10 [Putus]

1.1K 107 38
                                    

Desiran darah terasa penuh amarah memucak siap sedia membuat Lea ingin membakar Jungkook kapan saja. lantas dimenit keberapa Lea segera mendorong tubuh lelaki itu, melepaskan pelukan mereka. Lea menjadi tidak sudi dipeluk oleh pria ini, tidak mau karaena pria itu pernah menyentuh Hyunji dan Sera. "Lepaskan aku bajingan!"

"Iya tidak apa-apa katai saja diriku sampai kau puas," Jungkook membuka suara perlahan melepaskan dekapannya pada tubuh munggil sang wanita. Lelaki itu suka sekali bau parfum Lea, sampai-sampai menghirup begitu dalam bau wanita itu.

"Kata-kata brengsek memang tidak cukup untukmu Jungkook, bisa-bisanya kau mentigai ku." Lea berunjar penuh tekanan, otak Lea sudah memanas seperti berapi-api kalau diandaikan. Dosa tidak sih memutilasi tubuh manusia ?

"Aku tau kau tidak bisa memaafkanku, mendapatkan maaf darimu saja aku tidak pantas. Tapi aku tidak akan pernah bosan untuk melakukan nya," dia tidak marah dengan kalimat pedas yang Lea lotarkan, wanita itu terlalu banyak mengamuk hari ini. Lea persisnya mengamati Jungkook dengan tatapan penuh dendamnya, mungkin kebencian Lea akan terus berlanjut sampai ke anak cucunya untuk memusuhi Jungkook serta keturunan pria itu. Hiperbola sekali memang pemikiran pria Jeon ini, tapi ayolah feeling Jungkook tidak pernah salah-Lea akan membencinya dalam waktu yang lama.

Jungkook khawatir Lea akan mencari Sera untuk balas dendam.

"Jungkook aku benar-benar muak melihat wajahmu, pria biadab," Jungkook menelan ludah samar mendengar itu, lupa atau tidak tau lagi cara menenangkan wanita itu. Tapi lagi-lagi labirin pikiran Jungkook menebak sesuatu, kiranya Lea tidak hanya punya masalah dengannya ada masalah lain yang turut hadir ingin wanita itu lampiaskan tapi Jungkook tidak tau itu apa. "Apa kau sangat membenciku?"

Lea mendengus sebal, "Apa otakmu tidak berfungsi lagi tuan buaya?" Jungkook menelan ludah kasar, siratan tak suka Lea terpancar tajam menatapnya jijik. Namun Jungkook masih berani menyahuti.




"Buaya itu binatang yang setia, Lea,"


"Kecuali kau buaya turunan neraka."

✨💫✨

Apa mungkin Lea takut kehilangan Jimin? itu adalah pertanyaan retorik yang bersemayam diotaknya. Kenapa rasanya jadi tidak rela? tubuh Lea merasa lemas menjadi takut dengan kedepannya. Jimin memang pria yang baik meskipun mesum, selalu menjadi penasehat yang baik saat benar-benar dibutuhkan.

Sialnya pria seperti Park Jimin didunia ini hanya ada satu.


Kenapa penyesalan baru datang sih saat Lea baru tau kalau balas dendamnya ini tidak ada gunanya. Hyunji memang salah, tapi membalas kejahatan dengan kejahatan bukannya pilihan yang bijak. Lea takut kena karma, orang bilang sekecil atau sebesar apapun perbuatan pasti selalu menimbulkan karma.

Lea berjalan dengan tatapan kosong memasuki perusahan Jimin, tanpa arah yang jelas. Kakinya hanya berjalan tanpa diperintah, Lea ragu Jimin tidak bisa menerima penjelasannya. Takut Jimin akan marah dan membencinya.

Langkah kaki Lea mendadak berhenti dengan dada yang berdegub kencang melihat Hyunji yang baru saja keluar dari ruangan Jimin. Rasa takutnya semakin membesar dengan setuja pikiran yang bercabang-cabang mengumpul sebuah pertanyaan yang memenuhi otaknya. Apa dia sudah terlambat? apa Hyunji sudah lebih dahulu memberi tahu Jimin?


Kaki Lea mendadak terasa berat dan susah untuk digerakan, keberaniannya mendadak hilang seketika. Hyunji melewatinya begitu saja dengan tatapan miring, seolah-olah menjawab semua keraguan Lea untuk mengecap bahwa itu semua benar adanya.

Dengan cepat Lea membuka pintu ruangan Jimin, "J-Jimin-,"


"KELUAR!" suara bentakan itu membuat Lea terdiam. Jimin marah dengan nada yang begitu dingin dan ketus tanpa menoleh sedikitpun kearah Lea.

"Jimin dengarkan aku dulu." Lea memohon memberanikan diri memasuki ruangan berwarna cream itu.

"Lea, jangan buat kesabaranku habis selagi aku tidak berbuat kasar. Pergilah," suruh Jimin dengan intonasi suara yang lebih rendah dari tadi namun tetap terasa dingin.

"Jimin kau tau aku . . . aku begitu tersakiti . . . tapi," Lea terisak membuatnya bicara terpatah-patah, "aku seharusnya memang tidak melibatkanmu . . . ,"


"menurutmu siapa yang menjadi korban disini, aku atau dirimu?" Jimin menutup laptop berlogo apel tergigitnya dengan begitu kasar. Tanpa banyak basa-basi lagi Jimin segera keluar dari ruangannya tak mau mendengarkan apapun lagi dari Lea.


✨💫✨

Bentar lagi part belasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bentar lagi part belasan . . .

𝐏𝐫𝐞𝐜𝐢𝐨𝐮𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang