PROLOG

7.4K 281 3
                                    

"Three"

"Two"

"One"

"HAPPY GRADUATION YEEEYYYY."

Sorak sorai teriakan dan berikutnya ratusan toga mengudara di udara sesaat itu adalah akhir dari hari kelulusan Yuki dan angkatannya kali ini, dilanjut dengan foto bersama dan saling mengucapkan kata selamat kepada teman-teman terdekatnya. Tak henti-hentinya Yuki tersenyum lebar dan lega di hari paling ditunggu-tunggunya selama empat tahun sekolah di kota Yogyakarta ini.

"YUKIII," panggil Caca-sahabat Yuki yang paling dekat dengannya, dan menjadi teman se-kostannya itu berjalan kearahnya lalu memeluknya erat.

"Sumpah kalo lo pulang kampung jangan lupain gue, gue gak mau ya ada drama teman tapi lupa diri," ucap Caca mengeratkan pelukannya itu.

"Iyalah, gue bukan manusia sejenis itu kok."

Bagi Yuki, teman atau sahabat seperti Caca adalah sosok yang tak boleh di sia-siakan. Apa lagi orang sepintar Caca, sambil menyelam jangan lupa minum air kan, muehehe.

"Udah ah lepas. Sesak napas gue lo peluk kaya peluk pacar halu lo aja," ujar Yuki mencoba melepas pelukan Caca yang hampir buat Yuki susah bernafas itu, karena Yuki tau Caca adalah orang yang sangat melodrama itu gampang menangis dan ia tidak mau baju yang sudah di persiapkan beberapa hari lalu menjadi basah oleh air mata dan ingus.

Jijik!

Susah yah temenan sama orang yang perasa.

"Gila lo, Park-seo Joon itu definisi pria tertampan nomor satu," nah kalau sudah menyangkut pacar halunya itu Caca langsung seratus persen sesadar itu, bahkan bisa di bilang gila kalau dia menonton drama korea yang di perankan Park-seo Joon.

Gantengnya dari mana?

"Udah ah, yuk kita lanjut foto. Mungkin ini foto terakhir gue sama lo kan, malem kan gue udah harus pulang Ca."

"Yahhh," Caca langsung menampilkan wajah lesu lagi mendengar ucapan Yuki tadi.

****

"Assalamu'alaikum Bu,"

"Wa'alaikumussalam, Ya Allah Yuki kamu pulang nak."

Teriakan sang Ibu membuat Yusuf adik Yuki keluar dari kamarnya dan mendapati sang kakak tercintanya itu tengah berpelukan dengan Ibunya itu.

"Ibu sehat?" tanya Yuki menahan tangisnya di pelukan wanita yang telah melahirkannya itu.

"Baik, Ibu baik. Maaf Ibu dan adek mu tidak bisa menghadiri wisuda mu." ujar Ibu sambil melepaskan pelukannya dan menggiring Yuki memasuki rumah sederhananya itu.

"Gapapa Bu, doa dan hadiah yang ibu kirim sebelum Yuki wisuda pun Yuki sangat senang."

"Kakak," cengiran Yusuf terbit di depan pintu menyambut kedatangan kakak satu-satunya itu dengan penuh kerinduan.

"Gila, lo makin bengek aja dek," ujar Yuki memeluk Yusuf singkat.

Pletak

"Aduh, sakit woy," ringis Yuki mendapat sentilan di keningnya, siapa lagi pelakunya kalau tidak, Yusuf.

"Gila gue kangen banget sama lo ka."

Setelah Yuki sampai pagi hari tadi di kampung halamannya, dia langsung mengistirahatkan dirinya yang benar-benar lelah. Perjalanan menaiki bus travel dari Yogyakarta sampai sukabumi membutuhkan waktu yang cukup lama. Bisa saja Yuki menaiki kereta atau pesawat, tapi di fikir-fikir jiwa hemat Yuki meronta-ronta. Lebih baik uang lebihnya beli skincare bukan.

Yuki melihat jam dikamarnya menunjukkan waktu pukul satu siang, ah dia belum sholat, lebih baik dia sholat sekarang dan keluar dari sarang ternyamannya dulu sampai sekarang dirumahnya ini.

"Saya sudah menganggap Ibu dan Yusuf adalah keluarga saya."

Sayup-sayup Yuki mendengar suara mengobrol dari ruang tamu setelah keluar dari kamarnya, apa ada tamu? Ah bikin penasaran saja, pelan-pelan Yuki mengarahkan kakinya untuk mengintip siapa yang datang itu.

"Iya nak Pram, tapi apa ini tidak--, "

"Tidak Bu, malah saya yang sangat berterimakasih atas jasa Ibu kepada keluarga saya," apa Yuki budek atau gimana, ko suaranya yang err, seksi yah. Kayak Park-seo Joon atau Lee Minhonya Caca.

Ehe eh tapi, biasanya kan Ibu itu berteman dengan ibu-ibu atau om-om, apa suara seksi itu suara om-om yah? Yahhh pujian yang tak sesuai realita dong.

"Ibu," panggil Yuki melihat Ibunya yang duduk menghadapnya itu dan melihat punggung kokoh seorang pria dan memiliki bahu yang tegap.

Punggungnya kuat ya bund buat menggendong. Apa lagi bahunya enak yah hyung buat sandaran.

"Apa Ibu jodohkan saja kamu dengan anak Ibu, Pram? Kalau kamu mau?" tanya Ibunya kini melihat Yuki, yang ditatap pun menyerngit keningnya bingung atas ucapan ibunya itu.

Apa tadi Ibu bilang, anaknya? Ini kan seorang pria, dan anak perempuan hanya Yuki. Apa ibunya mau menjodohkan dirinya? Tiba-tiba pria tersebut menolehkan kepalanya kearah Yuki.

"Ya Allah, SIWOOON,"

***

-Baru prolog guys

Oke

Makasih banyak yang sudah mau baca
Dan tolong yah kalau ada typo yang author kece ini kelewatan revisi di tandain. Biar gampang di revisi nanti😂

Oke readrs yang cerdas.

Author sayang kalian💕💕💕*letup-letup

Ekspresi Yuki ngeliat punggung, eh mksudnya tulang punggung keluarga masa depannya hyung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ekspresi Yuki ngeliat punggung, eh mksudnya tulang punggung keluarga masa depannya hyung.
Mupeng yang bund

Kepala Desa Falling In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang