12 Desember 2020
•••
Victor mendengkus sebal, tentu saja ia akan spontan menggerakan tubuhnya maju sebelum truk menghantam badannya. Ia menghampiri dua anak muda itu, pun mengambil tangan mereka dengan wajah murka.
"Kalian berdua, ikut gue!" kata Victor, tak pernah Brendon melihatnya semarah ini dan Manorama masih syok, ikut saja kala Victor membawanya bersama. Brendon agak tertatih hingga Victor terpaksa membantunya berjalan.
Kini, mereka pun sampai di rumah Brendon, duduk di lantainya saja dan Victor langsung menyerahkan Gaege kecil yang menangis ke sang ibu.
"Eh, Gaege ...."
"Dia nyokapnya, lo tenang! Lo berdua tenang! Susuin tu anak, Bu!" Victor menodong. Dan meski Manorama yang seakan kehilangan kewarasan tak menanggapinya sedari tadi, tak lama kemudian ia tersenyum seraya menyusui bayi mungil itu. Victor pun langsung menyelimuti bagian sana agar tak terlihat.
Brendon yang sebenarnya hanya memperhatikan Gaege, mendapatkan pukulan pelan di wajah. "Lu jangan ngeliatin, sang* entar!"
Brendon tersadar, ia terdiam. "Ma-maaf, Bang."
Victor melepaskan topeng Brendon, sebelum akhirnya memberikan kotak P3K padanya. "Sana, obatin luka lo!"
Setelahnya pun, keheningan, Brendon mulai mengobati lukanya berupa goresan dan lebam di kaki, sedang Manorama sibuk menyusui Gaege yang bahkan amat tenang di pelukan ibunya. Kadang, Brendon ternganga ke arah Manorama yang ia ketahui adalah ibunya Gaege ... dan gadis yang ia hamili itu.
Tepat selesai mengobati lukanya, dan kini ia melihat Victor menatap keduanya bergantian, menunggu.
"Ehem!" Victor berdeham, dan saat itulah Manorama tersadar, matanya membulat sempurna dan siap melepaskan Gaege tetapi Victor menahannya. "Tetap seperti itu, dan sekarang bicarakan baik-baik! Tatap anak itu, sadar Neng!"
Manorama menatap Gaege di pelukannya yang sekarang telah terlelap, rasa keibuan dan tak tega benar-benar hadir hingga ia memeluknya erat. Tangisan kembali jatuh tetapi tanpa sengaja, melihat ke arah Brendon yang menatapnya, ia kesal lagi.
"Elo!" Brendon menatap bingung.
"Sekarang, kalian ceritain, apa yang sebenernya terjadi dengan kalian berdua! Jangan terbawa emosi, harap tenang karena ada anak kecil di antara kita, sekarang ... mulai! Siapa yang pengen lebih dahulu?"
Manorama masih menatap kesal, meski kemudian ia mendengkus. "Harusnya lo gak sok-sokan jadi pahlawan, biarin gue mati!"
Brendon menggeleng. "Enggak, jangan ... kasian ... kasian Gaege."
"Bukan itu yang pengen gue denger, dasar bocil labil! Cerita, awal pertemuan kalian!" kata Victor menengahi. "Neng, siapa nama Eneng?"
"Apa nama itu penting?" Victor diam, tentu saja retoris. Manorama memutar bola matanya malas. "Nama gue Manorama Syandana, putri semata wayang perusahaan besar dan terkenal. Syan Corp." Ia menatap keduanya bergantian, dengan tatapan sombongnya. "Dan kalian, bukan apa-apa dibandingkan gue ataupun orang tua gue."
"Hadeh ... out of topic mulu! Ceritain awal mulanya, biar semua pikiran terbuka."
Manorama terdiam selama beberapa saat, sampai akhirnya ia mendengkus. "Saat itu, malam reuni ketiga SMA gue, dan Brendod ini!"
Brendod. Brendon tahu itu ejekan untuknya. Ungkapan itu berasal dari jidatnya yang memang lebih besar, Brendon jidat jenong yang cerdas, yang diplesetkan jenod. Jika Manorama tahu gelar itu, mungkin Brendon harusnya mengenalnya.
Namun, Brendon sadar, ia tertutup hingga banyak tak tahu sekitaran.
Ia bahkan tak ingat apa pun di pesta itu, dan ia ternganga mendengarkan ungkapan Manorama tentangnya. Yang direcoki Ryan untuk meminum alkohol dosis tinggi ....
Lalu Ryan membawa Manorama ke toilet, bertemu Brendon, dan Brendon mulai melakukan sesuatu padanya. Mereka tak sadar jika Manorama menutupi bagian di mana sebenarnya ia lah yang mendekati Brendon lebih dahulu.
Sadar-sadar, Manorama ada di kamar, Brendon ada di luar.
"Lho, kalau begitu yang harusnya salah di antara kalian sebenernya Ryan, kan?" Victor menegaskan.
"Dia gak salah, toh dia gak sengaja, yang salah tetep si culun ini!" Brendon hanya menunduk.
"Diliat dari ceritanya aja menurut gue ya, tu Ryan sengaja ngasih minuman yang salah. Brendon, apa lo korban bullying mereka?"
Brendon menatap Victor, pun mengangguk pelan.
"Jelas banget, ya." Ia lalu menatap Manorama lagi, ada sorot aneh yang membuat Victor memicing curiga. "Gue yakin lo tau, kan? Hm? Sengaja lo?"
"Tetap aja, yang ngehamilin---"
"Sssttt, cukup!" Victor lalu menatap Brendon. "Brendon, sekarang ceritain apa yang terjadi sama lo!"
Brendon terdiam, ia berusaha mengingat apa yang terjadi padanya, yang ia ingat hanya saat ia pergi menuju reuni dan berakhir di kursi taman. Tak ada ingatan, seakan ... semuanya hilang.
"Brendon?"
Brendon menggeleng, ia tak tahu sama sekali. "Saya enggak ingat apa pun, Bang. Saya enggak ingat apa pun."
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
NERD DADDY [Brendon Series - Q]
Romance18+ Berita kehamilan Manora menyebar luas di kampus, tetapi dengan kemampuan orang tuanya yang merupakan sosok terpandang semuanya bisa dibungkamkan. Dan kemudian, mereka akan memberikan hukuman pada sosok yang menghamili anak semata wayang mereka...