Chapter Lima🐳

2.9K 614 142
                                    

Hallo, cangtip🐊
Ada yang nungguin cerita ini update, nggak?
Kalau nggak ada, nggak pa-pa;)

Sebelum baca, taburi Chapter ini bintang. Dan berikan komentar kalian mengenai Chapter ini nanti, oke.

Happy Reading 🐳

"Ah, sakit. Pelan-pelan dong." Lintang menjauhkan kepalanya dari tangan Siti. Sekarang Siti sedang mengobati luka Lintang akibat perkelahian antara geng Verguso. Tak ada henti-hentinya geng Verguso menantang geng Black Scorpio.

"Siapa suruh tawuran! Luka gini aja lebay banget," cibir Siti. Dia melanjutkan mengobati luka Lintang dengan wajah kesal.

"Lo juga sering tawuran, 'kan. Gua nggak masalah kalau ikut tawuran, karna gua cowok. Sedangkan lo cewek," ujar Lintang sambil menatap wajah Siti lekat.

Tangan Siti berhenti mengobati kepala Lintang, tatapannya tajam ke arah Lintang. Ada rasa tak suka saat Lintang membicarakan tentang hal itu.

"Nggak usah bahas itu. Gue nggak suka ada yang bahas tentang itu," ujar Siti tak suka.

"Ya udah, gua minta maaf. Lanjutin obatinnya," ujar Lintang manja. Hal tersebut membuat Siti bergidik ngeri.

"Manja banget, sih," ujar Siti.

"Manjain pacar sendiri wajib hukumnya," celetuk Lintang sambil tersenyum jahil. Siti tidak menghiraukan perkataan serta ekspresi wajah Lintang sekarang. Tugasnya sekarang adalah mengobati luka Lintang lalu pergi.

"Sejak kapan lo jadi ketua geng?" tanya Lintang.

Harus berapa kali Siti katakan, dia tidak suka saat seseorang menanyakan atau membahas tentang itu. Hal itu sudah menjadi privasi baginya. Orang tuanya sekalipun tidak tau dengan hal ini.

"Gue udah bilang, jangan pernah bahas hal itu lagi. Gue nggak suka." Nada bicara Siti meninggi, raut wajahnya terlihat marah. Tetapi Lintang terkekeh saat melihat wajah Siti yang sedang marah padanya.

"Gua pantas tau semua tentang lo. Karna lo pacar gua, Esya," ujar Lintang sambil tersenyum manis.

Amarah Siti semakin memuncak saat Lintang memanggilnya dengan nama Esya. Apa Lintang tidak mengerti dengan ucapannya? Mengapa Lintang seakan ingin mengajaknya berkelahi.

"Diam, Lintang!" teriak Siti murka.

"Jangan mentang-mentang lo pacar gue, lo bisa tau semua hal tentang gue! Itu udah jadi privasi gue! Lo nggak berhak tau!" Siti bangkit dari duduknya dan menatap Lintang nyalang.

Lintang ikut bangkit. Senyuman manis Lintang masih bertahan, menghiasi bibirnya.

"Orang lain tau tentang lo, kenapa gua enggak? Gua mau kenal lo lebih jauh lagi, Esya." Lintang menggenggam kedua tangan Siti dengan erat. Dengan sekali hentakan, tangan Siti terlepas dari genggaman tangan Lintang. Tanpa basa-basi lagi, Siti pergi meninggalkan Lintang seorang diri.

Bukannya mengejar, Lintang malah tertawa kecil sambil menatap kepergian Siti.

"Jangan panggil gua Lintang, kalau gua nggak bisa buat lo luluh, Esya." Lintang tersenyum miring, lalu pergi meninggalkan area taman.

_______

"Nggak bisa gitu dong, Pak! Terus saya gimana? Uang jajan saya udah habis. Masa saya harus jalan kaki? Mana bentar lagi hujan!" Retha sedang mengomeli Pak sopir yang akan menjemputnya. Ada masalah dengan mobil yang sedang dipakai oleh sopir Retha.

"Aduh, maaf, Non Retha. Dari tadi mobilnya nggak mau nyala," ujar Pak sopir.

"Bakar aja, Pak! Nyusahin amat! Ya udah, Retha jalan kaki aja biar meninggoy!" Setelah mengatakan kalimat tersebut, Retha segera menutup teleponnya. Dia menatap awan hitam yang sebentar lagi akan menurunkan hujan. Biasanya dia menyisipkan uang jajannya, tapi hari ini uang jajannya habis tak tersisa.

𝓒𝓸𝓶𝓹𝓵𝓲𝓬𝓪𝓽𝓮𝓭 [Spin Off Libra]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang