Tulen Jawa? Idaman gue banget ini!
-Yukina Arum P-
_Happy Reading_
Yuki terus melirik pria yang baru saja menolongnya setelah insiden jatuh dari pohon mangga tadi. Sungguh memalukan, apa lagi dia terus saja menangis kencang ketika kakinya tengah di urut oleh Mbah Mirjan, tukang urut terkenal di desanya itu.
Berasa artis yah tuh Mbah-mbah.
Hey jangan salahkan Yuki menangis. Dia tidak sekuat itu merasakan kakinya yang terus di pijat dan di tarik karena keseleo.
"Makasih nak Pram, sudah repot-repot mengantarkan Ibu dan Yuki ke rumah dan mencarikan Mbah Mirjan untuk mengurut kaki Yuki," Yuki melirik Pram-nama pria tersebut sedang tersenyum kepada Ibunya dan melirik ke arah Yuki dengan tersenyum pula. Dengan cepat Yuki menghindari tatapan lawan bicara Ibunya tersebut agar rasa malunya tidak kian menjadi.
"Enggak ngrepotin ko Bu, itu kemauan saya sendiri!" serunya.
"Kak Pram mau minum apa? Maaf Yusuf lupa nawarin," cengir Yusuf menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena baru ingat pria yang menggendong kakaknya pulang tersebut dan mencari Mbah Mirjan yang sangat sibuk karena para kliennya ada di mana-mana untuk mengurutnya belum di suguhkan apa-apa karena saking panik mendengar tangisan kakaknya yang nyaring itu. Toa masjid.
Terdengar ringisan pelan dari mulut Yuki membuat semua mata memandangnya dan Yuki yang di tatap seperti itu pun semakin merutuki kebodohannya.
"Kenapa nduk?" tanya Ibunya.
"Yuki mau pipis Bu, susah buat jalan!" jawab Yuki jujur karena ia sudah kebelet pipis saat menemui Ibunya kesawah tadi.
"Oh yasudah Bu, saya juga mau pamit pulang. Masih ada urusan juga sama Kepala Desa." pamit pria itu membuat Yuki mendesah lega karena jantungnya sudah tidak dugan-dugan lagi, menari disko.
"Lah minumnya gimana Kak?"
"Gapapa, lain kali saja." lain kali katanya? Berarti ada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Yuki bisa mati kutu menanggung malu terus-terusan bertemu dengan sawo matang. Eh tapi jarang kan Yuki bisa merasakan pelukan bahkan gendongan pria tampan, apa lagi jika itu tipe idaman, Jawa tulen meuhehe.
Bahkan rasanya Yuki masih mencium minyak wangi pria tersebut di sebagian bajunya akibat gendongannya tadi, panas. Rasanya Yuki semakin gila dengan pria ini.
Panas dingin.
****
"Pelan-pelan bego," umpat Yuki ketika Yusuf memapahnya terlalu cepat hingga Yuki merasa di seret anak itu setelah keluar dari kamar mandi menuju ke kamarnya.
Cubitan kecil mendarat di pipi tembam Yuki membuat sang empu mendelik tajam kearah Yusuf.
"Omongan lo gak bisa yang bener apa heh. Udah dapet karma dari gue, terus lo mau gue kasih sumpah serapah lagi hah?" tanya Yusuf berhenti memapah Yuki dan membantunya duduk ditepi kasur yang dilapisi seprai bunga-bunga kesukaannya.
"Bego? Lo kali yang bego," tambah Yusuf. Lemparan bantal langsung saja mendarat sempurna di wajah Yusuf bahkan hampir dia jatuh terjungkal kebelakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepala Desa Falling In Love
Romance"Yuki Ibu mau melihat kamu menikah nak!" Bagai sambaran petir di siang bolong Yuki menemukan Ibunya tergeletak tak sadarkan diri di dapur dan setelah sadar pun Ibunya kini mengatakan hal yang membuat Yuki seperti tersengat aliran listrik. Bagaimana...