JingYi menyerahkan Lan YeWu kepada salah satu pelayan yang dimiliki Sekte Lanling Jin yang awalnya ia gendong, setelah itu JingYi berkacak pinggang. Langit sudah menggelap tapi masih ada saja tamu yang berdatangan. Ini sudah waktunya pengantin istirahat, dan juga menghabiskan malam pernikahan mereka. Tapi mereka malah sibuk menyambut tamu yang berdatangan.
Mengingat Jin Ling adalah Pemimpin Sekte Lanling Jin, jadi wajar saja jika banyak tamu yang datang dan pergi. Beberapa waktu lalu, Jin Ling sudah menyuruh JingYi dan SiZhui untuk beristirahat. Tapi bagaimana mereka mau beristirahat? Jika tamu berlalu lalang terus. Ingin rasanya JingYi berteriak.
“Kalian tahu etika bertamu tidak? Ini sudah larut, dan kami perlu istirahat!”
Ya mana mungkin bisa ia meneriaki itu, SiZhui pasti akan marah jika ia berteriak dengan etika yang buruk. Ia mengajari etika bertamu, tapi ia tak memberikan etika berbicara. Mana mungkin, ia bisa bertindak seperti itu.
Padahal dia dan SiZhui hanya tidur beberapa jam saja, di tambah putra-putranya yang mulai sedikit rewel akibat sering berganti-ganti orang yang mengurus mereka. Jelas mereka tidak terbiasa dan menjadi sedikit rewel. Mau tidak mau JingYi juga yang harus bermain dengan putranya sekaligus menyambut para tamu-tamu. Rasanya tubuhnya akan hancur dalam beberapa jam lagi, jika ia masih terus melakukan kegiatan menyebalkan dan super melelahkan ini.
Jingyi melihat SiZhui yang masih memaparkan senyuman saat menyambut para tamu. Padahal ada Lan XinGuang di gendongannya, pasti sangat melelahkan menjaga anak sekaligus menyambut tamu-tamu itu. JingYi mendekati suaminya itu dan meminta Lan XinGuang dari gendongannya.
SiZhui tak memberikanya, lagi pula putranya sudah hampir tertidur. Ia takut jika menyerahkan nya akan membangunkan putranya itu. JingYi menepuk pelan punggung SiZhui, tepatnya sejajar dengan pinggangnya. SiZhui meringis pelan, JingYi menghela napasnya. “Punggungmu sakit kan?” Tanyanya.
Pemuda di sampingnya terkekeh pelan. “Tidak.”
JingYi memutar bola matanya dengan malas. “Kau tak bisa berbohong kepadaku, kau tahu itu?”
SiZhui kembali mengalunkan kekehan ringanya. Langsung saja JingYi mengambil Lan XinGuang dan memindahkan ke gendongganya. Di saat itu juga, Jin Ling datang menghampiri mereka dan menyuruh kedua sahabatnya itu untuk beristirahat. Awalnya JingYi dan SiZhui tentu saja menolak, akan tetapi Jin Ling memaksa mereka untuk kembali ke kamar mereka.
Mau tidak mau, mereka menuruti kemauan sahabatnya itu. Lagi pula mereka sudah sangat lelah. Keduanya memberi salam hormat kepada Pemimpin Sakte Lanling Jin itu sebelum membalikan badanya dan juga mulai berjalan menjauh. Jin Ling segera kembali ke posisi awalnya. Ya, di samping ZiZhen.
JingYi berjalan tepat di samping SiZhui. Bisa ia lihat, cara berjalan SiZhui sangat lambat dan tertatih-tatih. Tentu saja JingYi membantu suaminya itu dengan memapahnya sampai depan kamar mereka.
Saat sudah sampai, disana mereka melihat dua pelayan yang masih setia menjaga kedua putranya yang sudah terlelap dalam tidurnya. Kedua pelayan itu mulai mendekat sembari memberikan salam hormat. JingYi tersenyum dan mengizinkan mereka untuk kembali beristirahat. Dan setelah itu, kedua pelayan itu pergi meningalkan kamar mereka.
“Ingin mandi dulu atau langsung tidur?” JingYi meletakan Lan XinGuang yang sudah tertidur di kasur empuk itu, setelah itu barulah ia menatap SiZhui yang sedang melepas satu persatu pakaian tebalnya. “Aku lapar.” Balas SiZhui.
Ah, JingYi sampai lupa, jika dia belum memasak. Apa ia mengambil makanan saja di dapur? Apa SiZhui akan kecewa jika ia tak membuatkan makan malam untuknya? Sejujurnya JingYi sudah sangat lelah hari ini. Ingin rasanya ia melempar tubuhnya diatas kasurnya dan mulai tertidur setelah itu.
“Aku belum sempat memasak, bagaimana jika ku ambilkan makanan dari dapur saja?” JingYi berdiri diambang-ambang pintu, ia masih menunggu jawaban dari suaminya. SiZhui menganguk pelan. “Mn, tak masalah.”
