“Apa pun itu Pak, saya siap membayarnya”
_Yukina Arum P_Happy Reading
“Assalamu’alaikum. Iya Pak ada apa?” tanya Yuki yang menjepit HPnya diantara bahu dan kepalanya karena sekarang ini ia sedang mencuci piring.“Kamu datang kesawah sekarang!"
“Tapi Pak sekarang masih jam delapan,”
“Sekarang Yukina.”
Ada apa dengan Pak Pram? Fikir Yuki bingung. Apa karena Pak Pram terlalu excited tentang sawah yang akan dipanen hari ini, padahal Yuki sudah bilang kepadanya bahwa akan ke sana jam sepuluh pagi. Tapi kenapa tadi Pak Pram menelponnya dengan suara tegas dan dalam seperti sedang menahan amarah. Pms kali itu orang.
Yuki pun cepat-cepat membereskan pekerjaannya dan menemui Ibunya meminta ijin untuk pergi kesawah Pak Pram untuk terakhir kalinya. Omong-omong kesehatan Ibunya sekarang menambah menurun, padahal Yuki sudah membujuk Ibunya agar berobat ke RS dan berakhir dengan jawaban tidak mau dan hanya mengandalkan obat yang biasa Ibunya konsumsi jika penyakitnya kambuh.
“Apa Yusuf ijin saja Bu agar tidak kuliah hari ini?” tanya Yusuf yang duduk sedari tadi menemani Ibunya.
“Enggak usah, kamu sana pergi kuliah. Ibu baik-baik saja,”
“Tapi—“
“Udah sana pergi,” setelah berpamitan Yuki maupun Yusuf pergi menuju ketempat urusan mereka masing-masing.
Melihat kedua anaknya yang sudah pergi dari rumah, Arumi memejamkan mata karena pusing mendera hebat dikepalanya dan dada kirinya terasa sedikit sakit. Dia tidak boleh pergi dulu, masih ada Yusuf yang masih harus ia urusi dan juga belum melihat Yuki memakai baju kebaya pernikahan. Arumi harus kuat dan jangan sampai membuat kedua anaknya merasa khawatir lagi.
****
“Ya ampun Neng Yuki,” baru saja motor Yuki berhenti diparkiran, seorang petani yang bernama Bi Minah menghampirinya dengan tergesa-gesa dengan badan gemuk ciri khas ibu-ibu yang sudah mempunyai banyak anak.
“Ada apa Bibi berlari seperti itu, kaya dikejar setan aja,” canda Yuki sambil melepaskan helmnya dan menaruhnya.
“Ini lebih seram dari setan Neng, Ya Allah,” melihat raut gusar lawan bicaranya ini membuat Yuki menyerngit bingung, lebih seram dari setan. Emang apa?
“Emang apa Bi?” tanya Yuki penasaran.
“Itu sawah—“
“Kamu sudah sampai?” Pak Pram langsung menghampiri Yuki dengan langkah lebarnya dan diiringi raut wajah yang terkesan dingin dan aura marah mengelilinginya, membuat siapa saja yang melihat dan berada disekitar Pak Pram langsung merinding.
Oh jadi ini setannya!
“Iya Pak, ada apa?” tanya Yuki takut-takut menatap pria didepannya ini menatap Yuki dengan muka yang terkesan datar namun tegas sampai Bi Minah yang tadinya berada di sebelah Yuki menyingkir lebih jauh lagi.
Apa gue ngelakuin kesalahan lagi?
“Ikut saya nanti kamu akan tau sendiri.” Yuki pun mengikuti Pram dari belakang dan Bi Minah dengan jarak yang cukup jauh lagi. Ini ada apa sih? Fikir Yuki. Kenapa semua petani yang melihat Yuki seperti menatap kasihan dan marah. Aneh sekali.
Setelah sampai Yuki melotot kaget melihat semua sawah termasuk salah satunya sawah Pak Pram dibanjiri oleh air seperti danau bahkan terdapat padi-padi yang menguning sudah membusuk. Apa kemaren hujan sampai membuat sawah seperti ini, tapi kemaren hanya gerimis. Tapi kenapa bisa seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepala Desa Falling In Love
Romance"Yuki Ibu mau melihat kamu menikah nak!" Bagai sambaran petir di siang bolong Yuki menemukan Ibunya tergeletak tak sadarkan diri di dapur dan setelah sadar pun Ibunya kini mengatakan hal yang membuat Yuki seperti tersengat aliran listrik. Bagaimana...