BAB 3: Rantang Untuk Pak Pram

2.5K 174 4
                                    

Pak rantang saya diterima kan?

-Yukina Arum P-

_Happy Reading_

Setelah kejadian kemarin malam hari ini Yuki langsung disuruh Ibunya menghantarkan rantang khusus untuk Pak Pram. Sebenarnya Yuki sangat malu dan merasa bersalah setelah mulut yang enggak ada akhlaknya ini mengeluarkan kata-kata kasar dan bisa menimbulkan salah paham.

Sungguh berdosanya anak perempuan Ibunya ini.

Bayangkan saja jika kalian menjadi Yuki, berucap kasar di hadapan calon Kades yang menurut penuturan Ibunya tadi Pram adalah orang yang sangat terpandang di desanya. Apa yang akan kalian lakukan? Apa lagi jika orang tersebut mempunyai belasan lahan pertanian dan peternakan di beberapa daerah.

"Cepat berangkat sana. Ibu enggak mau kalau kamu kembali dengan rantang yang masih penuh. Temui nak Prak dan minta maaf atas sikap kamu!" Yuki hanya mendengarkan omongan Ibunya bagai nyanyian lagu yang bisa membuat Yuki mengangguk-anggukan kepala dan bergeleng ria.

Melihat Yuki yang masih santai dengan memakan pisang goreng dihadapannya itu membuat Ibunya tak segan untuk menjewer anak pertamanya. Dosa apa yang ia dan suaminya perbuat dulu sampai melahirkan Yuki seperti ini.

"Ish sakit Bu!" gerutu Yuki mengusap bekas jeweran Ibunya ditelinga yang masih terasa pedas. Mungkin sudah berwarna merah sekarang.

"Iya Yuki pergi. Assalamu'alaikum." pamit Yuki. Tak lupa membawa rantang besi berwarna putih dengan gambar buah-buahan atau sayur-sayuran, dengan cap kecil yang bergambar panda memakan bambu di pinggir gambar rantang tadi.

"Ngapain kamu balik lagi?" sewot Ibunya melihat Yuki kembali berjalan ke arah rumah.

"Yuki enggak tau rumah Pak Pram Bu?" dengus Yuki. Ibunya yang baru teringat sekarang belum memberitahu alamat Pram kepada Yuki membuat sang Ibu tertawa, karena memang Pram masih tergolong baru di desa ini. Sekitar empat tahunan dan saat itu Yuki baru saja pergi keluar kota untuk meneruskan pendidikannya.

"Ada di belakang rumahnya Mang Maman."

"Mang Maman?" tanya Yuki mengulangi jawaban Ibunya tadi.

"Iya, orang yang kamu temui di sawah Ibu kemarin," jelas Ibunya lagi, membuat Yuki mengangguk mengerti. Mang Maman yang mempunyai gigi yang sudah ompong itu kali.

Setelah jawaban Ibunya, Yuki pergi melanjutkan misi membawa rantang kerumah calon Kadesnya, namun ketika Yuki baru saja sampai di depan rumah tetangganya Yuki pun langsung kembali lagi kerumahnya dan menemukan Ibunya yang masih menjemur pakaian di tambah Yusuf yang baru saja keluar dari rumah membawa ember yang berukuran besar.

"Ibu." panggil Yuki kecil.

Melihat anaknya kembali lagi itu membuat sang Ibu merasa gemas sekaligus sebal memiliki anak gadis yang plin-plan ini.

"Apa lagi Yukina?"

"Yuki lupa rumah Mang Maman!" garuk Yuki ditengkuknya yang memang gatal.

*****

Yuki memperhatikan rumah tingkat dua dihadapannya dengan kagum. Rumah yang bercat putih dengan pilar yang dilapisi batu alam yang sangat cantik menurut Yuki, tak lupa ada beberapa pohon buah-buahan dan tanaman sayur-sayuran di depannya. Sebuah mobil yang Yuki tidak tau berjenis apa, yang pasti mobil itu sangat mahal terparkir sempurna di garasi dan dipagar hitam yang mengelilingi rumah tersebut.

Gila, rumah kayak gini di kampung udah jadi sultan. Selalu di agung-agungkan emak-emak setiap kali mengobrol tentang calon mantu idaman dan bapak-bapak yang ngepos ronda membicarakan putri siapa yang beruntung menikah dengan calon Kades mereka yang baru.

Kepala Desa Falling In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang