05 🍁Flashback🍁

229 9 0
                                    

Disini bakal menceritakan tentang kehidupan Clara sebelum bertemu Tomy. Gak banyak percakapannya sih, banyaknya itu monolog dari Clara.

___________________

Author POV

"Ayah hiks yah! Jangan tinggalin Clara!" Clara kecil mengguncang-guncang tubuh ayahnya,berharap tubuh itu akan terbangun.

Suasana duka begitu terasa dikediaman mewah milik keluarga Clara. Fajar Nugraha, ayah Clara meninggal dini hari tadi di rumah sakit. Dua hari yang lalu Fajar mengalami kecelakaan mobil. Sebuah truk menabrak mobil Fajar yang mengakibatkan ia mengalami koma selama dua hari sebelum ia meninggal.

Clara dan ibunya begitu terpukul atas meninggalnya suami dan ayah mereka. Fajar meninggalkan banyak kenangan untuk mereka berdua, meskipun ia sangat sibuk dengan urusan kantor tetapi ia adalah lelaki yang paling bertanggunga jawab dan penuh kasih sayang.

Fajar Nugraha adalah seorang manager pemasaran di perusahaan besar nan terkenal. Ia dikenal dengan pegawai yang rajin,ulet,dermawan, jujur dan bertanggung jawab atas pekerjaannya. Berita tentang meninggalnya Fajar membuat seluruh kantor, bahkan pegawai yang bukan dari divisinya ikut terkejut serta sedih dengan berita ini. CEO dari perusahaan itu pun terkejut dan sedih karena pegawai yang ia percaya pergi dengan begitu cepat. Sebagai ucapan terimakasih atas kerja keras Fajar selama menjadi pegawai yang ulet dan jujur, CEO nya pun memberi tunjangan hidup kepada keluarga Fajar dan memberikan tunjangan sekolah untuk Clara Sampai ia lulus SMA.

Pemakaman Fajar sudah selesai dari 20 menit yang lalu. Pelayat yang membantu pemakaman udah pergi menyisakan Clara dan ibunya yang masih setia disamping makam Fajar.

"Ayah hiks.. jangan tinggalin Clara yah! " isak Clara.

"Mas kenapa kamu pergi begitu cepat? Semoga kamu tenang disana mas" ucap Agnes,ibu dari Clara tegar. Ia tidak menitikkan air mata agar clara tidak terlalu sedih.

"Ibu hiks.. kenapa ayah pergi ninggalin Clara hiks...?" Tanya Clara.

"Clara sudah yah, ayah kamu sudah tenang disana. Kita pulang yuk! Hari sudah mulai sore." Ajak Agnes.

"Gak! Gak mau! Clara mau disini nemenin ayah hiks!"

"Clara sudah yah, relain ayah kamu. Kita pulang yuk!" Agnes mengajak Clara pulang dengan sedikit paksaan.

🍁🍁

Agnes dan Clara sudah sampai dirumah. Tampak dari luar bunga ucapan bela sungkawa menghiasi halaman rumah itu. Rumah lantai dua itu sudah sepi, karena memang hari sudah malam.

"Ibu, Clara ke kamar dulu yah." Kata Clara.

"Iya nak. Sekalian mandi yah nanti ibu panggil yah kalau makan malam sudah siap." Jawab Agnes.

"Iya bu." Clara berjalan ke kamarnya dengan lesu.

Kamarnya terletak dilantai 2, dengan dinding berwarna biru pastel dan aksesorisnya berwarna ungu pastel. Ia teringat akan kamarnya yang didekorasi bersama sang ayah. Canda tawa sang ayah, guyonan sang ayah walaupun kadang tidak lucu, tapi ia amat menyanyangi ayahnya.

Clara pergi ke kamar mandi. Niat awal ingin berendam di dalam bathup, tapi ia malah duduk dibawah guyuran air hangat yang berhasil menghapus air mata yang kembali turun.

Hari itu menjadi hari yang paling kelam bagi Agnes dan Clara, sepasang istri dan anak yang ditinggal oleh laki-laki panutannya.

🍁🍁

Clara PoV

4 tahun kemudian......

Sudah empat tahun ayah meninggalkan aku dan ibu untuk selamanya. Selama tiga tahun pun aku dan ibu bekerja keras untuk mendapatkan uang. Rumah,mobil dan aset yang lainnya sudah ibu jual.   Kami pun pindah ke desa kecil yang jauh dari kota. Ibu bekerja disebuah pabrik baju, dan aku bekerja di sebuah grosir besar. Gaji yang dikumpulkan pun cukup untuk kebutuhan aku dan ibu.

