50

575 35 3
                                    

Sarada berjalan diderasnya hujan, ia tak mengerti lagi cara untuk bertemu dengan ibu kandungnya, ia sungguh membenci situasi ini.

"Papa pulang.." Ucap Sasuke saat pulang dari misinya.

"Sarada!?" Panggil Sasuke pada putrinya.

Ia mencari putrinya keseluruhan rumah namun ia tak dapat menemukannya.

"Sarada.. " Gumam Sasuke saat melihat tubuh basah Sarada yang meringkuk dibawah meja makan.

"Pa..pa.. " Ucap Sarada lirih.

"ADA APA DENGANMU SARADA!" Sasuke panik saat mengecek suhu tubuh Sarada yang sangat tinggi.

"Aku ingin dikepang oleh mama, aku ingin memakan masakan mama, apa aku bisa mendapatkannya?" Sarada mengigau dipelukan Sasuke, membuat Sasuke sangat panik.

Ia membuka portal dimensinya menuju rumah sakit.

"Shizune!" Seru Sasuke saat ber pas-pasan dengan Shizune di Koridor rumah sakit.

"Ada apa dengannya, bukanya dia habis dari rumah sakit!" Ucapan Shizune membuat Sasuke bingung sekaligus panik.

"Oh ya tuhan.. " Omel Shizune sambil menggendong Sarada.

Kacau. Itulah yang dirasakan Sasuke sekarang, ia jadi mengingat seseorang yang sekarang jauh darinya. Ia tak mau kehilangan siapapun lagi, ia sungguh takut.

"Sarada, Sakura kumohon jangan tinggalkan aku" Gumamnya sambil berdoa.

Tetes demi tetes air keluar dari mata Sasuke yang sedang menunggu Sarada diluar ruangan.

Cklek...

Berberapa menit ia menunggu, akhirnya pintu itu terbuka.

"Bagaimana keadaanya!?" Sasuke bertanya disela nafasnya yang berantakan.

"Dia hanya demam, namun demamnya tergolong parah" Oh kamisama apa lagi yang harus dihadapi Sasuke kali ini, istri dan putrinya adalah emas baginya yang harus ia lindungi tapi sekarang keadaanya malah berbalik.

"Lalu apa yang harus aku lakukan?..." Tanyanya lemah, sungguh Sasuke saat ini bukan seseorang yang angkuh lagi.

"Tenang saja, Sarada ditangani olehku, aku akan berjanji akan menyelamatkannya" Ucap Sizhune sambil menenangkan Sasuke.

Sasuke menunggu Sarada yang masih terbaring diranjang rumah sakit.

Ia duduk termenung disebelah Sarada sambil memikirkan kedua orang yang sangat ia cintai, entah mengapa ia merasa ada yang hilang didalam hatinya.

Padahal ia sudah terbiasa tanpa Sakura sejak kecil, namun entah mengapa sekarang ia merasakan betapa sakitnya saat Sakuranya jauh darinya.

"Papa" Panggil Sarada dengan suara seraknya.

Sasuke terperanjat kaget saat mendengar suara Sarada "Hey, kenapa bangun?" Tanyanya dengan lembut.

"Aku ingin bertemu mama" Suaranya serak, matanya terbendung air, membuat Sasuke tambah merasa bersalah.

"Sarada, disana mama sama sepertimu saat ini, mama sedang berjuang melawan sakitnya, agar saat sembuh bisa bermain denganmu" Jawab Sasuke lembut sambil mengelus surai putrinya.

"Tapi apa salahnya membesuknya, ayah selalu mengajakku membesuk Boruto saat dia sakit, bahkan menghiburnya, tapi kenapa aku tak boleh melakukan itu semua pada mama?" Sasuke tak bisa berkata kata lagi, dia benar benar bingung akan menjawab apa.

Tok tok tok...

Kedu uchiha itu menoleh kearah pintu yang diketuk.

Cklek...

Tak menunggu lama, pintu itu terbuka. Terdapat Naruto dan Hinata.

"Wah, Sarada chan" Sapa Naruto dengan senyum lebarnya.

"Paman Naruto" Seru Sarada membalas senyuman Naruto.

"Ada apa" Tanya Sasuke dingin.

"Apa maksudmu, aku ini membesuk Sarada" Jawab Naruto sambil menjulurkan lidahnya pada Sasuke.

"Boruto mana?" Tanya Sarada sambil menoleh kesana kemari mencari teman seperjuangannya.

"Ahh, dia sedang membeli burger dikantin, tunggu saja, nanti dia ke sini kok" Ucap Naruto santai.

"Maksudku kenapa kau bisa tahu keberadaanku dan Sarada" Ucap Sasuke membalas ucapan Naruto yang tadi.

"Aku menemani Hinata mengecek kandungannya dan tak sengaja berpapasan dengan Shizune san, dan dia memberi tahuku tentang keberadaanmu" Jawab Naruto.

"Tunggu...kandungan?, kau akan punya anak lagi?" Tanya Sasuke tak percaya.

"Ah ya, Boruto memintaku untuk membuatkan adik, jadi kuturuti saja" Dengan watadosnya (wajah tanpa dosa) , Naruto membicarakan hal sensitif didepan Sarada.

"Boruto akan punya adik?" Celetuk Sarada, membuat wajah Naruto ketakutan, karena Sasuke men Deathgler nya.

"Aah.. Iya, Sa-Sarada.." Jawab Naruto ketakutan.

"Papa, aku ingin adik juga" Sarada menarik baju lengan kiri Sasuke yang kosong itu.

"Sarada, Papa tidak bisa membuat adik" Wajah Sarada terlihat kecewa saat mendengar jawaban Sasuke.

"Tapi kenapa Papa bisa membuat ku!" Pertanyaan polos Sarada membuat Naruto tertawa geli.

"Mungkin Papamu lupa cara membuatnya?" Ucap Naruto.

"Diam kau" Sasuke mengumpati Naruto yang cengengesan dari tadi.

"Dengar, Boruto bisa mempunyai adik karena Bibi Hinata, dan Papa bisa memilikimu karena mamamu, tentu saja papa tak lupa cara membuatmu" Pipi Naruto dan Hinata memerah saat mendengar jawaban vulgar Sasuke barusan.

"Rasakan itu" Dalam hati Sasuke puas saat melihat Naruto bungkam seketika.

"Te-teme gila, bahkan ia akan menceritakan kegiatan panasnya dengan Sakura chan?!" Ucap Naruto dalam hati.

"Kalau begitu ayo menemui mama!" Tuntutan Sarada membuat Sasuke makin pusing.

"Sarada, Papa lelah, bisakah Papa istirahat?" Ucapnya dengan wajah lelahnya, tak bohong jika ia mengatakan itu pada Sarada, ia benar benar lelah saat ini.

"Hn" Ucapnya dengan nada merajuk.

"Hey, jangan begitu, Sarada, Papamu itu memang lelah mungkin, bagaimana jika kau bermain dengan paman saja? " Tawar Naruto membuat Sarada kembali memasang senyumnya.

SasusakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang