Step 7: Awas Ada Saingan

309 53 20
                                    

Ada dua hal yang sangat Rama sukai di dunia ini, yang pertama ayam goreng krispi dan kedua play station. Kalau dia sudah duduk di depan plasma dengan joy stick berikut satu mangkuk besar berisi ayam goreng, sudah dapat dipastikan kalau Rama bakal betah bahkan sampai maghrib berganti isya. Ya, secinta itu Rama dengan permainannya.

Tapi rupanya hari ini ada hal lain lagi yang Rama sukai. Satu hal yang sepertinya bakal menambah daftar hal-hal yang paling disukainya di dunia ini. Ya jelas, nggak lain dan nggak bukan, senyum manis Kintan.

Rama nggak pernah menganggap Kintan dengan serius sebelumnya. Ya dia memang sedang mendekati Kintan, tapi itu juga cuma atas permintaan ibunya. Rama jelas mengakui kalau perempuan itu cantik, cuma orang yang nggak punya otak saja yang bilang Kintan jelek. Dan sumpah, Rama juga merutuk pada jajaran mantan-mantan Kintan karena pertama, sudah menyia-nyiakan gadis secantik itu dan kedua, hei, kalau cowok-cowok brengsek itu nggak putus dengan Kintan, Rama nggak akan dapat tantangan aneh-aneh begini dari ibunya.

Tapi mungkin baru kali ini Rama mensyukuri tantangan nyeleneh itu. Karena mungkin kalau bukan karena hal itu, ia nggak akan diberi kesempatan untuk melihat senyum manis yang aduhai itu dan juga lambaian tangannya.

"Hai, Ram!"

Fix, mulai hari ini Rama akan serius mendekati Kintan!

"Ha-hai, Kin."

"Maaf ya nunggu lama."

"Santai. Langsung jalan?"

Mendapat anggukan dari Kintan, Rama segera berlari menuju mobilnya. Membukakan Kintan pintu di sebelah kemudi dan ketika Kintan hendak masuk, Rama melindungi kepala Kintan dengan telapak tangannya supaya nggak terantuk atap mobil. Uh, sudah gantleman kayak aktor-aktor di drama korea belum dia?

Dan saking semangatnya berlari memutari mobil supaya segera menyusul Kintan masuk lewat pintu yang lain, sial seribu sial, Rama tak sengaja tersandung pembatas parkir di basement itu.

Duak!

Dagunya terantuk dengan keras lantai beton basement. Juga perutnya yang jatuh lebih dulu itu, ah sial, Rama sampai kesusahan bernafas. Kaki kirinya masih tersangkut oleh pembatas parkir.

Seolah melupakan rasa sakit luar biasa yang menderanya, wajahnya langsung berubah kemerahan saat melihat Kintan yang buru-buru keluar dari mobil dan berjongkok di sampingnya.

"Rama! Nggak papa?!"

Astaga, malu, bro!

Kenapa sih dia selalu tersungkur di depan Kintan? Ya Allah, Tuhan, dosa apa yang pernah Rama lakukan sampai-sampai mau berlagak keren dan gantle di depan Kintan saja gagal melulu.

"Yuk, berdiri. Aku bantu."

Sungguh, rasanya Rama sudah nggak punya muka lagi di depan Kintan. Harusnya dia bermuka dua aja biar kalau sedang malu begini, Rama bisa pakai muka dia yang satunya lagi. Aish!

"Kok bisa sih, Ram?" ujar Kintan sambil merangkul Rama. Tangan kanannya memegang lengan kanan Rama yang merangkul leher Kintan lalu tangan kirinya melingkari pinggang Rama. Kenapa skinship yang seharusnya mendebarkan malah jadi mempermalukan Rama begini sih?

Kintan yang berhasil membawa Rama ke dalam mobil, mendudukan pria itu di kursi sebelah kemudi yang sebelumnya perempuan itu duduki. Sedangkan Kintan sendiri langsung bergegas menuju ke pintu mobil sebelahnya.

Tuh kan, Kintan saja bisa sampai dengan selamat. Kenapa tadi Rama harus kesandung segala sih? Duh, mana ini rasa sakit karena jatuh tadi masih bikin perut dan dadanya nyeri lagi.

101 Steps to Fall in Love in a Proper WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang