Jimin tertawa terbahak-bahak melihat Lea yang merengut kesal karena tidak berhasil memenangkan game meletuskan balon agar bisa mendapatkan boneka beruang. Jimin bukannya menertawai kesialan Lea, tapi dia tertawa karena gemas ditambah bagaimana wanita itu memohon kepada sang penjual agar mau memberikan boneka itu secara cuma-cuma padanya.
"Sayang kita bisa membelinya di toko, aku janji akan membelikanmu boneka yang yang sangat besar," janji Jimin agar sang wanitanya tidak terus-terusan mengemis pada si pendagang. Apalagi wajah pendagangnya itu galak sekali.
Terlihat yang penjual menghembuskan nafas kasar, lamat-lamat juga tidak merasa tega pada Lea, "Baik nona, tapi hanya boneka kecil saja," ucapnya mengalah kemudian memberikan boneka beruang kecil pada Lea.
"Gamsahamnida," Lea beberapa kali menundukan kepala saking senangnya di belikan boneka, Jimin juga tertular senang melihat itu. Bukannya Jimin tidak mau membelikan Lea boneka, Jimin bahkan bisa saja membayar boneka besar itu tanpa repot-repot membiarkan Lea bermain game dengan susah payah. Jimin hanya tidak mau membuat Lea kesusahan membawa boneka besar tersebut dan dipeluk oleh Lea sepanjangan jalan, lagipula sehabis ini mereka masih harus berjalan-jalan lagi berkeliling untuk mencari hiburan.
Lagipun hal seperti itu sama sekali bukan cara Jimin, karna dia lebih memilih membelikan boneka besar dan mengirimkan boneka tersebut secara langsung ke apartemen Lea dengan setumpukan bunga.
"Jimin aku mau Corndog dan burger sama minuman juga," pinta Lea secara tiba-tiba membuat Jimin menaikan alisnya, "tapi aku mau kau yang belikan karna aku malas mengantri."
Jimin menganggukan kepala sama sekali tidak keberatan atas permintaan wanitanya barusan, "baiklah kalau begitu, kau tunggu disini sampai aku balik," setelah mengatakan itu Jimin segera pergi menuju ke stan-stan makanan. Sementara Lea menunggu Jimin di bangku kosong, sambil melihat punggung Jimin dari kejauhan.
Selama menunggu Lea memainkan game di handphonenya sambil sekali-sekali membalas chat masuk dari teman-temannya. Bahkan karena bosan Lea sampai-sampai hanya melihat orang-orang yang berlalu lalang mengisi hiruk piruk keramaian.
Sampai terdengar bunyi tangisan anak kecil membuat Lea segera mencari arah sumber suara, sambil sedikit merasa heran karena bisa-bisanya ada anak kecil yang menangis sendirian tanpa ada satupun orang yang memperdulikan, "Hei sayang, kenapa menangis?" Lea mendatangi anak perempuan tersebut yang sudah bercuruan air mata.
"P-papa, Papa hilang hiks," jelas anak kecil itu namun sudah sedikit agak tenang karena kehadiran Lea. Lea menanggapinya dengan tersenyum, mungkin yang benar anak kecil ini yang hilang bukan Papanya.
"Nama adek siapa? biar tante bantu cari Papanya," pertama-tama Lea memang meski tau dulu siapa nama anak kecil ini.
"Ha-Hani, Kim Hani," ucapnya melafalkan namanya dengan sangat jelas. "Nama bibi siapa?"
"Jeon Lea, Hani bisa panggil bibi dengan sebutan bibi Lea," terang Lea pada bocah polos didepannya ini yang sudah tidak menangis lagi.
"Apa boleh Hani manggil bibi dengan sebutan Mama Lea?" imbuh Hani tiba-tiba membuat Lea sedikit bingung kemudian menanggapi hal itu tanpa rasa keberatan.
"Tentu boleh, mari Mama bantu cari Papa Hani," ucap Lea sambil menggenggam tangan mungil Hani. "Dimana terakhir kali Hani melihat Papa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐫𝐞𝐜𝐢𝐨𝐮𝐬
Fanfiction↳ ❝ [ᴡᴀʀɴɪɴɢ ɴᴄ] ¡! ❞ ❝𝘔𝘦𝘯𝘶𝘳𝘶𝘵 𝘮𝘶, 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘬𝘰𝘳𝘣𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘴𝘪𝘯𝘪. 𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶?❞ Publish : 13 November 2020 Copyright ©Skylightzv