AISYAH 1

29 16 4
                                    

"Assalamualaikum" lirih seorang gadis berpenampilan syar'i saat tiba dihalaman sebuah rumah yang cukup luas.

"Waalaikumsalam Aisyah" jawab seorang wanita paruh baya yang langsung menghambur kepelukan gadis yang baru saja tiba dengan koper yang masih di gengamnya, yah gadis lugu tersebut bernama Aisyah Mikaila Jannah atau yang sering disapa Aisyah ia baru saja menyelesaikan kan pendidikannya di Luar Negri dan saat tiba dirumah Aisyah melihat betapa ramai rumahnya.

"Ada apa ini Mi?" tanya Aisyah heran pada wanita yang ia panggil Mami namun bukan orang tua nya melainkan kakak ipar dari ayah Aisyah.

"Laa Tahzan sayang jangan bersedih" ucap seorang wanita paruh baya tersebut, ia  mendekap tubuh Aisyah dalam peluknya sembari memgusapnya lembut.

Aisyah segera masuk kedalam rumahnya ia sapu setiap sudut rumahnya sampai pandangannya tertuju kepada beberapa orang yang tengah terduduk dan melantunkan surah Yasin sembari memutari dua orang yang tengah terbaring ditengahnya dengan wajah yang tertutup kain putih.

"Inalillahi waa inalillahi rojiun" lirih Aisyah dengan jalan gontai menuju dua mayat yang tengah diajikan, dan seketika setelah membuka kain yang menutupi wajah mayat tersebut Aisyah jatuh tak sadarkan diri tak kuasa melihat ternyata yang meninggal adalah ayah dan ibunya.

Hingga saat pemakaman selesai Aisyah tetap terduduk di atas tanah yang masih merah ditengah tengah pemakaman ayah dan ibunya, seorang diri ia menatap nisan dari makam kedua orang tuanya, awan mulai mendung dan menurunkan hujan yang cukup lebat, hijab putih yang melambai lambai  tertiup angin dan gamis panjang yang semula berwarna putih terang berubah menjadi corak coklat terkena cipratan air hujan, dibawah guyuran hujan Aisyah menangisi kepergian kedua orang tua yang ia cintai masih  terdengar isak tangis Aisyah dibawah guyuran hujan lebat, Aisyah tak sadar ada seorang pria yang tengah memperhatikannya dan menghampirinya.

"Assalamualaikum ya ukhti" salam pria tersebut tak jauh dari Aisyah, namun Aisyah tak mendengarnya, dan membuat pria tersebut semakin mendekat kepada Aisyah lalu menyodorkan payungnya untuk meneduhi tubuh Aisyah dari guyuran hujan.

"Assalamualaikum ukhti" ulang pria tersebut, sontak Aisyah mendongakkan kepala nya melihat kearah suara.

"Waalaikumsalam warohmatullah, siapa anda?" lirih Aisyah dengan suara seraknya.

"Arkam khalif Firdaus" ucap pria tersebut menyebutkan nama lengkapnya.

Seolah tak peduli Aisyah kembali tertunduk menatap nisan yang berada di atas makam kedua orang tuanya tetesan air mata kembali mengalir deras membasahi pipi lembutnya.

"Laa Tahzan ukhti, bersabarlah dengan semua ini jangan berlarut larut dalam kesedihan ikhlaskan lah agar beliau tenang, ada saat nya kita akan kembali kepada sang Ilahi Rabbi, dunia ini sifatnya hanya sementara, segala nikmat yang kita dapat didunia hanyalah sementara yang kekal dan abadi adalah kehidupan setelah kematian. Laa muhyi illalloohul muhyi kulli syai-un, tidak ada yang menghidupi, kecuali Allah, ialah yang menghidupi tiap tiap sesuatu" ucapnya, "Laa mumiitu, illalloohul mumiitu kuli syai, dan tidak ada yang mematikan, kecuali Allah, ialah yang menentukan matinya tiap tiap sesuatu" lanjutnya.

"Ukhti tau balasan untuk orang orang yang bersabar apa?, yah Jannah lah tempatnya, Allah telah menuliskan takdir seorang hambanya jauh sebelum kita terlahir kedunia dan semua makhluk hidup dimuka bumi ini pasti akan kembali pada sang Ilahi, dunia hanyalah persinggahan sementara untuk kita berbekal menuju akherat, boleh saja menangisi kepergian orang yang kita sayang dan cintai namun tak baik juga jika berlarut larut bukan kah yang mereka harapkan adalah doa untuk membantu nya disana, apa lagi doa dari anak yang soleh dan soleha bukankah doanya akan menembus langit sana dan didengar oleh Allah" jelas pria yang bernama Arkam Khalif Firdaus atau Arkam kepada Aisyah.

AISYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang