Hani tampak terlihat begitu senang karena Lea menepati janjinya untuk datang menemaninya hari ini. Saat ini Lea dan Hani sedang berada di dapur untuk memasak, dan ini adalah pertama kalinya Hani belajar memasak yang bahkan tidak pernah sekalipun dia lakukan bersama ibunya. Mengingat ibunya lebih dulu meninggalkannya sebelum mereka sempat melukis kenangan yang begitu banyak.
"Mama Hani mau coba memotong bawang," pinta Hani dengan mata yang berbinar. Rasa keingin tahuan anak kecil memang begitu besar, anak-anak selalu belajar dari apa yang mereka lihat. Dan selalu merasa tertarik dengan apa yang dilakukan oleh orang dewasa.
"Hani yakin bisa melakukannya?" tanya Lea membuat Hani mengangguk semangat sebagai jawaban dari pertanyaan Lea.
Dengan hati-hati Lea membimbing Hani cara memegang pisau, dia juga memegang tangan Hani untuk menuntunnya cara mengiris bawang. Karena masih terlalu berbahaya anak kecil seperti Hani memegang pisau sendiri.
"Aw!" Hani meringis sambil beberapa kali memejamkan matanya, karena perih terkena bawang.
"Jangan di lap pakai tangan," ucap Lea sambil menahan tangan Hani, kemudian dia membawa mencuci tangan Hani ke wastafel. "Apa perih sekali?" tanya Lea begitu perhatian.
"Iya hiks," ringisnya.
"Hani tutup mata dulu selama lima menit, jika sudah tidak perih lagi baru dibuka," arahan Lea karena biasanya jika dia terkena bawang maka dia akan menutup matanya selama beberapa waktu dan cara itu selalu berhasil.
Hani mengangguk mengerti kemudian mengikuti cara Lea barusan, "Mama suka sekali, ya memasak?" tanya Hani dengan mata yang sambil tertutup.
"Iya, Mama sangat suka memasak," jawab Lea atas pertanyaan Hani barusan.
"Kalau begitu Hani juga mau jago memasak seperti Mama, Hani mau belajar memasak setiap hari bersama Mama!" ucap Hani antusias, dia kemudian membuka matanya karna matanya sudah tidak seperih tadi.
"Apa Hani tidak takut terkena bawang lagi?" ucap Lea membuat Hani sempat berpikir sampai beberapa saat. Kemudian dengan tegas dia menggelengkan kepala, "Hani tidak takut, karena Hani mau jago memasak seperti Mama," jawabnya yakin.
Lea tersenyum mendengar itu, "Mama juga bangga sekali punya anak yang pantang menyerah seperti Hani," balas Lea, dibalik rasa kesepiannya Hani adalah anak yang patang menyerah dan gigih.
"Apa Hani bisa bantu Mama memarut keju?"
Hani mengangguk-anggukan kepalanya penuh semangat, setelah itu Lea memberikan Hani satu keju dan parutan. Anak perempuan itu tampak melaksanakan tugasnya dengan telatih, Hani bahkan membantu Lea sampai masakan yang sedang mereka buat jadi. Jujur Hani sangat membantu pekerjaan Lea dalam memasak, padahal biasanya anak sesusia Hani hanya mengacau saja atau bahkan sudah bosan duluan sebelum berhasil menyelesaikan masakannya.
"Hani mau coba?" tanya Lea kemudian menyendok spageti buatannya, meniupnya pelan sampai spageti itu tidak terlalu panas lagi.
Hani menerima suapan sedok spageti itu dari Lea, "rasanya enak sekali!" seru Hani jujur.
Lea juga mencicipi spageti buatannya yang memang terasa enak, "Kalau begitu ayo kita makan bersama!" ajak Lea kemudian menyiapkan dua piring untuk dirinya dan Hani.
***
Setelah makan Lea dan Hani kini sedang duduk santai di tempi kolam berenang sambil melihat koleksi ikan cupang milik Hani. Ada beberapa aquarium kecil sebagai wadah dari ikan cupang tersebut yang berjejer.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐫𝐞𝐜𝐢𝐨𝐮𝐬
Hayran Kurgu↳ ❝ [ᴡᴀʀɴɪɴɢ ɴᴄ] ¡! ❞ ❝𝘔𝘦𝘯𝘶𝘳𝘶𝘵 𝘮𝘶, 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘬𝘰𝘳𝘣𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘴𝘪𝘯𝘪. 𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶?❞ Publish : 13 November 2020 Copyright ©Skylightzv