12. Past

1.6K 177 18
                                    

Jangan lupa vote dan komen 💕 SUDAH SIAP MENGETAHUI FAKTA MASA LALU SEULGI?
.
.
.
Seperti permintaan sepupu tersayangnya, Irene tidak perlu bertanya pada orang lain bagaimana cara menghubungi profesor Im. Dia masih berhubungan baik dengan wanita tua itu. Mentor yang mengajarkan banyak hal dalam dunia psikologi.

Oke. Satu jam sudah akhirnya Irene bisa bertemu dengan guru besar itu. Ia telah duduk di sudut salah satu coffee shop menunggu Profesor Im. Irene berdiri saat menyadari kehadiran profesor Im. Menggeser kursi agar bisa mempersempit jarak. "Hallo profesor." Dengan sopan menjabat tangan wanita yang kini tersenyum atas pertemuan yang begitu tiba-tiba. Menariknya dalam sebuah pelukan yang begitu hangat. Irene rasa tidak berubah. Kedekatan mereka benar-benar terasa hangat, tidak memiliki jarak dengan tembok pembatas yang keterlaluan. Bahkan tekesan menghapus pembatas yang seharusnya tercipta antara senior dan junior maupun seorang guru kepada muridnya. Irene adalah murid kesayangan profesor Im, sudah sewajarnya jika dia mendapat perlakuan yang lebih istimewa dari pada orang lain.

"Irene? Aku senang sekali kau menghubungiku."

"Yah aku merindukanmu profesor," Irene sangat pandai dalam berkata-kata. Dia tertawa kecil lalu memanggil seorang pelayan.

"Bagaimana kabar profesor?"

Percakapan ringan mereka dimulai sembari menunggu secangkir kopi yang telah dipesan sebelumnya.

"Tidak terlalu buruk. Apa mungkin kau menghubungi hanya untuk sebuah kabar pribadi?"

Irene tidak bisa menahan cengirannya. Tampak konyol memang, dari dulu profesor Im memang menganggap Irene masih seorang bocah. Perawakannya yang kecil namun mulutnya tak berhenti bicara layaknya pengeras suara aktif. Menaklukkan pasien dengan cepat walau mereka mengabaikan bagaimana keluarga pasien terkadang tidak tahan jika keluarga mereka berhadapan dengan Irene. Oh lupakan masa ketika dia baru mulai belajar mengatasi masalah kejiwaan seseorang. Ketika dia masih sering mengumpat pada rekan seprofesi setelah menghadapi pasien. Karena Irene harus mengingat alasan kenapa dia menemui profesor Im. Karena Jimin telah memintanya disertai sebuah isakan yang menyakiti hati Irene. Tidak pernah dia melihat Jimin menangis hingga tersengguk, bahkan ketika dia merebut kamar Jimin saat melakukan liburan ke Jerman. Tidak. Jimin tidak sampai menangis seperti itu.

"Seseorang ingin aku menemuimu."

"Hm? Seseorang?"

"Adik sepupuku," Irene memejamkan matanya. Perlahan ingatannya bersama Jimin terputar seperti film dokumenter lama. Bergaris putus-putus hingga harus memejamkan penglihatan.

Setiap libur musim panas, Irene sering pergi ke Jerman. Dia menikmati waktu liburan bersama Jimin. Mengganggu adik kecilnya adalah kesenangan sendiri bagi Irene dan sebesar apapun usaha Jimin membalas dia tidak pernah menang melawan Irene. Seperti sebuah takdir dimana dia selalu berada di bawah perintah dan kekuasaan Irene untuk beberapa waktu kunjungan.

"Irene bodoh. Pindahkan barang-barangmu ke bawah. Kamarmu di bawah"

"Tidak mau! Aku lebih tua darimu Jimin! Summer holiday kali ini aku akan gunakan kamar ini. Jadi kau pelayanku, cepat pindah ke kamar bawah!"

"Heh? Mommy! Kenapa Irene sangat bodoh!"

Wanita itu tersenyum kecil mengingat masa pertumbuhan mereka. Jimin adalah adik yang manis untuk Irene, dia menyayangi pria sipit itu sebagaimana dia ingin menjaga hubungan keluarga mereka.

"Jadi... Adik tersayangmu? Apa gerangan sampai kau ingin bertemu langsung?"

Semuanya dimulai kembali. Dari titik awal dimana perjuangan sang mawar juliet agar bisa tumbuh mengakar. Ketika satu persatu dari masing-masing mereka mengumpulkan kepingan puzzle, saat dimana kemudian mereka berkumpul membentuk keutuhan sempurna dari masa lalu Seulgi. Usaha kecil yang akan dipenuhi kasih sayang, oh betapa mereka sangat ingin Seulgi kembali menerangi dunia seorang Jimin.

𝙇𝘼𝘿𝙔 𝙍𝙊𝙎𝙀 [𝙈] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang