Ting....Tong...
Suara bel rumah berbunyi menandakan ada tamu yang datang. Clara dan Tomy yang sedang malas-malasan diruang keluarga mendengus pelan, kesal karena ada tamu.
"Clara, kamu buka pintu sana!" Suruh Tomy.
"Kenapa tidak kau saja sih?! Aku malas."
"Aku juga sam--"
Ting...Tong...
"Cepat Clara buka, takutnya itu orang penting."
Clara berdiri, bantal sofa yang di pegang ia taruh dengan kasar. Kemudian berjalan kearah pintu. Sedangkan Tomy tampak tidak peduli melihat Clara yang kesal.
Ting...Tong...
"Iya sebentar!"
Ceklek
"Siapa ya--"
"Akak lala! Lily angen!" Teriak Lily sembari memeluk kaki Clara.
"L-Lily?! Kakak juga kangen sama kamu! Kamu kesini sama siapa?" Clara membalas peluk dari Lily.
"Lily ama daddy!"
"Terus daddy kamu kemana?" Clara mencari-cari keberadaan daddy Lily.
"Nda au!"
"Lily lain kali jangan pergi sendirian oke? Jika Daddy kan sedang memarkirkan mobil. Halo Clara!" Sapa David kepada clara.
"Iya daddy! Akak Lala mau main cama Lily ndak? Lily bawa mainan kecini!" Pinta Lily.
"Boleh, ayok! Kita mainnya dihalaman belakang aja gimana?" Tanya Clara yang dijawab anggukan semangat oleh Lily.
Mereka berjalan kearah halaman belakang, dengan tangan Clara yang menenteng tas berisi mainan Lily yang sebelumnya ia pinta kepada David. Melihat Anaknya akrab bersama Clara, ada perasaan hangat dihatinya pasalnya Dinda tak pernah mau menemani Lily bermain.
David menghampiri Tomy yang masih duduk menonton televisi diruang keluarga.
"Tumben kau kesini?" Tanya Tomy.
"Tumben kau tidak menagih pekerjaan kepadaku weekend ini? Biasanya meskipun weekend kau tetap mau bekerja. Ah~ aku tahu karena ada Clara kan kau begini?"
"Aku kan harus membuatnya hamil sebelum satu bulan. Lagian kerja tiap hari itu capek."
"Jadi bagaimana? Malam pertama mu lancarkan? Obat kuat yang aku beri kau minum tidak?"
"Tanpa obat kuat yang kau kasih juga aku bisa membuat Clara terkapar dibawahku."
"Bagaimana Clara? Apa dia liar?"
"Sangat liar. Aku pun tak tau dia belajar dari mana tentang sex."
"Aku tak sabar untuk menjadikannya pasangan."
"Oh iya, dimana Dinda?"
"Setelah mengahadiri pesta pernikahanmu ia langsung ke bandara. Katanya ia ada urusan di jepang, tidak tahu urusan apa. "
"Sibuk sekali yah."
"Oh iya, orangtua mu tak curiga tentang Clara? Kau memakai alasan yang aku kasih kan? Bahwa Clara itu pegawai diperusahaanku?"
"Hehe tidak, aku lupa. Aku mengatakan kalau Clara itu mempunyai olshop."
"Yasudah lah. Kapan kau akan pindah dari sini?"
"Memang untuk apa aku pindah?"
"Ya kau harus pindah dari sini. Karena aku akan sering berkunjung untuk menemui Clara, kan mana mungkin aku bolak-balik kesini setiap hari nanti orangtuamu akan curiga."
"Kan ada Lili, pakai saja dia sebagai alasannya."
"Aku juga kan ingin mengobrol dengan Clara, ingin berdekatan dengan Clara. Kalau Lily yang dijadikan alasan mana bisa aku melakukannya."
"Baiklah aku akan pindah dari sini. Tapi aku harus bilang terlebih dahulu ke orang tuaku."
"Dan kau akan pindah kemana? Kalau kau belum ada tempat tinggal. Tenang nanti aku yang carikan. Atau kau tinggal saja diapartemenku, bagaimana?"
"Baik sekali kau. Memang kau itu ada udang dibalik batu, tidak usah aku akan tinggal diapartemenku sendiri."
"Kalau begitu, apa kau bisa carikan aku apartemen yang kosong dekat dengan apartemenmu?"
"Benar-benar bos yang satu ini, jiwa pebinornya minta ampun. Iya nanti aku carikan."
"Baguslah kalau begitu."
Setelah itu tidak ada percakapan diantara mereka berdua, mereka hanya fokus terhadap film yang ditayangkan di televisi.
"Oh iya, aku mau bertanya."
"Kenapa harus meminta ijin, tanya saja langsung."
"Bagaimana perkembangan pencarian kedua adikku?"
"Hah~ masih sama. Tidak ada peningkatan. Maaf, aku dan anak buahku sudah berusaha untuk mencari mereka, tapi mereka seakan menghilang dari bumi."
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin bertemu dengan mereka lagi. Aku tidak tahu mereka saat ini dimana. Apa kau sudah menemukan Tante Nindi atau om Aqshal?"
"Tentang tante Nindi atau om Aqshal mu itu, aku tidak tahu mereka dimana, mereka pindah sebulan setelah insiden penculikan mu."
"Kenapa begitu susah untuk mencari mereka."
David merasa bersalah, melihat wajah sahabatnya itu yang seakan putus asa untuk mencari keluarganya, karena 11 tahun berlalu tapi hanya sia-sia yang mereka dapat.
"Tapi aku masih heran kenapa tidak ada laporan penculikan tentang dirimu dikantor polisi? Mustahil kalau orangtua mu atau tante Nindi itu tidak melaporkan tentang kejadian penculikan mu."
"Aku juga tidak tahu. Apakah orangtua kandungku benar-benar menyayangiku atau tidak. Aku pernah berceritakan kalau setelah ada kembar mereka seakan tidak peduli lagi padaku."
"Tidak mungkin, aku yakin kalau mereka menyayangimu. Kau tahu mengasuh anak itu saaangat melelahkan. Aku mengasuh satu anak saja rasanya lelah sekali, apalagi orangtuamu yang mempunyai anak kembar ditambah kau dan kelakuanmu yang sangat merepotkan."
"Aku tidak merepotkan! Aku selalu membantu mereka."
"Halah omong kosong."
_______________
TBCAku tunggu vote+Comentnya dari kalian😉😉😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan CEO
Romance"Hubungan Rumit antara Clara, Tomy dan David." Tapi ini gak ada sama sekali unsur dewasanya.