AISYAH 7

17 9 10
                                    

Kembali terlantun dengan merdu  ayat demi ayat suci Al-Quran dari bibir Aisyah yah kali ini Aisyah membaca surah Al-Fatir, membaca dengan suara yang lembut, sungguh tak kuasa Aisyah untuk tak menangis saat membaca  surah Al-Fatir tersebut, bagaimana tidak menangis saat ia tau apa arti dari surah tersebut,

"Yaa Allah selalu keburukan yang aku lakukan namun aku terlalu berleha leha menganggap semua itu baik untuk ku, engkau telah menetapkan takdir hidup ini dari sana kitab lauh mahfuz, namun diri ini seakan tak menerimanya" lirih batin Aisyah saat ia terisak dalam tangisnya.

Aisyah yang sudah bersiap untuk memulai paginya dengan semanggat Aisyah ia berangkat kekampusnya lebih awal dari Aylin, seorang diri Aisyah menunggu bus yang akan ia tumpangi dengan sabar Aisyah menunggu hingga sebuah mobil berhenti diseberang jalan.

"Aisyah!" seru orang tersebut, Aisyah mengerutkan keningnya melihat siapa yang memanggil namanya.

"Aisyah!" seru orang tersebut kembali sambil melambaikan tangannya meminta Aisyah untuk mendekat, Aisyah dengan sedikit merasa canggung ia mendekat kearah si pemanggil.

"Assalamualaikum" salam Aisyah saat sudah dihadapan pria tersebut, pria yang Aisyah kenali ia adalah dosennya yang tempo hari di buat terkesima oleh keangunan Aisyah, pria yang memiliki nama Tariq Fadil Aiyaz sudah tidak dipungkiri lagi ia sudah menaruh hati terhadap Aisyah.

"Waalaikumsalam warohmatullah, Aisyah kau akan kekampus? kebetulan saya pun akan kekampus kalo kamu tidak keberatan kamu boleh ikut di mobil saya" jelas Tariq dosennya Aisyah.

"Tidak, terima kasih saya menunggu bus saja" ucap Aisyah, karna ia tau apa pun alasannya tak baik jika seorang yang belum muhrim nya berdua duaan sekalipun itu dengan gurunya.

"Didalam ada umma saya, jadi kau tak perlu takut" beri tahu Tariq tapi tetap saja Aisyah menolak karna ia merasa tidak enak jika harus menerima tawaran dosennya tersebut.

"Mari nak, duduk lah disebelah saya, tak apa masuklah, Tariq bukankan pintu untuk nya" titah wanita paruh baya tersebut pada Tariq agar Aisyah duduk disebelahnya.

"Ayo, agar kamu bisa lebih menghemat waktu" ucap Tariq, Aisyah pun akhirnya masuk dan duduk disebelah ibunya Tariq, seperti sudah kenal lama dan akrab ibu dari Tariq mengajak Aisyah mengobrol layaknya obrolan seorang anak dengan ibunya.

"Pak Tariq cerita pada saya, kalo nak Aisyah adalah mahasiswi dari jurusan fakultasnya mengajar, nak Aisyah sepertinya sudah cukup kenal yah kota ini" jelas ibunya Tariq, Aisyah pun mengangguk.

"Umma ingin sekali punya menantu seperti nak Aisyah, gadis yang santun juga soleha" puji ibunya Tariq, Aisyah binggung padahal baru pertama kali Aisyah bertemu dengan ibunya Tariq namun ia sudah mendapat sanjungan dari ibunya Tariq.

Di persimpangan jalan umma turun karna memang ia tak satu tujuan, akhirnya didalam mobil hanya ada Aisyah dan Tariq.

"Hati hati nak" ucap umma sebelum turun dari mobil.

Tak lama Aisyah dan Tariq tiba dipalkiran kampus, Aisyah segera turun.

"Syukron" ucap Aisyah menundukan kepala nya lalu ia bergegas menuju kelasnya.

"Na'am Aisyah" ucap Tariq melihat Aisyah yang seperti tergesa gesa turun dari mobil nya.

Yah memang Aisyah paling memghindari untuk berdua duan bersama dengan ikhwan yang bukan muhrim untuk nya, bersama Juna saja Aisyah canggung apa lagi dengan orang lain.

Aisyah hembuskan nafasnya yang terasa berat, ia taruh tumpukan buku diatas mejanya untuk ia gunakan sebagai referensi tugas kuliahnya.

"Huh, fokuslah Aisyah fokus" gerutu Aisyah menepuk nepuk kepalanya.

AISYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang