Usia kandungan JingYi sudah hampir mencapai sembilan bulan, ia tak bisa bergerak dengan bebas semenjak usia kandungannya menginjak di bulan ke tujuh. Kini ia hanya bisa berbaring di kasur, ia hanya bangun jika ingin mandi dan buang air. Selebihnya ia menetap di atas kasur.
Acara mengidam SiZhui sudah tak datang lagi, membuat JingYi sedikit lega. Namun saat stress pertama menghilang, stress kedua melanda dirinya. Ia begitu takut saat proses persalinan. Sangat, sangat dan sangat takut.
Lebih baik ia menyalin sepuluh ribu aturan Klan-nya daripada merasakan sakitnya persalinan. Ah, tapi ia tak boleh seperti itu. SiZhui akan sedih jika mendengar hal itu.
Umur Lan QiRen yang semakin menua, dan dia sangat ingin menimang-nimang cicitnya, setidaknya dia ingin melihat wajah cicit-cicitnya. Wei WuXian yang sangat antusias menyambut cucu-cucunya, begitu pula dengan Lan WangJi. Bagaimana dengan SiZhui? Pastinya dia akan sangat senang. Siapa sih yang tidak senang memiliki buah hati? Apa lagi sekaligus tiga.
Untuk yang kesekian kalinya JingYi mengelus perutnya. Menjerit memanggil-manggil nama SiZhui. SiZhui yang sedang di dapur, mengutak-atik alat memasak lantas langsung bergegas ke kamarnya, membiarkan barang-barang di dapurnya berserakan.
“Ada apa, A-Yi?” Dengan panik SiZhui menghampiri JingYi.
“Aku ingin buang air besar, antar aku ke kamar mandi.”
Mendengar jawaban itu, membuat SiZhui lega. Niatnya memanggil Tabib tidak jadi. Jantungnya tadi benar-benar ingin keluar rasanya.
JingYi menarik lengan pakaian SiZhui. “Sudah tidak tahan, atau aku akan buang air di sini!” SiZhui langsung tersadar dari lamunanya, ia langsung mengendong JingYi dengan sangat hati-hati. Berat badanya bertambah drastis, namun SiZhui masih tetap menegakan tubuhnya. Jangan meremehkan Kultivator yang di didik langsung oleh Lan WangJi. Tidak diragukan lagi keperkasaanya.
SiZhui mengantar JingYi sampai pintu kamar mandi. Ia menunggu istrinya itu sampai selesai, walau sedikit lama. Ia sangat cemas, jadi tidak bisa meninggalkanya sendirian. Semenjak sembilan bulan terakhir, SiZhui selalu berada di rumahnya. Menjaga JingYi dan juga calon anak-anaknya.
Tabib terpercaya kenalan dari ayahnya sudah tiba sejak tiga hari yang lalu. Semua persiapan telah sempurna, tinggal menunggu waktu persalinan saja. Ibunya juga sekarang mulai tinggal di rumahnya, begitu pula dengan ayahnya.
Tapi sekarang mereka sedang ada keperluan, jadi tidak ada di rumah. Disini hanya tersisa JingYi dan SiZhui. Kondisi ruangan ini sangat sepi. SiZhui hanya bisa mendengar erangan paksa dari JingYi dari dalam kamar mandi. Mungkin dia memaksakan kotoranya untuk keluar.
Itu justru membuat SiZhui tertawa.
“SiZhui! Bantu aku berdiri!” Seru JingYi dari balik pintu kamar mandi itu, SiZhui langsung masuk dan membantu JingYi sebelum ia kembali mengangkatnya ke tempat tidur. Perut JingYi kira-kira sudah sebesar dua tumpukan bantal yang terikat membulat. Ya, sangat, sangat dan sangat besar.
SiZhui jadi takut jika sedang membawa JingYi. Mungkin JingYi merasakan rasa takut yang SiZhui rasakan. Tapi SiZhui tahu, disini yang paling takut yaitu JingYi. Bagaimana tidak takut, ini pertama kalinya dalam hidupnya, apalagi sekaligus tiga. Ingat, tiga!
Sering kali stress menghajar pikiranya, ditambah degan gulatan-guatan di perutnya yang semakin kuat. Apa lagi sekarang ia sangat sulit untuk berjalan, berjongkok dan melakukan aktivitas lainya. Beruntung SiZhui selalu ada disisinya, setidaknya JingYi sangat terbantu berkat hadirnya SiZhui.
.
.
.Langit senja sudah tak terlihat di pantulan mata, Lan WangJi dan juga Wei WuXian telah kembali ke kediaman putranya. Seperti biasa, SiZhui yang menyambut kedua orang tuanya karena JingYi sudah tertidur lepas ia mengeluh rasa aneh diperutnya. Melihat kantung mata yang bertenger di bawah mata indah putranya, WangJi langsung menyuruh putranya itu untuk tidur. SiZhui menganguk dan memberi salam hormat kepada kedua orang tuanya sebelum ia kembali ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
鲜花盛开 [ZhuiYi]
Fanfiction鲜花盛开 Xianhua Shengkai [Bunga Yang Bermekaran] SiZhui, pemuda yang dibesarkan oleh Lan WangJi dan juga Wei Wuxian pada mulanya mengalami cacat di kedua matanya. Sampai seorang Tabib yang akhirnya bisa menyembuhkan cacat di matanya itu. Sebuah kehidu...