Clara terbangun dari tidurnya, ia melihat ke arah jendela yang ditutupi gorden masih gelap. Matanya lalu tertuju ke arah jam diatas nakas disampingnya masih jam 2, tapi ia sudah terbangun karena haus yang menyerang tenggorokannya.
Clara bangkit dari kasurnya, menghampiri nakas yang berada disamping Tomy, dimana gelas dan teko yang berisi air. Tomy memang biasanya menyediakan air putih dikamarnya, jadi bila ia terbangun dari tidur karena haus ia tidak perlu capek-capek turun ke dapur.Ia meminum sembari berdiri
"Clara?"
Uhuk...uhuk...
"Maaf, Ra."
"G-gapapa, kamu ke bangun gara-gara aku yah? Maaf."
"Enggak kok, aku mau ke kamar mandi."
Tomy melenggang pergi ke kamar mandi, sedangkan Clara yang sudah beres minum meskipun tadi tersedak, kembali ke kasur berniat untuk tidur.
"Ra, kamu udah ngantuk belum? Ada yang perlu aku omongin sama kamu." Tomy berjalan ke arah kasur setelah dari kamar mandi."
"Mau ngomong apa?"
"Kalau kita pindah dari sini kamu mau gak?" Tanya Tomy yang sudah berbaring diatas kasur, badannyaberhadapan dengan Clara.
"Emangnya mau pindah kemana?"
"Ke apartemen aku. Yang dulu sempet kamu tinggalin, gimana?"
"Aku sih ngikut aja."
"Yaudah besok aku omongin masalah ini sama ayah sama ibu."
"Oke"
====
Pagi tiba, Clara sekarang sedang menyiapkan sarapan bersama ibu mertuanya, Evelyn. Hari ini mereka menyiapkan Nasi goreng dengan telor ceplok, katanya tidak mau ribet.
Dari arah tangga terlihat Shandy dan Tomy yang berjalan ke arah dapur.
"Ayok makan! Ini nasi goreng buatan Clara. Pasti enak." Ucap Evelyn
"Ibu juga kan bantuin." Clara tersipu malu karena dipuji oleh mertuanya.
"Mau masakan ibu, masakan Clara semuanya enak." Ucap Shandy.
"Yaudah ayuk makan!" Ajak Evelyn.
Clara mengambilkan nasi goreng untuk Tomy, sebagai istri ini adalah kewajiban meskipun pernikahannya hanya pernikahan paksaan.
"Ayah, ibu, Tomy ada yang mau diomongin." Suara Tomy memecah keheningan di sarapan pagi ini.
"Mau ngomong apa? Kamu mau bilang kalau Clara udah isi?" Tanya Evelyn.
"Ibu mereka kan baru nikah tiga hari, masa Clara udah hamil sih." Jawab Shandy.
"Ya ibu kan nebak aja sih yah."
"Jadi kamu mau ngomongin apa?" Tanya Shandy.
"Tomy sama Clara mau pindah dari rumah kalian, bolehkan? Tomy udah nemu apartemen deket dari kantor Tomy."
"Kok kamu pindah sih? Udah lah tinggal disini aja, rumah ibu sama ayahkan besar nanti kalau kalian pindah rumah jadi sepi dong." Ujar Evelyn.
"Tomy sama Clara pengen belajar mandiri gitu. Lagian kan biar gampang kalau Tomy mau Romantisan sama Clara."
"Bener itu bu, ayah setuju sih. Kan biar cucu kita cepet hadir." Sahut Shandy.
"Tapi kan yah, nanti kan rumah jadi sepi cuman ditinggalin sama kita berdua."
"Ibu sama ayah juga kan sering keluar, main sama temen-temen masa sepi sih. Bolehin yah kita berdua pindah?"
"Mau gimana pun kita juga gak bisa ngelarang kamu, kan kamu udah berkeluarga. Jadi kalian mau pindah kapan?" Tanya Evelyn.
"Kita mau pindah hari ini."
"Cepet amat, kamu gak beres-beres dulu?" Tanya Shandy.
"Gak yah, soalnya Tomy bawa barang-barangnya yang penting aja sama sebagian baju. Lagian juga kan barang-barangnya Clara juga kan sedikit. Disana pun udah ada sebagian pakaian sama barang Clara."
"Yaudah mau pindah jam berapa? Ayah sama ibu mau lihat juga apart nya kalian."
"Kayaknya jam dua aja deh yah."
"Yah~ sayang banget. Ibu sama ayah ada acara jam satunya."
"Yaudah sih gapapa yah."
===
Sekarang Clara dan Tomy sudah sampai di apartemen. Tomy pun sudah memberitahu kepada David bahwa dia dan Clara sudah pindah ke apartemen dan memeberitahu juga bahwa kebetulan apartemen seberang Tomy sedang dijual.
Tomy menyodorkan sebuah Platinum Card kepada Clara."Ini. Besok kamu pakai untuk belanja baju karena baju mu belum terlalu banyak. Kau juga boleh membeli apa saja, sepatu, tas atau apalah, terserah mu saja."
"I-ini Platinun Card kan?! Kenapa kamu kasih ke aku?"
"Ya kamu kan udah jadi istri aku, jadi udah jadi tanggung jawab aku buat ngasih kamu uang buat kebutuhan kamu."
"Kamu ngasih Silver Card juga aku udah seneng. Ini udah berlebihan. Tapi makasih banyak, aku gak bakalan nolak."
"Tapi ini gak gratis loh, ada syaratnya."
"Apa?"
"Tapi kamu harus janji gak marah."
"Ya emang apa syaratnya?"
"Janji dulu Ra."
"Iya, aku janji."
"Maaf Clara, tapi syaratnya adalah kamu harus jadi simpenan." Suara Tomy mengecil dibagian akhir kata.
"Apa? Simpenan? Simpenan kamu? Kamu punya pacar atau istri lain?"
"Enggak. Kamu jadi simpenannya David,bos aku. Maaf Ra, a-aku juga adinya gak ma--"
Clara Berdiri dari sofa."Kamu gila yah?! Aku aja baru jadi istri kamu gak ada sebulan-- malahan gak ada seminggu, tapi kamu udah nyuruh aku jadi simpenan?!"
"Aku juga tadinya gak mau Clara, tapi kalau gak gini, pencarian adik aku yang hilang bakal dihentiin!! Kamu tahu kan aku gak mau hal itu terjadi."
"Iya aku tahu tapi aku--"
"Tolong Clara, aku udah putus asa banget! Tapi David janji kalau misalkan kamu gak bakalan dijadiin patner's sex nya dia. Dia cuman mau kamu ngelayanin dia selayaknya istri aja, gak ada hal berbau sex."
"T-tapi dia kan sudah punya istri. Buat apa dia nyari lagi simpenan kalau bukan buat diajak sex?"
"Kamu tau? istrinya itu jarang dirumah. Dan David selalu bilang kalau dia tuh ingin mempunyai hubungan suami-istri yang harmonis. Dinda itu hanya istri yang gila harta, dia hanya peduli pada kehidupan sosialitanya dia ketimbang keluarga, bahkan Lily pun dia gak pernah urus. Waktu aku bawa kamu ke rumahnya, Dia langsung tertarik sama kamu. Jadi tolong Clara, jadi simpenan David yah?"
"Tapi untuk berapa lama?"
"Aku gak tau sampai berapa lama, tapi dia kasih aku waktu buat ngomongin hal ini sama kamu sebulan. Tolongin aku, sampai pencarian adikku berhasil yah?"
"Ya, aku mau. No sex kan?"
"No sex."
====
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan CEO
Romance"Hubungan Rumit antara Clara, Tomy dan David." Tapi ini gak ada sama sekali unsur dewasanya.