BAB 7: Ini Jawaban Yuki Pak

1.9K 147 3
                                    

“Bayar hutang sih benar Pak, tapi tidak perlu menjadi teman hidup juga!!!”

_Yukina Arum P_

Happy Reading

“Jadi apa Pak?” plis jangan aneh-aneh lagi.

“Menikahlah dengan saya,”

Hancur sudah dunia Yuki. Memang ini tidak aneh-aneh, tapi satu macam aneh atau teraneh seumur Yuki hidup.

Kejadian semalam terus saja mengusik fikiran Yuki sampai-sampai dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Bayangkan saja tidak ada sambaran petir seperti difilm-film horror, sawo matang mengucapkan hal yang sangat sakral untuk spesies wanita.

Menikahlah dengan saya.

Jangankan romantis, bulu kuduk Yuki saja berdiri tiap kali teringat akan hal itu. Untungnya saja dering ponselnya menyelamatkan lamunan Yuki, Yusuf pelakunya. Kali ini Yuki merasa sangat bersyukur mempunyai seorang adik seperti Yusuf walau pelakunya sendiri tidak menahu soal itu. Adiknya itu menelpon akan ke RS selepas dzuhur selepas pulang dari kuliah dan mengurus kebun sebentar.

Pagi ini Yuki sedang menyuapi Ibunya dengan makanan khas RS, walau kerap kali Ibunya mengeluh dengan rasa hambar dan ingin memakan makanan rumahan atau apa pun itu kecuali makanan RS dan Yuki sudah berjanji akan membawakan makan siang yang akan dia masak dirumah.

Setelah selesai Yuki pun membereskan bekas makan sang Ibu dan mengupaskan buah apel pemberian Pak Pram semalam untuk Ibunya.

“Yuki,” Yuki mendongak menatap Ibunya.

“Iya Bu?” ucapnya. Memotong kulit buah apel yang sangat tidak disukai Ibunya dan memotong kecil-kecil daging buahnya agar Ibunya mudah untuk memakannya.

“Tentang perkataan Ibu semalam, Ibu sangat serius Yuki,” Yuki mendesah pelan dan menghentikan irisan buahnya.

“Sekarang Ibu fokus sama kesehatan Ibu saja, tidak perlu memikirkan hal-hal yang aneh Bu,” ujar Yuki. Arumi menatap anak sulungnya itu dengan tatapan memohon dan sedih secara bersamaan, dia akan sangat lega jika Yuki sudah bersuami. Dan pasti anak pertamanya itu ada yang menjaganya kalau dia akan pergi secara mendadak. Rasanya waktunya tidak akan lama lagi.

“Nak,” panggilan lirih itu membuat mata Yuki berkaca-kaca.

“Ibu sangat ingin melihat kamu mengenakan baju kebaya pengantin, pasti sangat cantik. Apalagi kamu sudah lulus dan akan bekerja bukan, dan Ibu rasa waktunya sangat tepat untuk kamu menikah. Ibu takut kalau Ibu tidak bisa melihat kamu sampai menikah nanti apa lagi menggendong cucu, dan Ibu menitip Yusuf. Carikanlah perempuan yang bisa membuat dia bahagia,”

“Ibu bilang apa sih, Ibu pasti sembuh!” seru Yuki.

“Ibu rasa waktu Ibu sudah tidak akan lama lagi Yuki,”

“Ibu ...”

“Berjanji dengan Ibu,” ucapnya. Menunjukkan jari kelingking kearah Yuki dan membuat Yuki sangat bimbang, dengan siapa dia akan menikah nanti. Pacar saja Yuki tidak punya.

“Iya Bu, Yuki janji,” balasnya membalas tautan jari kelingking.

****

Kepala Desa Falling In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang