EMPAT PULUH DUA // Epilogue 02

905 136 12
                                    

"Butuh bantuan?"

Lelaki yang masih berjalan terseok-seok, seraya memegangi bahunya yang retak, langsung berposisi siaga ketika mendengar sebuah suara di dekatnya. Rintihan sakit yang sempat ia keluarkan segera ditahan kuat-kuat.

"P'Off?"

Off tersenyum tipis mendengarnya. "Syukurlah kau masih menganggapku 'phi', Gawin."

Off berjalan mendekat, namun Gawin perlahan memundurkan dirinya. "Tidak, jangan mendekat."

"Aku tau kau sedang terluka. Biar ku bantu, okay?"

Gawin menggeleng. Sambil tetap menahan rintihannya, lelaki itu berkata, "Tidak perlu. Aku bisa sendiri."

Mendengar jawaban dari Gawin, tentu saja Off tidak meng-iyakan begitu saja. Lelaki berkemampuan mirip Dewi Aphrodite ini mencoba teknik pendekatan yang lebih halus. Seperti, "Gawin, tenanglah. Ayo aku bantu, aku tau kau kesakitan. Ku mohon, kalau kau saja masih menganggapku 'phi' bagaimana bisa aku tidak menganggapmu 'nong'-ku? Kemari, nong. Biar ku lihat lukamu."

Dan ya, Gawin luluh. Selain sakit yang ia rasakan semakin menjadi-jadi, fakta bahwa ia masih mendengar suara Podd yang memanggilnya juga membuatnya semakin ingin berlari jauh. "Ta-tapi phi, bisakah kau bawa aku pergi dari sini?"

Tanpa banyak bertanya, Off mengangguk. Dan hal tersebut menjadi bukti nyata bagi Gawin, jika seniornya ini mengetahui apa yang sedang terjadi antara dirinya dan Podd.

"Kita ke SPA Tower. Ada Chimon disana yang bisa menyembuhkan lukamu juga K'Gulf dan Gun yang bisa memberimu obat pereda nyeri. Boleh?"

Gawin mengangguk. "Bahkan jika ternyata kalian ingin membunuhku disana, aku tidak apa."

Ucapan itu menghentikan Off yang baru akan membantu Gawin melangkah. Di pegangnya pelan kedua bahu Gawin, sekedar untuk meminta perhatiannya sebentar tanpa ada niat menyakiti. "Hey, aku mengajakmu ke sana agar kau bisa di obati. Agar kau kembali sehat, dan dapat beraktifitas seperti biasa. Aku-kami, tidak pernah berniat membunuhmu. Karena kami tau, ada banyak cara menyelesaikan masalah. Tidak melulu dengan kekerasan dan kematian. Apalagi, dengan kalian yang notabene berasal dari serum yang sama."

Gawin tercenung mendengarnya.

I–ini adalah kalimat yang ia ingin dengar seumur hidup.

Kalimat penuh kedamaian. Tanpa rasa membenci disana.

Dan sekarang ia mendengarnya. Dari mulut seseorang, yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

"Aku harap kau adalah P'Podd, phi."


🔸🔹🔸


Bangkok, Thailand.

GMM University, memory at the evening.


"Ramida? Ada apa?"

"Eungg-begini, P'Off. Aku ingin meminta izinmu untuk membawa P'Gun ke toko buku sekitar jam 5 sore nanti. Boleh?"

Bagi para mahasiswa, hari ini adalah hari terbebas mereka selama berkuliah. Tidak seperti para Agents yang sering menggunakan absen beberapa waktu ini untuk mengurus nyawa, mereka yang memang hanya manusia biasa selama ini tidak pernah di perbolehkan mengambil izin. Alasannya cukup konyol, yaitu karena tidak ada surat yang menunjukkan kepentingan untuk keluar kelas. Padahal, siapa yang tau tentang keadaan di luar sana hingga perlu menyiapkan surat untuk pergi seperti itu?

Safety Partners [GMMTV Actors AU] • [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang