Perut JingYi kian membuncit, padahal ia baru memasuki bulan ke empatnya, ya wajar saja ia membuncit, karena ada tiga nyawa yang sedang ia bawa. Bagaimana dengan kondisi SiZhui? Acara mengidamnya masih berlanjut, akan tetapi tidak seaneh-aneh yang dulu-dulu. Ia nampak lebih bijaksana sejak satu bulan terakhir ini.
Ia jadi jarang berburu malam bersama Jin Ling dan juga ZiZhen, untuk saat ini JingYi dan calon bayinya adalah prioritas utama. Tak jarang ibunya mengunjungi kediaman mereka hanya sekedar melihat perkembangan dari tubuh JingYi, ayahnya yang selalu penasaran, tapi tak tahu cara mengungkapkanya hanya diam memperhatikan tempat dimana calon cucu-cucunya berada.
seminggu kemudian, Jin Ling dan ZiZhen datang berkunjung. Membawa banyak sekali buah-buahan dari Lanling. Sepasang suami istri itu menyambut kedatangan kedua sahabatnya.
“Besarnya!” Tanpa pemirsi, kedua telapak tangan Jin Ling mengelus-elus perut bundar JingYi.
Dengan bangga JingYi membusungkan dadanya. “Ada tiga!” Katanya seraya menunjuk-nunjuk perutnya.
Jin Ling bahkan baru tahu, jika JingYi mengandung tiga bayi sekaligus. Lantas ia langsung menoleh kearah SiZhui sembari memberikan cenggiran jahilnya, ia juga memainkan alisnya dengan menaik turunkanya dengan cepat. SiZhui hanya tersenyum menanggapi hal itu.
“Sudah ada rencana menamai mereka?” Tanya ZiZhen.
SiZhui menggeleng sebagai jawaban, begitu pula dengan JingYi. Jujur saja, JingYi dan SiZhui belum terlalu memikirkan nama-nama untuk anak-anak mereka. Mengurusi kemauan SiZhui saja sudah membuat JingYi pusing, apalagi hobinya bertambah sekarang menjadi memarahi suaminya itu.
“Tidak ada rencana untuk menikahi Jin Ling?” mengalihkan topik awal, JingYi mencoba untuk menggoda sahabatnya itu. Setelah beberapa bulan lamanya mereka tidak pernah bertemu, dan sekarang saat yang tepat untuk menggoda kedua sahabat-sahabatnya itu.
Mendengar hal itu, Jin Ling menarik dagu kearah dadanya, ia memandangi lantai kayu di kediaman yang SiZhui bangun. Menyembunyikan wajah memerahnya, bahkan telinganya merah seperti irisan tomat.
“Ho, ho.. Jangan ditunda-tunda sobat, bisa-bisa kalian menikah saat aku sudah mendapatkan anak ke empat nanti.” Gurau JingYi. Kali ini wajah SiZhui yang memerah.
“A-aku akan keluar sebentar, udara di sini sangat panas.” Dengan gugup, Jin Ling melangkah melewati SiZhui dan juga Zizhen. Dengan kekehanya, JingYi ikut keluar menyusul Jin Ling. Mana mungkin bisa ia melewatkan kesempatan untuk melihat wajah memerah Jin Ling.
JingYi tahu, jika Jin Ling berbohong tentang udara panas. Cloud Recesses jarang sekali memunculkan hawa panas, bahkan hampir tidak pernah. Seumur-umur, JingYi tidak pernah betul-betul merasakan panasnya hawa didalam Cloud Recesses. Dari Zaman dia masih bayi sampai akan memiliki bayi, JingYi masih penasaran dengan hawa panas yang mungkin muncul di Cloud Recesses, walaupun itu sedikit tidak mungkin.
Dan, saat kedua pemuda manis itu keluar, kini hanya tersisa Zizhen dan juga SiZhui di dalam ruangan itu. SiZhui menatap ZiZhen dengan penuh harap. “Aku ingin makanan yang pedas!” Pintanya.
“Heh? Ta-tapi aku tak punya makanan ped-”
Belum selesai ZiZhen melanjutkan ucapanya, lenganya sudah ditarik oleh SiZhui. “Ayo beli sesuatu di Kota Caiyi!” Ajaknya. ZiZhen yang terseret hanya mengangguk, sebelum keluar mereka berpamitan kepada JingYi dan juga Jin Ling.
Jin Ling memperhatikan punggung kedua sahabatnya mulai menjauh kini beralih ke tangan JingYi yang sedang mengelus beberapa kelinci di pelukanya. Ia berjongkok dan juga mulai memainkan beberapa kelinci disana. Mengelusnya dengan lemah lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
鲜花盛开 [ZhuiYi]
Fiksi Penggemar鲜花盛开 Xianhua Shengkai [Bunga Yang Bermekaran] SiZhui, pemuda yang dibesarkan oleh Lan WangJi dan juga Wei Wuxian pada mulanya mengalami cacat di kedua matanya. Sampai seorang Tabib yang akhirnya bisa menyembuhkan cacat di matanya itu. Sebuah kehidu...