Di pagi hari, Jimin yang pertama terbangun. Pria sipit itu bangkit, ia duduk membuat selimut putih yang kusut itu jatuh hingga ke pinggang. Ia memandang ke arah Seulgi yang masih terlelap seperti bayi mencari kehangatan. Pria itu meregangkan tubuhnya. Dia menikmati kegiatan malam mereka.
Beberapa kali dalam hitungan hari pandangan Jimin terkadang menerawang ke belakang, tepat pada hari-hari yang telah dia lalui bersama Seulgi. Lelaki itu tersenyum, sangat tampan untuk ukuran seorang anak manusia. Jemarinya menyentuh punggung Seulgi yang membelakangi dirinya. Membuat sentakan pelan namun tidak membangunkan wanita itu. Jimin menunduk, mengecup punggung belakang Seulgi cukup lama.
"Tidak pernah aku menginginkan seseorang seperti aku menginginkanmu."
Sebuah bisikan lembut yang membuat bibirnya menggetarkan tubuh polos Seulgi. Ia menarik selimut, membawa wanita itu kembali dalam bungkusan kain tebal nan hangat sebelum kemudian dia beranjak dari ranjang.
Hanya setengah jam saja Jimin telah siap dengan pakaian yang rapi. Setelan kemeja putih dan juga celana dasar.
"Kau sudah bangun?" Jimin menyadari pergerakan Seulgi. Wanita itu pasti merasakan nyeri di sekujur tubuhnya. Jimin bisa pastikan itu saat Seulgi kesulitan untuk bangkit. Jadi ia mendekat dan membantu Seulgi duduk.
Walau setengah mengantuk, jemari Seulgi sudah terlatih. Ia meraih dasi Jimin yang telah terlampir di kerah kemejanya. Sangat telaten membentuk ikatan dasi sementara pria itu hanya memperhatikan wajah Seulgi. Bagaimana rona merah alami muncul dengan tidak sopannya hingga ke pangkal hidung Seulgi. Bibir itu tidak tertutup sepenuhnya, sementara kedua tangannya bekerja dengan sangat baik pada ikatan dasi.
Jimin sungguh kesulitan untuk menahan diri. Ia segera mencium Seulgi. Sebuah ciuman lembut ketika kedua tangannya berusaha menahan tubuh Seulgi agar tidak terjatuh ke ranjang namun tindakan Jimin yang terlalu mendorong Seulgi perlahan membawa tubuh wanita itu kembali terbaring. Ia juga mulai merasakan tangan Seulgi yang tadi memegang kedua dasinya berubah menjadi genggaman kuat seolah dia berusaha bertahan agar tidak terperosok ke dalam lubang dalam.
Jimin menghentikan ciumannya, menahan tubuh dengan kedua siku sementara tangannya merapikan helaian rambut Seulgi.
Lelaki itu kembali tersenyum, mengecup hidung perempuannya dan membawa bibir ke telinga Seulgi.
"Aku akan segera kembali," bisiknya parau. Ia bangkit serta membawa tubuh Seulgi agar kembali terduduk di ranjang.
"Jimin!" panggil Seulgi menahan tangan pria itu membuat Jimin menaikkan alisnya karena sedikit bingung dengan panggilan Seulgi.
"Bisakah kita bicara saat kau pulang?"
Jimin memejamkan matanya. Seulgi yang sedang memohon seperti ini melunakkan hatinya. Kenapa dia begitu tega akan memaksakan kehendak pada wanita sepolos dan sebaik Seulgi. Apa dia akan diterima karena kekuasaan Jimin? Ahh panti asuhan itu. Seulgi mengigit bibir bawahnya ragu sebelum dia berkata, "aku akan menunggumu pulang."
Sekali lagi dia tersenyum karena Seulgi, "Sebaiknya begitu. Jisoo akan mengurusmu segera."
-
To make a wish come true, you need to have a dream.
Ketika dia mendapat sebuah pengaruh yang menakjubkan dengan kehadiran Seulgi tepat di sebelahnya, maka Jimin termasuk golongan lelaki yang sangat beruntung. Tapi tidak hanya itu, pada dasarnya dia juga telah menjaga Seulgi dengan sangat baik.
Mengenai pekerjaannya, ketika pria itu tiba di kantor yang mana dia mendapati ruang kerjanya rapi namun di atas meja tersusun tumpukan dokumen yang harus dia periksa serta sebuah masalah yang membuatnya menghembuskan napas kasar. Ia telah mendapatkan ruang kerja yang nyaman dimana penataan furniture tepat pada posisi mereka masing-masing dengan semua kegunaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝙇𝘼𝘿𝙔 𝙍𝙊𝙎𝙀 [𝙈] ✔
FanfictionSeorang bos ambisius yang memaksa sang sekretaris untuk menikah dengannya guna menghindari deportasi dan memenuhi hasratnya yang terpendam. Di samping itu, masalah mulai berdatangan setelah memori masa lalu sang sekretaris muncul perlahan-lahan ke...