JingYi mengangguk sebelum ia bergegas ke dapur. Sesampainya di dapur, ia melihat ibu mertuanya yang masih berkutik dengan masakan yang ia buat. JingYi menghampirinya dan juga menyapanya sebelum ia mengambil beberapa makanan yang bisa SiZhui makan.
“Kenapa belum tidur A-Yi?” Tanya Wei WuXian. JingYi menghela napasnya dengan berat. “Bagaimana bisa tidur, jika tamu-tamu terus berdatangan.” Balasnya.
Wei WuXian tertawa. “Benar juga! Tadi aku melihat Jiang Cheng saat dia mengambil air di dapur, dia sangat kelelahan sepertinya.” Wei WuXian mengingat kembali wajah shidi nya itu, lalu ia kembali tertawa.
“Tentu saja ia sangat kelelahan. Pemimpin Jiang yang paling banyak membantu di acara ini, dari pagi sampai sekarang ia masih terjaga.” Kata JingYi seraya mengangkat satu nampan yang berisi piring dan gelas serta ada makanan di atas piring itu. JingYi melihat Wei WuXian sesaat. “Aku kembali dulu, permisi A-Niang.” JingYi menunduk hormat, sebelum pergi meninggalkan dapur
Sambil menguap, JingYi berjalan menelusuri lorong yang penuh dengan pelayan yang berlalu lalang. Sesekali dia juga menguap, bahkan saat sampai di kamarnya, JingYi langsung menaruh nampan itu di atas meja, sehabis itu ia langsung menaiki kasurnya dan tertidur. SiZhui yang baru saja selesai mandi melirik JingYi yang nampaknya sudah pulas. SiZhui melirik pintu kamar yang masih terbuka. JingYi memang tipikal orang yang ceroboh, wajar saja ia lupa dengan hal kecil seperti ini.
SiZhui menutup pintu kamarnya sebelum ia memakan makananya dalam diam. Ia ingin cepat-cepat menghabiskan makananya dan bergabung tidur bersama istri dan putra-putranya.
Lihat saja sekarang, SiZhui telah menghabiskan makananya sekarang. Dalam waktu kurang dari sepuluh menit ia berhasil menyapu bersih santapanya. Dia membawa piring kotor itu kedapur, dan mencucinya. Jujur saja, ia sangat malas untuk bolak-balik dari kamar ke dapur, dan dari dapur ke kamar. Rasanya ia ingin tidur di dapur saja, mengingat kakinya sangat malas untuk bergerak kembali.
SiZhui hanya memakai pakaian putih tipis yang biasa ia gunakan untuk tidur, rambut panjangnya terurai dan menjuntai kebawah. Saat ia ingin berbalik dan menuju kamarnya, SiZhui dikejutkan dengan suara dentingan piring jatuh. Suaranya sangat nyaring sampai-sampai membuat telinga pengang. Berhubung piring itu terbuat dari logam.
Saat ia berbalik untuk melihat sumber suara itu, ia langsung mendengar jeritan kencang. Ah, suara itu sangat SiZhui kenal. Siapa lagi jika bukan istrinya.
Disana JingYi memegang dadanya, tepat Jantungnya bertengger. Organ penting itu hampir terlepas dari tempatnya, ia kira orang di depannya adalah hantu. Kenapa ia bisa berpikir jika SiZhui adalah hantu, jelas-jelas dia setiap hari berpakaian seperti itu menjelang jam tidurnya.
“Ku kira kau tidur A-Yi” SiZhui menepuk-nepuk pucuk kepala JingYi beberapa kali. “Me-memang aku tertidur, tapi saat ku terbangun, suamiku telah menghilang. Ku kira dia tidur bersama orang lain.” Celetuk JingYi tanpa menyaring perkataanya, sontak itu membuat SiZhui tertawa.
Sedetik kemudian, JingYi mengambil piring yang ia bawa. Ia membawanya ke tempat pencuci piring sebelum ia mencucinya. Melihat JingYi mencuci piring, SiZhui menjadi penasaran. “Siapa yang habis makan? Apa kau menyajikan makanan kepada orang lain di jam segini?” Tanyanya.
JingYi memutar kepalanya untuk melirik pemuda di belakangnya. “Tentu saja tidak,” ia meletakan piring basah itu di tempat pengering. “aku lupa mencucinya kemarin, hehe.” JingYi terkekeh pelan sebelum mengelap kedua tangan basahnya.
“Ayo kembali, aku masih mengantuk.”
“Mn.”
KAMU SEDANG MEMBACA
鲜花盛开 [ZhuiYi]
Fanfic鲜花盛开 Xianhua Shengkai [Bunga Yang Bermekaran] SiZhui, pemuda yang dibesarkan oleh Lan WangJi dan juga Wei Wuxian pada mulanya mengalami cacat di kedua matanya. Sampai seorang Tabib yang akhirnya bisa menyembuhkan cacat di matanya itu. Sebuah kehidu...