Aisyah langsung mematikan ponselnya saat ia mendengar suara Arkam dibalik ponselnya, ia belum siap untuk hanya sekedar mendengar suara nya saja, itu terlalu menyakitkan bagi Aisyah dan itu membuat Aisyah semakin sulit untuk melupakan perasaannya terhadap Arkam.
"Ya Allah maaf kan Aisyah" lirihnya dalam isak.
Aisyah terlalu terpuruk dengan apa yang ia rasa, ia hanya mampu menghindar dari apa yang telah terlanjur ini, jika saja ia tahu bahwa Arkam dulu sudah mengkhitbah wanita lain mungkin Aisyah tak akan pernah berharap dan mencintainya seperti saat ini. Sekarang sudah tak ada lagi luang untuknya bisa berharap pada pelabuhan impiannya itu, Aisyah hanya ingin menutup kembali hatinya dan mengeluarkan nama Arkam Khalif Firdaus dari dalam hatinya meski itu sulit setidaknya dengan cara ini ia bisa untuk melupakannya.
Memang terlalu konyol keputusan Aisyah yang hanya karna cinta ia pergi dari Negara nya sendiri, demi menghindar dari orang yang ia cintai ia rela untuk berpindah Negara, meski keluarganya menentang Aisyah rasa itulah jalan yang terbaik yang bisa ia lakukan saat ini.
Beberapa minggu Aisyah jalani harinya di negri orang, hingga saat Aisyah tengah berjalan di atas pasir tengah memandang indahnya langit malam bersama Aylin sahabatnya sembari mengengam tasbih mereka masing masing, Juna yang secara tiba tiba tanpa memberi tahu Aisyah terlebih dahulu, ia datang langsung menarik lengan Aisyah ingin membawanya pulang. Namun Aylin yang tidak tahu bahwa itu adalah kakak sepupu dari Aisyah, segera ia mencegahnya dengan memukul mukul bahu Juna.
"Lepaskan, sahabat saya!" bentak Aylin mendorong tubuh Juna, Juna yang didorong ia menarik niqab Aylin berniat untuk menahan agar tak terjatuh justru malah tak sengaja membuka niqab Aylin, dan membuatnya langsung berpaling membelakangi Juna, Aisyah segera mengambil niqab Aylin dari gengaman Juna dan memasangkannya kembali pada Aylin.
"Afwan" lirih Juna merasa bersalah.
"Kamu gak papakan Aylin? Kak Juna kenapa sih!" bentak Aisyah.
"Kakak gak sengaja dek" ucap Juna yang memang ia tak sengaja menariknya.
"Ka Juna mau ngapain kesini, sekali pun kakak memaksa Aisyah tidak akan pulang!" sentak Aisyah lagi.
"Kenapa?" tanya Juna, "apa yang membuat kamu ingin pergi, kenapa Syah jelasin sama kakak biar kakak tenang tolong Syah jangan buat kakak khawatir kamu adik kakak, Aisyah" jelas Juna yang merasa tak dibutuhkan oleh Aisyah.
"Aisyah jangan seperti itu beliau kakak mu, keluarga mu cobalah bicarakan dengan baik apapun masalah nya" jelas Aylin mengajak Aisyah untuk menjauh sejenak dari Juna.
"Tentang perasaan ku, aku tidak bisa Aylin cukup kamu dan Allah yang tahu tidak untuk yang lain" ucap Aisyah karna ia tahu jika ia menceritakan nya kepada Juna sudah jelas itu akan membuat masalah baru lagi.
"Baiklah Aisyah jelaskanlah dengan cara yang menurut mu baik" jelas Aylin, Aisyah pun mengangguk lalu ia menghampiri Juna.
"Kak maafkan Aisyah, Aisyah memang terlalu kekanak kanakan, Aisyah bertindak tanpa memikirkan yang lain, tapi izinkan Aisyah untuk menyelesaikan pendidikan Aisyah terlebih dahulu disini. Aisyah janji akan segera pulang ke Indonesia jika kuliah Aisyah sudah selesai" jelas Aisyah berharap Juna akan mengerti.
"Kakak minta maaf, kakak belum bisa untuk menjadi kakak yang dapat kamu andalkan dan kamu percaya" keluh Juna.
"Kak bukan itu maksud Aisyah, Aisyah mohon kakak paham dengan keputusan Aisyah, Aisyah sudah dewasa Aisyah ingin memilih apa yang menurut Aisyah baik, Aisyah mohon hargai keputusan Aisyah kak, kali ini saja" pinta Aisyah sembari mengengam erat jari jemari Juna.
"Baiklah kamu jaga diri kamu baik baik, kakak percaya sama kamu, kakak pamit Syah" ucap Juna mengelus lembut kepala Aisyah yang terbalut hijab.
"Assalamualaikum" salam Juna lalu pergi, bukan langsung ke Indonesia ia memilih untuk menginap di salah satu hotel untuk sekedar istirahat.
Aisyah tersenyum merasa bersyukur memiliki kakak yang sangat peduli terhadap nya, ia kirimkan sebuah pesan singkat untuk Juna berharap semogga Juna tidak marah dengan sikapnya.
"Aisyah apa kamu sudah merasa lebih baik?" tanya Aylin saat mereka tengah makan di ruang makan rumah Aylin.
"Tentu" jawab Aisyah dengan senyum nya, "Aylin apa kamu marah terhadap ka Juna?" tanya Aisyah.
"Tidak" jawab singkat Aylin.