Dua tahun yang lalu pun ibu menikah lagi dengan laki-laki yang bekerja sebagai pegawai petani ia bernama Rudi Ariansyah. Pria yang memiliki tinggi badan 175cm dan berat 76kg, berumur 51 tahun. Ibu tetap masih bekerja di pabrik meskipun sudah menikah. Tapi setelah ibu menikah kita berdua pindah ke rumah ayah baruku.


Awalnya keluarga baruku sangat harmonis. Ayah baruku sangat baik kepadaku, permintaan ku padanya selalu dikabulkan, kalau misalkan dia mempunyai uang. Aku pun tak perlu sedih lagi teringat ayahku, ayah Rudi sudah seperti ayah kandungku. Tetapi aku tetap tidak melupakan ayah fajar.

Semuanya berubah ketika pertanian ayah mengalami masalah, semua hasil taninya rusak oleh hama padahal sebentar lagi akan panen dan lumbung padi ayah mengalami kebakaran, tidak ada yang bisa diselamatkan tetapi dalam kebakaran itu membuat lima pekerja ayah mendapat luka bakar yang cukup parah. Ayah pun menjual sawah dan tanahnya untuk membayar utang, menyewa traktor dan untuk membayar tagihan rumah sakit. Ibu  pun sama gajinya dipotong karena orderan pabrik sedang sedikit. Ayah dan ibu menjadi stress karena memikirkan kebutuhan-kebutuhan rumah tangga yang harus dipenuhi. Aku tentu membantu meringankan dengan gajiku tapi itupun tetap tak membantu.

Renternir. Akhirnya,sebagai jalan terakhir ayah meminjam sejumlah uang ke rentenir untuk membayar hutang-hutang yang belum terbayar. Ibu sudah mencoba melarang tetapi, ibu pun teringat akan kebutuhan yang semakin banyak. Aku tidak bisa berbuat apa-apa karena gajiku pun tidak dapat membantu dalam hal perekonomian ini.

🍁🍁

Satu tahun sudah berlalu, sekarang tanggal 7 februari. tetapi keadaan keluargaku semakin hancur. Hutang dimana-mana, karena ayahku terus mencari pinjaman untuk membayar hutang lainnya. Gali lubang tutup lobang seperti itulah.

Ayah sekarang bukan lagi ayah yang aku kenal tiga tahun yang lalu. Penuh kasih sayang, ceria, penuh tanggung jawab. Sekarang adalah ayah yang pemabuk, pemarah, suka bermain wanita, tukang KDRT. Aku pun sering mendapatkan kekerasan darinya. Sedangkan ibu sudah tidak terhitung lagi.

Oh iya, keadaan ibu sekarang sangat mengkhawatirkan. Ibu memilih menjadi seorang wanita malam untuk mendapatkan uang. Aku sudah mencoba melarang ibu, berkali-kali malahan, tapi yang aku dapat hanya pukulan dari ayahku dan tamparan dari ibuku.

Aku tetap berkerja di grosir hanya pekerjaan itulah yang mampu menerimaku yang hanya lulusan SMA. Terlintas dipikiranku untuk kabur dari rumah ini. Tapi aku kasihan pada ibuku yang setiap hari menjadi pelampiasan amarah dari ayahku.

Pada tanggal 10 april, aku baru saja pulang setelah bekerja di Cafe. Suasana rumah sangat hening, ayah dan ibu mungkin belum pulang,pikirku. Aku berjalan ke arah kamar kecilku. Mengambil handuk untuk mandi.

Pukul 4 dini hari aku terbangun karena ingin buang air kecil. Suasana sama seperti tadi malam,hening. Ayah memang sering tidak pulang ke rumah,ia memilih untuk bermalam di tempat temannya. Aku heran, kemana ibu, biasanya jam segini dia sudah pulang. Aku mencoba mengecek kamar ibuku, apakah dia sudah pulang. Tetapi, aku sangat terkejut. Saat aku membuka pintu, yang pertama aku lihat adalah ibuku yang yang sedang duduk tampak tidak bernafas dengan tangan yang bersimbah darah yang sudah mengering. Aku pun langsung berteriak menghampiri ibuku, keluar rumah untuk membangunkan orang-orang agar membantuku menolong ibu.

Sangat disayangkan, ibuku sudah pergi menyusul ayahku. Dipemakaman ibu tidak terlihat batang hidung ayahku. Memang, dia sangat jahat.

_____________________
TBC

Simpanan CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang