AISYAH 4

23 11 2
                                    

Setibanya Aisyah, ia segera berjalan untuk menemui salah satu sahabat karibnya yang memang sudah menunggunya di tempat yang mereka janjikan, dengan senyum dan wajah yang berseri Aisyah melangkah berjalan menuju wanita yang tengah terduduk dibangku taman.

"Assalamualaikum ukhti" salam Aisyah berdiri dibelakang wanita yang mengenakan niqab.

"Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh" jawabnya sambil berbalik melihat kearah suara.

"Aisyah Mikaila Jannah, Masya Allah apa kabar kamu?" tanya wanita berniqab dengan bahasa arab yang fasih karna memang ia asli wanita Timur Tengah.

"Saffanah Aylin Syareefa, wanita cantik nan soleha, Alhamdulillah aku baik kamu pasti selalu dalam keadaan baik tidak pernah ingin terlihat lemah meski isi hatinya tidak ada yang tahu kecuali Allah" ucap Aisyah dengan kekehannya  dan ia langsung memuluk wanita berniqab yang memiliki nama Saffanah Aylin Syareefa, atau yang selalu Aisyah panggil Aylin persahabatan yang terjalin diantara mereka berdua sudah berlangsung cukup lama, sejak Aisyah melanjutkan S1 nya dan hingga saat ini Aisyah akan melanjutkan S2 nya masih bersama sahabatnya yaitu Aylin.

Aisyah langsung diajak menuju rumah Aylin, untuk sementara Aisyah akan menetap dirumah sahabatnya tersebut karna Aylin pun hanya tinggal seorang diri dirumahnya.

"Bagimana kamu di Indonesia, bukankah dulu kamu putuskan untuk tinggal di Indonesia dan melanjutkan S2 mu disana, kenapa sekarang berubah pikiran?" tanya Aylin penasaran saat tengah membantu Aisyah merapikan baju bajunya kedalan lemari yang berada dikamar tamu rumah milik Aylin.

Aisyah terdiam sejenak, tak lama ia menghembuskam nafasnya gusar, di tatapnya lamat lamat wajah Aylin oleh Aisyah dengan ekspresi yang tak bisa diartikan oleh Aylin, tersenyum namun matanya berkaca kaca.

"Aisyah kamu kenapa?" tanya Aylin, Aisyah mengeleng namun air matanya mencolos mengalir membasahi pipinya.

"Karna meninggalnya orang tua mu? Laa Tahzan Aisyah mereka sudah tenang disisi Allah doakan lah yang terbaik untuk mereka" ucap Aylin memeluk Aisyah menenagkan Aisyah yang hatinya tengah terombang ambing, dalam peluknya tangis Aisyah pecah, ia tak kuasa menahan segala rasanya sendirian ia teringat kembali akan rasanya untuk Arkam pria yang sudah tak mungkin ia harapkan untuk menjadi imamnya.

"Hal apa yang membuat mu seperti saat ini Aisyah, bukan kah kamu sudah mengikhlaskan atas kepergian orang tua mu apa ada hal lain yang membuatmu seperti saat ini?" tanya Aylin namun Aisyah terdiam.

"Cerita lah aku sahabat mu tidak perlu risau jangan takut, biarkan aku mengetahui apa yang membuat mu seperti saat ini" lirih Aylin.

"Selama ini aku selalu menceritakan apa yang aku rasakan hanya kepada Allah, dan aku tak ingin ada yang mengetahui nya selain Allah" lirih Aisyah, Aylin mencoba meyakinkan Aisyah.

"Aku mohoh jadikan ini rahasia kita, ku harap kamu dapat memberiku solusi dari semua ini aku percaya sama kamu Aylin In Sya Allah kamu wanita yang amanah" ucap Aisyah dengan tatapan yang sendu, Aylin pun mengangguk.

"Syukron Aisyah kamu sudah percaya terhadap ku, cerita kan lah jika itu akan membuat mu tenang, In Sya Allah aku akan menjaga nya dan jika mampu aku akan memberikan solusi terbaik untuk mu" ucap Aylin.

"Aylin apa kamu pernah merasakan jatuh cinta?" tanya Aisyah, Aylin mengangguk.

"Bagaimana rasanya?" tanya Aisyah lagi.

"Aku kira itu indah, namun pada akhirnya itu terlalu menyakitkan" ucap Aylin dengan wajah yang tersenyum dibalik niqabnya.

"Kenapa menyakitkan?" tanya Aisyah.

"Aisyah aku tidak menyalahkan karunia cinta ini, aku lah yang salah karna mencintai pria yang berbeda keyakinan dengan ku" jelas Aylin.

"Beda Agama?" ucap Aisyah meyakinkan apa peekataan sahabatnya itu, Aylin mengangguk kecil. Ternyata cinta Aylin sama rumitnya dengan kisah cinta Aisyah.

"Apa yang membuat mu seperti saat ini adalah juga karna cinta, Aisyah?" tanya Aylin, Aisyah pun mengangguk mengiyakan apa yang Aylin katakan.

"Aku mencintai seorang ikhwan yang baik dan aku yakin dia soleh. Beruntung lah yang menjadi pasangannya, wanita yang menjadi makmumnya?" lirih Aisyah,

"Lantas apa yang membuat mu bersedih, bukankah masih ada luang untuk mu dan kamu mencintai pria yang juga satu sembahan yaitu Allah Subhanahu Waa Ta'ala, tak ada penghalang untuk kalian bisa bersatu, kamu bisa mendekatinya lewat doa disepertiga malammu" ucap Aylin.

"Pria tersebut sudah dimiliki wanita lain, dihatinya sudah ada nama wanita yang lain, dan ia sudah menikah" jelas Aisyah yang membuat Aylin kaget mendengarnya, itu berarti Aisyah jatuh cinta pada kekasih orang lain.

"Inalillahi, Aisyah" kaget Aylin,

"Jaga hati mu jangan biarkan kamu dikuasai oleh nafsu yang pada akhirnya akan membuat kamu menyesal dikemudian hari, aku harap rasa yang kau sebut cunta ini tak diketahui oleh ia yang kamu cintai apa lagi pasangannya, aku khawatir Aisyah" lirih Aylin menatap wajah Aisyah yang hanya terdiam tanpa ekspresi.

"karna aku tahu masalah lah yang akan hadir. Memang terkadang ia yang telah dimiliki terlihat jauh lebih menarik dibandingkan dengan yang belum dimiliki, karna apa? karna tujuan dari para iblislah untuk memisahkan suatu keluarga agar bercerai, maaf Syah, aku berbicara seperti ini karna aku takut kamu akan tergoyah bila mana suatu saat nanti ada luang untuk mu singgah" ucap Aylin panjang lebar menasehati Aisyah, Aisyah yang dinasehati hanya terdiam.

Sejenak Aisyah berpikir bahwa apa yang dikatakan Aylin memang benar, dan ia pun tak pernah mengharapkan agar perasaanya bisa diketahui oleh Arkam, ia tahu bagaimana ia harus menghargai sebuah hubungan, sadar Aisyah bukanlah siapa bagi Arkam ia malu untuk mengungkap apa lagi memperlihatkan  rasa sukanya terhadap Arkam, dan tak mungkin tega jika ia harus menyakiti hati wanita lain karna egonya.

"Poligami memang sunnah tapi apa kamu ikhlas Aisyah, dan apa wanita tersebut ridho, dan apa kamu yakin pria tersebut juga akan berlaku adil?" tanya Aylin, sontak Aisyah langsung menatap kearah Aylin karna tak pernah tersirat sekalipun hal itu dalam benaknya.

"Tidak Aylin, aku memilih untuk tidak melakukan itu semua" jelas Aisyah yang kemudian ia memilih untuk tidur dan Aylin keluar menuju kamarnya.

Saat tengah berdiri memandang lautan yang biru, Aisyah menemukan tasbihnya yang lama hilang, di ambilnya tasbih kecil berwarna pink tersebut dan ia gunakan untuk berdzikir, namun saat tengah berdzikir seorang pria yang Aisyah kenal datang dari hadapan Aisyah dengan seorang wanita yang berada di belakangnya.

"Assalamualaikum Aisyah" salam pria tersebut yang ternyata itu adalah Arkam dan wanita di belakang nya adalah Marwa istri dari Arkam.

Syok bukan main Aisyah tak mampu membuka mulutnya untuk bersuara,

"Ana Uhibbuki Fillah, Aisyah" ucap Arkam memandang wajah Aisyah padahal Marwa tengah ia gandeng pula.

"Astagfirullah!" teriak Aisyah saat bangun dari tidurnya, ternyata itu semua hanya mimpi.

Aisyah memegangi dadanya ia merasakan getaran kembali di hatinya, bendungan air mata sudah siap mengalir untuk membasahi pipi lembut Aisyah, dan Aisyah terisak kembali ia merasakan sakit dalam hatinya. Aisyah hanya bisa terdiam yang memang tasbih nya hilang setelah mobilnya diantarkan oleh Arkam dulu, Aisyah mengira bahwa Arkam lah yang mengambilnya, namun ia tidak tahu apa maksud nya.

"Aisyah jangan menuduh seseorang, itu semua hanya mimpi hanya bunga tidur" ucap Aisyah menepis segala prasangka buruknya terhadap Arkam.

Entah apa yang Allah rencanakan untuk hidup Aisyah, saat ia menjauh dari cinta nya justru malah dihadirkan dengan cara lain, saat Aisyah mendekatinya lewat sujud malamnya justru yang di cinta malah menjauh dan dimiliki oleh wanita lain. Aisyah termenung menatap indahnya langit malam yang bertabur bintang dibalik jendela kamarnya, ia gelar sejadahnya untuk bermunajat pada sang Ilahi Rabbi, bukan untuk meminta agar dipersatukan dengan yang ia cinta, melainkan ia meminta keikhlasan untuk melepas cintanya dan mendoakan kebaikan untuk yang di cintainya karna Aisyah tahu bahwa mencintai tidak harus memiliki ada kalanya harus mengikhlaskan cinta itu jika memang itulah yang terbaik.

"Aku tidak ingin menyakiti siapapun karna rasa ini, biarlah aku sendiri yang merasakan pedihnya mencintai dalam kesunyian ini, lindungi hati dan lisanku ini, jika diam adalah yang terbaik maka diamkan lah aku" lirih Aisyah dalam tangisnya.

Terima Kasih sudah membaca, mohon maaf jika masih banyak kesalahan dalam penulisan, sekali lagi saya ingin mengucapkan Terima Kasih jangan lupa Follow, Vote dan kritik sarannya di Komen.

AISYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang