuku! " Seru wanita bersurai cokelat kekuningan yang berstatus sebagai ibu mertuannya saat ini.

"Silahkan masuk" Mebuki sangatlah antusias mempersilahkan menantunya masuk kerumahnya.

"Maaf yah, mungkin tadi agak lama membukakan pintu, kami sedang beres beres untuk kepindahan kami" Ucap mebuki dengan tampang tak enaknya.

"Aah tak apa bibi" Ucap Sasuke menundukan kepalanya, ia masih takut menatap ibu mertuannya.

"Apa apaan kau, harusnya panggil aku ibu, Sasuke" Mebuki menegur halus menantunya itu.

"Ma-maaf ibu" Ucap Sasuke lirih.

"Ah ngomong ngomong dimana putriku? " Ini yang Sasuke takutkan, disaat ibu mertuanya menanyakan Sakuranya.

Sasuke mulai berkeringat dingin, ia bingung harus menjawab apa, sementara ibu mertuanya menggendong Sarada dan menatap Sasuke dengan kebingungan.

Sasuke tak tahan dengan situasi seperti ini, ia mulai merendahkan tubuhnya dan bersyujud dihadapan mebuki.

"Ibu maafkan aku, Sakura tak bisa ikut pulang, karena dia... Dia sedang kritis dan koma" Ucapnya sambil menangis.

Mebuki terkejut dengan hal itu namun beberapa saat ia tersenyum dan mengelus punggung Sasuke.

Tak mereka sadari, Haruno kizashi menyaksikan mereka dari balik pintu, ayah Sakura yang sedari tadi menguping pembicaraan Sasuke pun keluar dari kamarnya.

"Ahhaahah.. Sasuke, jangan bersujud di depan ibumu, kau sama sekali tak salah, Sakura pasti kuat menjalani takdirnya, kau hanya perlu bersabar" Ucapnya mengampiri kedua orang tersebut.

Sasuke terkejut dengan adanya kizashi yang datang tiba tiba, ia takut jika mereka marah padanya.

"Berdirilah Sasuke, kau ini... Jika Sakura disini pasti dia akan meledekmu" Gurau Kizashi padanya.

Ia sadar jika semua Haruno adalah orang yang kuat, kuat menghadapi cobaan yang sulit, contohnya saat ia meninggalkan Sakuranya dulu, ia tak bisa membayangkan betapa sulitnya Sakura saat itu.

Kini mereka berempat duduk diruang tengah sambil mengobrol.

"Dulu saat sakura berumur lima belas tahun, dia sudah bekerja dirumah sakit Konoha, tentu saja aku bangga, dia selalu menabung uang misinya, lalu dia membelikan kami sebuah rumah di wilayah selatan. Kini rumah itu telah selesai dibangun, dan kita akan pindah dua hari kedepan" Ucap Mebuki menjelaskan apa yang tadi sempat membuat Sasuke bingung.

"Dulu Sakura pernah berpesan jika rumah ini akan ditempatinya jika sudah dewasa, dan kami menurutinya, kemungkinan rumah ini akan kosong selama Sakura belum kembali" Ucapnya lagi.

"Bagaimana Sasuke? Apakah kau mau ikut kami pindah atau tetap disini? " Tanya Mebuki.

"Aku cukup disini saja ibu, aku sanggup menghidupi Sarada disini, setidaknya ia akan tinggal dirumah ibunya" Jawabnya singkat.

"Baiklah kalau itu maumu, tolong jaga Sarada ya, dan oh ya kamar Sakura ada dilantai atas, sepertinya Sarada lelah, biarkan dia tidur dikamar Sakura" Sasuke mengambil Sarada dari gendongan Mebuki lalu beranjak kekamar Sakuranya.

Ia membuka sebuah ruangan yang diyakini kamar Sakura dulu.

Kamar ini yang dimaksud

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamar ini yang dimaksud.

Matanya menyusuri tiap sudut ruangan. Kamar itu tak begitu besar, namun terlihat nyaman.

Bau ciri khas Sakura tak tercium sekalipin disana, mengingat sang pemilik kamar tak lagi menggunakan kamar itu.

Sasuke membaringkan Sarada diranjang itu, sementara ia meletakan jubah hitamnya ke meja coklat didekatnya.

Ia membuka jendela kamar tersebut yang langsung memperlihatkan bulan sabit yang sangat terang.

Ia duduk ditepi ranjang tersebut, dan ia merenungkan lagi kesalahan kesalahannya dimasa lalu dan penyesalan yang membekas sampai saat ini.

Ia bingung apa yang nanti akan ia katakan pada anaknya kelak, saat ia mencoba membunuh... Ah sudahlah Sasuke sunggul lelah dengan pemikiran itu.

Ia mendoleh ke arah meja kecil disebelah ranjang itu, memperlihatkan bingkai kecil yang terbaik kesisi bawah, mengakibatkan gambar yang ada di bingkai itu tak terlihat.

Sasuke menyentuh bingkai itu. Berdebu, itu yang dirasakan Sasuke saat menyentuhnya. Ia melihat ke sisi foto itu, seketika air matanya jatuh lagi. Foto pertama tim tujuh dan juga foto pertamanya bersama Sakura.

Sungguh entah senang atau sedih yang ia rasakan saat menyentuh foto itu. Jika diingat ingat Sasuke tak pernah mengabadikan foto berdua dengan Sakura, saat pernikahan mereka pun, Sakura menjalani koma yang sangat panjang, nembuat Sasuke terpuruk. Namun ia bersyukur, saat ia menemukan foto ini, dimana ada Sakura bersamanya difoto itu, namun ia juga agak kesal karena pose yang ia berikan adalah pose yang buruk.

SasusakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang