7 Desember 2020
•••
Geraldi menunjukkan lokasi-lokasi yang ada di kost khusus karyawan klub ilegal itu, toilet yang terpisah, kamar mandi, warung serta lokasi-lokasi yang cocok untuk mereka nongkrong, serta orang-orang yang ada di sana. Saat mereka berada di taman kecil belakang rumah, tengah duduk di tanah rerumputan, pemuda yang lebih tua darinya itu kini mengambil rokok linting dari sakunya sebelum akhirnya menyalakan dan mengisapnya.
"Lo mau?" tawarnya ke Brendon.
Brendon menggeleng. "Makasih, Bang."
"Jangan panggil Abang, panggil nama aja, Geraldi."
"Mm ... iya, Gerald." Brendon mengangguk, kemudian menatapi sekitaran yang asri meski asing. Pastinya nanti Brendon akan terbiasa akan segalanya.
"Heh, minggir, gue mau nebas rumput!" Terdengar sebuah suara, keduanya menoleh dan menemukan seorang pemuda.
Brendon ingat dia, Geraldi memperkenalkannya sebagai Panji, salah satu anak angkatan yang seumuran dengan Brendon tetapi jauh lebih senior seperti Geraldi. Brendon segera berdiri tetapi Geraldi menahannya.
"Lo mau tebas rumput ya tebas aja!" Geraldi menyahut dongkol.
"Lo mau gue nebas pala lo berdua, huh?" Ia menunjukkan cluritnya, air muka galak.
"Ck, iya iya!" Geraldi pun berdiri, dan Brendon tersenyum kecut juga mengikuti ya.
"Maaf, ya, Bang!" kata Brendon kepada Panji sebelum akhirnya beranjak bersama Geraldi. Selain Panji, ada banyak orang di sini.
"Gerald, itu ... itu rokok gue, kan?" Gadis yang mereka lewati langsung merampas rokok dari tangan Geraldi. "Lo maling kurang ajar, ya!" Itu Helen.
"Eh, gue udah izin sama lo, lo aja yang gak denger! Sini balikin!" Geraldi tak terima.
"Enak aja! Gue yang punya! Gue gak ada iyain elo!" Helen balik menyolot, dan terjadilah cekcok yang membuat Brendon malas dengan mereka dan menuju ke arah lain.
Dari segi kenyamanan, ini lumayan nyaman, hanya saja ia harus membuat Gaege kecil menghindari asap rokok ataupun bau alkohol. Ia bisa menangis karenanya.
Dan mata Brendon kini menatap cewek galak di awal, tengah berbicara dengan Victor, Hope namanya. Mereka membicarakan sesuatu, wajah keduanya kelihatan serius, dan tak ingin kepo ataupun menguping Brendon pun memilih masuk ke rumahnya lagi.
Itu hanya sebagian besar dari orang yang diperkenalkan Geraldi, beserta status mereka yang sebagai anggota pemusik. Geraldi, Panji, Hope, serta Helen adalah penyanyi yang menghibur di klub.
Sisa yang lain, ada yang berprofesi sebagai PSK, Brendon bartender baru yang menggantikan bartender lama yang kembali ke kampung halamannya.
"Ah, anak Ayah bangun ternyata, ih pinternya enggak nangis." Brendon menemukan Gaege kecil ada di kasur, bergerak ala gerakan bayi yang tak teratur. Benar-benar manis. Ia duduk di tepian kasur, bermain dengan anaknya itu.
Kemudian, matanya menatap ke arah seragam yang akan ia kenakan malam ini. Brendon pun berdiri, menghampiri ke seragam yang tergantung di dinding tersebut, memegangnya.
Katanya, inilah seragam di klub ilegal mereka, kebanyakan akan memakai topeng pesta. Brendon dapat topeng berwarna emas khusus matanya, dan kostum bak maid pria yang kasual dan khas.
Jujur, ia masih memikirkan statusnya sebagai pekerja ilegal di tempat yang ilegal.
Kemudian, kala melihat Gaege yang masih bergerak lembut di atas kasur, rasa dilemanya berkurang. Ini demi putranya ....
"Bunda, maaf ...."
Brendon hanya bisa pasrah dengan keadaannya, berharap Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuknya dan untuk anaknya. Lelaki muda tersebut berjalan lagi, duduk di samping putranya, kemudian bermain dengannya.
Waktu demi waktu terlewati dan Brendon masih merasa nyaman dengan keadaannya, dan kini tibalah waktu ia menjadi bartender. Victor yang punya akses masuk bebas dengan kunci semua kamar, membuka pintu.
"Siap siap, woi! Siap! Siap!" Ia tak hanya berseru pada Brendon, tetapi yang lain, hingga Gaege yang tadi tertidur pulas terkejut dan mulai menangis. "Astaga, maaf, gue lupa lu ada baby! Astaga maaf!"
"Eh, gak papa, Bang!"
Victor masuk menghampiri Gaege, dan Brendon khawatir karena Gaege tak suka bau alkohol, tetapi saat menghampiri nyatanya Victor tak berbau demikian. Ia bahkan menggendong Gaege, menenangkannya seraya mengambil dot yang tersedia di samping kasur.
"Dah, lo mandi aja, gue jagain anak lo!"
Gaege tenang, Brendon benar-benar takjub.
"Gue juga pernah punya bayi, sekarang dia udah SD, dah lo sana percaya aja sama gue! Cepetan entar telat!"
"Ba-baik, Bang!"
Brendon pun membawa perlengkapan mandinya, memperhatikan keduanya sejenak dan sadar betapa lembutnya pelukan Victor padanya hingga kepercayaan pun terbangun.
Benar-benar pria baik.
Brendon pun akhirnya keluar, sementara Victor mengurus Gaege yang begitu nyaman di pelukan Victor.
"Duh, jadi kangen anak gue, sayang emaknya gak izinin gue ketemu dia lagi." Wajah Victor kelihatan sendu.
"Bang, i--"
"Hust!" Victor menghentikan suara Geraldi yang menggelegar, ia hadir bersama yang lain yang akan bersiap. "Lu siap-siap, ngumpul depan, nanti kita masuk bareng!" ujarnya agak berbisik agar Gaege tak bangun.
"Oke, Bang, oke!" Geraldi ikut berbisik dan pergi bersama yang lain.
Gaege pun akhirnya tertidur nyenyak, dan Victor meletakannya begitu lembut di kasur. Tak lama Brendon pun datang bersama keadaan bersih serta wangi dan terlihat tersenyum akan atasan preman berhati hello kitty-nya.
Victor lalu keluar tanpa sepatah kata, menutup pintu pelan, dan menunggu seluruh anak buahnya berkumpul di depan.
Brendon menatap seragam yang akan ia pakai malam itu, mulai memakainya.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
![](https://img.wattpad.com/cover/238936882-288-k373966.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NERD DADDY [Brendon Series - Q]
Romansa18+ Berita kehamilan Manora menyebar luas di kampus, tetapi dengan kemampuan orang tuanya yang merupakan sosok terpandang semuanya bisa dibungkamkan. Dan kemudian, mereka akan memberikan hukuman pada sosok yang menghamili anak semata wayang mereka...