23

590 28 5
                                    

Hay...
Maaf ya lama banget update-nya.
Soalnya banyak banget pikiran, terus kalau mau up rasanya kek hilang moodnya gitu, maap-maap ya..
Okelah kita lanjut🤣

Seminggu berlalu, semenjak Sea dirawat di rumah sakit Alfa yang selalu menemaninya. Jurusan Sea dan Alfa itu sama, mereka hanya beda kelas. Jadi Alfa bisa langsung mengajari materi-materi yang diajarkan di sekolah.

Hal yang selalu Sea nanti, perhatian Alfa. Apakah Alfa benar-benar sudah mengakui Sea? Atau hanya karena perjanjian? Entahlah, namun yang jelas perasaan Sea saat ini sangat bahagia.

"Alfa," lirih Sea. Merasa namanya dipanggil Alfa pun menoleh menatap Sea.

"Kenapa?" tanyanya datar.

"Kak Lisa," ucapan Sea berhenti membuat Alfa langsung menatap Sea. Ya sejak Sea dirawat, Lalisa dan Bisma tidak menjenguknya. Menanyakan kabarnya saja tidak, padahal Sea selalu berharap mereka menjenguknya.

"Laper gak?" Alfa yang tau kemana arah pembicaraan Sea langsung saja mengalihkan topik pembicaraan diantara mereka. Alfa tak ingin melihat mata sayu Sea lagi.

Sea yang juga tau jika Alfa sedang mengalihkan pembicaraan, dia hanya mendengus kesal dan kembali menatap Alfa.

"Sea gak laper. Alfa laper?" tanya balik.

"Gue laper. Kita ke kantin yuk?" ajak Alfa.

"Emang boleh?"

"Entahlah,"

"Hmmm,"

"Lu bisa jalan?"

"Bisa. Sea kan sehat. Sea itu gak sakit, kalian aja yang gak ngerti. Sea itu sehat, mau pulang," cerocosnya panjang lebar.

"Kalau lu sehat coba lu lari maraton," sinis Alfa.

"Alfa!!"

"Bisa gak?"

"Sea mana kuat. Ngos-ngosan ntar,"

"Berarti lu emang sakit,"

"Enggak. Sea itu sehat,"

"Coba lu lompat seratus kali di sini,"

"Ok," Sea bersiap beranjak dari brankar, namun Alfa mencegahnya.

"Jangan,"

"Kenapa?" tanya Sea heran.

"Gue yakin lu gak kuat. Ntar lu pingsan,"

"Hmmm, mana tau sebelum dicoba," jawab Sea.

"Kalau lu pingsan gue yang repot," sahut Alfa.

"Ya Alfa gak usah peduliin," cerca Sea.

"Kalau bukan gue yang peduli sama lu, terus siapa yang mau peduli sama lu," ucapan Alfa tak dijawab oleh Sea. Hening, Alfa yang merasa ada yang berbeda sontak menoleh ke arah Sea.

Mata Alfa membulat ketika matanya melihat benda bening jatuh dari pipi gadis itu. Dia menangis? Apa yang salah dari ucapan Alfa? Kenapa Sea menangis?

🍁🍁🍁

"Yan," panggil Rizal yang hanya dihiraukan oleh Rian.

"Gue dicuekin?" lagi-lagi tak ada sahutan. Rizal yang kesal terhadap sahabatnya ini langsung mengambil paksa ponsel Rian dari tanganya.

"Apa?" balas Rian ketus dan langsung merebut kembali ponselnya.

"Gue mau ngomong," ucap Rizal.

"Angga mana?" tanya Rian.

"Beli makanan katanya," balas Rizal.

"Lu tungguin Angga aja. Gue sibuk,"

"Sibuk pdkt ma dokter muda itu?"

"Itu lu tau. Kenapa masih nanya kalau lu tau?" sinis Rian.

"Oh jadi gini. Ok fine, awas aja kalau lu minta bantuan gue lagi. Kerjain PR matematika sama fisika lu sendiri," ancaman Rizal berhasil membuat Rian menoleh ke arahnya.

"Jadi lu gak ikhlas?" tanya Rian.

"Kemarin-kemarin sih ikhlas, tapi keknya setelah ini gue ogah nyontekin lu lagi," sinis Rizal.

"Sahabat gue bukan sih lu?"

"Lah lu nganggep gue sahaba? Sedangkan gue mau ngomong aja lu sibuk dengan urusan lu sendiri. Apa susahnya ngedengerin sahabatnya ngomong. Setidaknya pura-pura ngedengerin aja walaupun gue tau lu gak bakal ngedengerin gue sungguh-sungguh," omelnya panjang lebar.

"Gue sibuk," balas Rian.

"Ok," setelah mengatakan itu Rizal langsung meranjak pergi dari hadapan Rian. Rian tak peduli, dia kembali memainkan ponselnya.

Rizal berjalan menelusuri kolidor rumah sakit, kakinya terhenti ketika matanya menangkap jelas siapa yang ada di depannya. Matanya terus tertuju ke arah gadis remaja berparas cantik yang ada di depannya saat ini.

Gadis itu sedang membenarkan posisinya di kursi roda yang ia duduki saat ini. Gadis itu tidak sendirian, dia bersama seorang suster rumah sakit yang membantunya.

Rizal mengikuti arah jalannya gadis itu. Rizal ingin memastikan siapa gadis itu. Benarkah yang dia pikirkan saat ini? Atau gadis itu hanya mirip dengan seseorang yang ada dipikiran Rizal.

Gadis itu berhenti di taman rumah sakit. Dia melihat sekeliling dan kembali menatap kedepan. Rizal hanya bisa melihatnya dari belakang. Dia tak berani jika harus memastikannya secara langsung.

Siapa sebenarnya gadis itu? Apa hubungannya dengan Rizal? Siapa dia?

Mata Rizal terus terfokus ke arah gadis itu, gadis itu hanya diam. Suster yang menemaninya juga hanya diam menunggu gadis itu dari belakang kursi rodanya.

Tiba-tiba ada pergerakan dari gadis itu. Tangan gadis itu membuka pelan kotak yang ada dipangkuannya. Gadis itu tersenyum sebelum mengeluarkan isi yang ada dalam kotak tersebut. Rizal juga ikut fokus melihat apa yang sebenarnya ada di kotak itu.

Perlahan tangan gadis itu mengeluarkan isi dalam kotak kecil yang dia buka tadi. Mata Rizal kembali membulat ketika tau apa isi dari kotak tersebut.

Kalung perak bertulis nama Tiara, kalung yang tidak asing baginya. Mungkin kalung seperti itu banyak. Namun yang membuatnya berbeda adalah inisial A di bawah nama Tiara.

"Tiara," lirih Rizal tak percaya.

Siapa itu Tiara? Apa hubungannya dengan Rizal? Kenapa Rizal sebegitu kagetnya melihat gadis itu? Siapa dia?



Bersambung.....
Maaf ya sekali lagi
Maaf jarang up 😁
Doain ae biar gak plin-plan lagi ya🤣

Makasih yang udah mau setia nunggu aleasea update

Jangan lupa vote dan komen ya

See you next time

Aleasea [ON GOING••]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang