JingYi memanen sayuran yang SiZhui tanam di halaman rumah mereka beberapa waktu yang lalu. Sekarang usia putra-putra hampir menginjak satu tahun, mereka sudah pandai berbicara dan juga berjalan. Suasana rumah menjadi sangat ramai sejak mereka mulai mengoceh setiap kali bermain.
SiZhui sudah mulai kembali berburu malam, sesekali membantu paman dan juga ayahnya. JingYi sendiri sudah tidak bisa seaktif dulu, mengingat ketiga putranya mulai tumbuh. Ia harus menjaganya langsung. Walaupun hanya diam dirumah, JingYi sangatlah sibuk.
Beruntung ia sudah terbiasa bangun pagi, jika saja dia masih belum meninggalkan kebiasaan buruknya, mungkin SiZhui dan anak-anaknya tidak akan mendapatkan jatah sarapannya. Surai JingYi yang semakin panjang membuat dirinya sulit beraktifitas, inginnya dia memotong rambutnya. Tapi SiZhui bilang, jika ia menyukai rambut istrinya tetap panjang. Tentu saja JingYi tak enak hati jika memotongnya.
Akhirnya ia menyanggul rambutnya, sementara itu poninya tetap ia uraikan seperti biasa. Terkadang ia menyampingkan rambutnya ke kiri dan mengikatnya. Sering kali rambutnya menjadi bahan untuk tarikan dari ketiga putranya. Membuat JingYi semakin ingin memotong rambutnya. JingYi heran dengan suaminya, ia bisa tahan dengan rambut sepanjang itu. Hebatnya ia belum memotongnya lagi, jika saja itu JingYi, mungkin ia akan memotongnya sampai bahunya.
“A-Niang, lapar!”
Si sulung, Lan XinGuang berdiri diambang-ambang pintu. Menatap ibunya yang masih memanen sayur-sayur segar itu. JingYi melirik putranya yang masih berdiri, di belakangnya terdapat kedua adiknya yang mengekor.
JingYi tertawa pelan, mengingat mereka cepat sekali tumbuh. Rasanya baru kemarin dia melahirkan mereka, tapi sekarang mereka sudah bisa meminta makan kepadanya. “Baiklah, baiklah. Ayo kita cuci tangan dulu sebelum makan, oke?” JingYi menuntun anak-anaknya ke kamar mandi untuk membasuh tangan-tangan mungil mereka.
Setelah mencuci bersih tangan mereka, JingYi menyuruh ketiga putranya untuk duduk di meja yang telah ia siapkan. Dengan hati-hati, mereka duduk berjejer dengan rapih. JingYi datang membawa beberapa mangkuk berisi bubur yang biasa ia berikan kepada mereka, kemudian ia mulai membagikan bubur itu kepada putra-putranya.
“Ingin disuapi?” Tawar JingYi saat ketiga putranya sedikit kesulitan saat memegang sendok. Dengan malu-malu, kedua balita itu mengangguk. Sementara putra keduanya, yaitu Lan YeWu berseru dengan penuh semangat.
Akhirnya, JingYi menyuapi ketiga putra-putranya sampai bubur mereka habis. Usai makan, ketiganya nampak mengantuk. JingYi menuntun Lan YeWu dan juga Lan YueLiang, sementara itu Lan XinGuang sudah tertidur duluan, jadi mau tidak mau JingYi menggendongnya.
JingYi meletakan ketiga putranya diatas kasur. Dengan hati-hati JingYi meletakan ketiganya. Sebelum ia keluar dari kamar, JingYi melirik ketiga putranya yang kini sudah benar-benar pulas. Dengan adil, JingYi mengecup kening ketiga putranya sebelum ia keluar dari kamarnya.
Sekarang yang harus ia lakukan, merapihkan mangkuk-mangkuk kotor itu dan kembali memanen sayur-sayuran dihalaman belakangnya. JingYi kembali mengangkat keranjang kosong sebelum ia kembali ke ladang sederhana miliknya. Kembali memanen sayurannya, memetiknya sampai habis dan kembali ke dalam rumahnya.
JingYi mencuci sayuran-sayuran itu sesekali ia menyeka keringgatnya. Di waktu yang bersamaan, Wei WuXian datang untuk berkunjung. Memang dia selalu berkunjung saat siang atau pagi hari, bermain dengan cucu-cucunya dan sesekali ikut membantu JingYi memasak. Terkadang Lan WangJi juga ikut bergabung makan malam jika Wei WuXian singgah lama di kediaman putranya.
Suasana rumah sangat ramai saat semuanya berkumpul. Lan YeWu sangat senang jika Lan WangJi berkunjung, dia akan langsung menempel pada kakeknya. Lan YueLiang sangat suka mengutak atik Guqin milik ayahnya, tentu saja dengan pengawasan ketat dari SiZhui, khawatir jika jari lembut putranya terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
鲜花盛开 [ZhuiYi]
Fanfic鲜花盛开 Xianhua Shengkai [Bunga Yang Bermekaran] SiZhui, pemuda yang dibesarkan oleh Lan WangJi dan juga Wei Wuxian pada mulanya mengalami cacat di kedua matanya. Sampai seorang Tabib yang akhirnya bisa menyembuhkan cacat di matanya itu. Sebuah kehidu...