29 Oktober 2020
•••
"Pagi, Bu Kost!" sapa Brendon yang baru saja keluar dari tempat tinggal mungilnya, di mana ada seorang wanita tua yang tengah menyiram bunga di seberangnya.
"Pagi juga, Brendon." Wanita itu menyapa balik. "Waduh, ya, kamu bangun sepagi ini buat kuliah."
Brendon hanya tertawa. "Saya berangkat dulu, Bu!"
"Hati-hati di jalan!"
"Siap, Bu!" Brendon pun menaiki motor bebeknya, memakai helm, membenarkan tas mengenyamping miliknya serta kacamata yang dikenakannya sebelum akhirnya menyalakan motor kemudian menjalankannya dengan kecepatan sedang. Tak butuh waktu lama, ia sampai di lokasi universitas tempatnya menimba ilmu.
Satpam yang berjaga baru membuka pagar ketika Brendon masuk tanpa permisi. "Pagi, Pak!" sapanya.
Si satpam menguap. "Duh, kek tukang bersih-bersih aja!" kata pria itu dan Brendon melengos saja menuju parkiran khusus motor. Ia meletakkan motornya di pojok dan setelah melepas perlengkapan berkendara cepat-cepat ia menuju ke lokasi paling disukanya.
Perpustakaan.
Brendon sudah ada di depan tempat itu, dan sudah ada seorang penjaga perpustakaan ingin membuka pintunya. Wanita dewasa itu tersenyum akan kehadiran Brendon.
"Kamu selalu antusias banget sama buku baru," kata penjaga perpustakaan itu.
Keduanya tertawa pelan.
Pintu pun dibuka, dan Brendon siap sedia masuk mendahuluinya. Namun, tangan si wanita menghentikannya. "Eits, sesuai prosedur. Ibu tahu kamu langganan ke perpus, tapi tetep harus pakai aturan."
"Eh, ma-maaf, Bu. Saya ... gak sabar." Brendon menyengir merasa bersalah.
"Ayo masuk!" Dan ia mengekori wanita itu, mengurus izin masuknya dengan sangat tak sabaran, hingga akhirnya ia mendapatkannya.
Langsung, ia menuju ke rak di mana ada banyak kotak di depan rak buku kosong yang keduanya kelihatan amat baru di sana. Wanita itu juga ikut menghampiri.
"Wah ...." Brendon mengambil buku baru itu, membukanya dan menghirup aromanya yang khas dalam-dalam.
"Brendon, kamu bisa nolongin Ibu buat nata buku-buku itu? Sebelum kamu baca."
"Siap, Bu!" Mulailah, Brendon dengan hati-hati menata buku sesuai abjad, dan sangat teliti sesuai urutan. Hal ini dipermudah karena dalam kotak sudah tersusun sesuai abjad dan jenis buku, hingga tak berapa lama Brendon selesai.
Ia memilah buku, menunjuk dengan telunjuk apa yang ingin dibacanya lebih dulu, sebelum akhirnya ia mengambil satu.
Dibukanya buku itu, lembar pertama ia hirup aromanya dalam-dalam, setelahnya ia menuju ke meja dan duduk di sana. Menikmati sarapannya berupa buku baru dengan isi menyegarkan mata dan sangat antusias pemuda berkacamata itu membacanya.
Terlebih, suasana sepi perpustakaan, tak ada anak lain selain Brendon.
Satu buku tuntas dengan penuh ketenangan, Brendon menghela napas panjang seraya meletakkan buku itu. Ia pun melihat jam tangannya, ia membaca buku itu hanya dalam kurun waktu kurang dari satu jam karena tak terlalu tebal. Ia kemudian kembali ke tempat rak buku itu berada, memilah lagi, dan tepat kala ia ingin mengambil buku sebuah suara membuatnya menoleh.
"Apa mahasiswa bernama Brendon Qaisar ada di sini?" tanya seseorang, mendengar namanya tertera pun Brendon keluar dari area rak dan menuju ke lokasi penjaga perpustakaan.
Ada beberapa pria berjas yang tak ia kenali di sana, dan terlihat wajah sang wanita dewasa itu pun agak khawatir.
"Mari ikut kami ke ruang rektor." Brendon terdiam, bingung ada apa, semendadak ini juga. Langsung ke rektor juga?
"Ayo cepat!" Bahkan para pria berjas asing ini memaksanya, Brendon yang ciut pun mengekori mereka.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
NERD DADDY [Brendon Series - Q]
Romantizm18+ Berita kehamilan Manora menyebar luas di kampus, tetapi dengan kemampuan orang tuanya yang merupakan sosok terpandang semuanya bisa dibungkamkan. Dan kemudian, mereka akan memberikan hukuman pada sosok yang menghamili anak semata wayang mereka...