"Apa hanya ka Juna pria yang bukan muhrim mu yang melihat wajah mu?" tanya Aisyah.
"Aku mengenakan niqab ini sejak aku berusia 9 tahun, dulu siapa pun bebas untuk melihat wajah ku, tapi setelah aku mengenakan niqab tak seorang pun pria yang bukan muhrim ku melihat wajah ku, yah kakak mu lah yang pertama kali nya melihat wajah ku" jelas Aylin.
"Aku minta maaf yah" pinta Aisyah.
"Kamu tidak salah, tidak ada yang salah ko" jelas Aylin dengan tulus.
Aisyah sudah merasa tenang karna sudah mendapat langsung restu dari kakak nya yaitu Juna untuk menatap sementara waktu di Negara ini hingga Aisyah menyandang gelar Master, meski ada satu masalah lagi yang sulit untuk Aisyah selesaikan yaitu cinta nya terhadap Arkam, yang ia harap bisa secepatnya terkikis seiring berjalannya waktu meski hingga saat ini perasaan itu justru malah semakin bertambah segala cara Aisyah lakukan untuk bisa melupakan perasaannya terhadap Arkam termasuk menghindarinya.
"Kenapa dengan mudahnya cinta datang dan bersemi, namun terlalu sulit untuk menghilangkannya" sejenak Aisyah bisa melupakan perasaannya. Namun, saat setelah rasa itu kembali sulit bagi Aisyah untuk tak menghiraukanya, senyum yang baru saja mewarnai wajahnya berubah menjadi tangisan air mata luka.
"Allahumma inni a'udzubika minal hammi wal huzni, wal ajzi, wal karsali, wal bukhli, wal jubni, wal dhola'id dain, wa gholabatir rijali. [Yaa Tuhan ku, aku berlindung kepada mu dari rasa sedih, serta duka cita ataupun kecemasan, dari rasa lemah ataupun kelemahan, dari kebakhilan serta sifat pengecut, dan beban hutang serta tekanan orang orang (jahat)]" lirih Aisyah memegangi dadanya yang teramat sesak saat ia hanya mampu mengutarakan apa yang ia rasakan kehadapan Allah saja, doa tersebut adalah doa agar diberi ketenangan dalam hati.
Berharap dengan ini Aisyah merasakan damai dalam jiwa dan hatinya setidaknya sedikit ketenangan untuk bisa melupakan sejenak segala rasa sedih, duka, gundah dan cemas yang ia rasakan hanya karna cinta. Cinta yang belum halal ini lah yang membuat Aisyah terlalu sering merasakan kesedihan dan luka karna ia tak bisa memiliki sosok yang ia cinta, meski seringnya mulut berkata bahwa ia tak ingin memilikinya dan mencintai tak harus di cintai dan memiliki. Namun, pada kenyataan pasti semua wanita yang merasakan cinta amat sangat ingin bisa memiliki dan dimiliki oleh pujaan hatinya, yah sejujurnya dalam lubuk hati Aisyah ia mengiginkan semua hal itu, meski ia tutupi dengan segala keegoisan, ia melakukan hal itu hanya untuk menjaga hati, hati yang tak ingin menyakiti hati yang lain.
"Aku yang menghadirkan rasa ini, dan aku harus sanggup untuk menerima segala kenyataan ini, aku harus siap menghadapinya meski aku harus menghadapi kepahitannya, aku ikhlas aku yang tersakiti, tapi aku tidak ikhlas jika orang lain yang tersakiti karna aku" lirih Aisyah berusaha untuk tetap tegar ia mengusap air matanya gusar.
"Takan ku sapa lagi ia di sepertiga malamku, saat aku meminta mu aku tidak tahu bahwa engkau telah dimiliki dan memiliki wanita lain, aku menyesal karna telah meminta mu, aku menyesal karna aku pernah meminta agar Allah untuk menyatukan kita, dan membiarkan rasa ini tumbuh begitu saja dengan cepatnya" ucap Aisyah dan ketegaran Aisyah kini mulai tumbuh ia siap menerima kenyataan dan takdir yang telah Allah tetapkan, saat ini yang Aisyah pikirkan adalah untuk menghadapinya bukan menghindarinya karna ia tau bahwa tak selamanya ia harus seperti ini dengan perasaannya, ia tak ingin menjadi pengecut yang terus saja membiarkan dirinya terluka karna cinta yang tak seharus nya ia rasa.
"Aku ikhlas aku tak memilikinya, aku ikhlas tak dimiliki nya, aku ikhlas, izinkan aku untuk bahagia dan melupakan perasaan ini, aku tak ingin terlalu berharap pada hati yang tak pernah mengharapkan ku" lirih Aisyah bangkit dari duduknya dan bergegas untuk melaksanakan sholat, ia gelar sejadahnya dalam sujudnya ia menangis merasa terlalu jauh terhadap Allah sang pemilik cinta dan segala rasa.
Terima Kasih sudah membaca, mohon maaf jika masih banyak kesalahan dalam penulisan, sekali lagi saya ingin mengucapkan Terima Kasih jangan lupa Follow, Vote dan kritik sarannya di Komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
AISYAH
RandomAisyah seorang wanita muslimah yang selalu menjaga dirinya termasuk menjaga cinta dalam hatinya, jika sebagian orang lebih memilih untuk meperlihatkan cintanya beda halnya dengan Aisyah yang lebih memilih untuk memendamnya dalam diam. Entah bagaiman...