4 Januari 2021
•••
Syukurlah, ayah Manorama ingin pertemuan di luar bukan di kamarnya, jadi Manorama pun mengikuti penjaga yang membawanya keluar ke ruang pertemuan. Manorama tahu, jika kondisinya membaik di mata ayahnya, ia pasti akan dicurigai begitu saja jadi ia memilih berpura-pura gila.
Ia berusaha mengabaikan ayahnya yang mulai angkat suara, matanya sebenarnya mencari-cari mana ibunya.
"Manorama, maaf Papah sendiri ngunjungin kamu ke sini, Mamah lagi sakit." Mata Manorama membulat sempurna, sakit? Namun ia berusaha menyembunyikannya dengan berakting gila. "Itu semua karena anak culun itu, maaf ... maaf ...."
Brendon? Apa yang Brendon lakukan?
"Karena dia Papah kalap dan tanpa sengaja mendorong Mamah kamu, dia jatuh dan sekarang belum sadarkan diri."
Entah kenapa, Manorama tak ingin membela ayahnya saat ini. Ia malahan kesal karena sifat itu ....
"Tapi kamu tenang aja, Papah bakalan menyelesaikan ini semua. Dan mendapatkan Gaege kembali ke pelukan kamu." Tangan ayahnya memegang tangannya. "Biar kamu sembuh lagi, Sayang."
Manorana menarik tangannya lagi, enggan menanggapi dan hanya fokus ke akting gilanya.
Ayahnya pun berdiri dari duduknya, sebelum akhirnya beranjak pergi, Manorama dibawa kembali ke kamarnya di mana nyatanya Brendon terbangun dari tidurnya.
"Astaga!" Brendon memekik, kaget. "Ma-maaf, aku ketiduran--"
"Lo lebih hati-hati, ya. Papah udah ngerencanain sesuatu buat lakuin sesuatu sama lo, gue gak tahu apa, tapi Papah orangnya nekat." Manorama menggeleng takut. "Lo hati-hati."
Brendon terdiam, wajah Manorama kelihatan amat khawatir sekarang.
"Iya, aku akan hati-hati." Ia tersenyum hangat.
"Ya udah, sana lo! Udah numpang makan, numpang tidur pula! Sana pulang!" usirnya kembali ke mode jutek.
"Ma-maaf!"
Brendon pun berkemas, sebelum akhirnya beranjak pulang bersama Gaege di pelukannya. Manorama diam-diam tertawa pelan melihat tingkah itu walau kemudian wajahnya mengkhawatir.
Brendon dalam bahaya ....
Sementara itu di sisi sang ayah, pria itu kini sampai di sebuah penjara, sipir membawanya menuju ke ruang pertemuan dan tak lama kemudian datang tahanan dengan wajah bonyok ke hadapannya. Mereka kini duduk berhadap-hadapan dan tahanan berwajah bonyok itu tersenyum lebar.
"Tinggalkan kami berdua!" Dan kini, di ruangan itu, hanya tersisa mereka berdua.
"Om ... pasti ayahnya Manorama, kan?" tanya tahanan tersebut.
Wajah ayah Manorama kelihatan sangat serius. "Kamu yang bernama Ryan, bukan?" Ryan tertawa pelan. "Kamu tahu informasi soal Brendon? Di mana letak persembunyian dia?"
Ryan lagi-lagi hanya tertawa, tentu ia tahu, Victor sendiri yang membuka rahasia soal hal itu.
"Kalau iya kenapa?"
"Kamu pasti dendam dengan Brendon, kan? Apa yang ingin kamu lakukan?" Dan mulailah sebuah negosiasi. "Saya akan membebaskan kamu dari tahanan, asal kamu ... kamu harus mau membantu saya."
"Ah ... Om bener-bener benci banget, ya, keknya sama yang namanya Brendon? Sama, Om, saya juga." Ryan manggut-manggut. "Kalau begitu, dengan senang hati saya bakalan bantu, Om. Ayo cepetan bebasin saya dulu!"
"Informasinya, dulu."
"Ah, oke oke oke." Ryan pun mengambil sebuah pena, dan menulis lokasi bunker itu berada. "Akhirnya ... huh ... gue gak bakal disiksa tahanan lain lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
NERD DADDY [Brendon Series - Q]
Romansa18+ Berita kehamilan Manora menyebar luas di kampus, tetapi dengan kemampuan orang tuanya yang merupakan sosok terpandang semuanya bisa dibungkamkan. Dan kemudian, mereka akan memberikan hukuman pada sosok yang menghamili anak semata wayang mereka...