3. BENERAN MEREKA?

93 13 0
                                    

Hira duduk di meja yang dekat dengan jendela dan dekat dengan panggung kecil tempat Two City duduk sekarang. Mereka sedang mengecek mic dan gitar yang akan mereka gunakan.

Untung saja keterlambatan mereka tak membuat pemilik kafe mengomeli mereka. Ini semua karena Haikal yang tidur seperti orang meninggal.

Sedangkan Hira, matanya terus memandang ke arah Malik duduk. Dia terpesoan karena melihat idolanya memegang gitar, ini kenyataan. Malik terlihat lebih memesona ketika memegang gitar coklat miliknya.

Astaga ini gue gak lagi nonton live youtube mereka, kan?

Hira meminum coffe latte pesanannya, masih dengan mata memandang malaikat pujaan hatinya. Rasanya seperti mimpi bisa melihatnya secara langsung. Sampai Hira merasa malu sendiri karena tiba-tiba saja mereka membuat kontak mata. Hira segera memutus kontak mata itu dengan berpura-pura melihat interior kafe.

So cute. Batin Malik, setelah tak sengaja membuat kontak mata.

Haikal mengetuk-ketuk mic di depannya. "Check.. one, two, three. Oke! Good evening, semuanya. Pasti udah gak sabar buat dengerin suara kita berdua malam ini. Mohon maaf banget atas keterlambatan kita tadi. So, langsung aja kita bakalan bawain lagu pertama yang berjudul 'Sesuatu di Jogja' enjoy it with your coffe."

Malik memetik gitarnya, menciptakan sebuah nada indah dan mengalir sopan di telinga para pendengar. Suara unik milik Haikal membuat para pengunjung yang belum familiar dengan mereka menoleh dan dibuat terpesona. Sesekali suara Malik ikut mengudara mengimbangi suara Haikal.

Beberapa pengunjung mengambil video penampilan mereka, Hira ingin melakukannya tapi memilih tak melakukannya karena ingin menikmati penampilan mereka secara langsung.

Ternyata dia lebih indah untuk ditatap secara langsung.

Lagu yang mereka bawakan menambah suasana bahagia Hira bertambah. Entah kenapa, rasanya hari ini begitu menyebalkan baginya. Tapi siapa sangka, hari menyebalkannya akan berakhir seindah ini.

Haikal dan Malik biasa membawakan lima lagu dan setelah selesai manggung biasanya mereka nongkrong sebentar di sana.

Setelah menyanyikan lagu terakhir, Haikal menutup penampilan mereka dengan ucapan terima kasih kepada para pendengar dan promosi akun youtube mereka berdua.

Mereka pergi ke belakang panggung untuk menemui si pemilik kafe yang notabenya adalah alumni universitas mereka yang sudah mereka kenal lama. Namanya Johnny.

"Bang, maaf banget kita telat hari ini," ujar Malik yang merasa sangat tidak enak. "Nih, biang keroknya. Padahal dari pagi udah berisik ngingetin," tambahnya sambil menunjuk Haikal.

Yang disalahkan hanya membentuk tanda peace dan nyengir ala kuda.

Johnny hanya tertawa melihatnya. Menepuk pundak Malik dan berujar, "santai aja kali! Gue gak masalah. Yang penting kalian tetap datang. Nih bayaran malam ini." Johnny menyerahkan dua lembar amplop, masing-masing untuk Malik dan Haikal.

"Thanks, Bang." Haikal menerimanya dan langsung menyimpannya dalam Kantong. Melihatnya, Malik hanya geleng-geleng kepala dan menghela napas. Sungguh, Haikal sangat membuatnya frustasi.

"Mau minum apa kalian?" Tanya Johnny.

"Biasa. Americano," ujar Malik.

"Ya udah, tunggu aja. Entar gue suruh pegawai gue nganterin."

Malik dan Haikal keluar untuk mencari tempat duduk, tapi sepertinya hari ini bukan hari keberuntungan mereka. Kafe Neon hari itu sangat ramai pengunjung dan hampir tak ada meja yang kosong.

Mata Malik menelusuri seluruh penjuru Kafe dan menemukan sebuah meja dengan seorang gadis berhoodie ungu, duduk sendirian di sana.

Malik menepuk pundak Haikal. "Gabung sama cewek itu aja. Kayaknya lagi sendirian," ujarnya, meninggalkan Haikal sendirian yang masih mematung.

Malik menghampiri gadis itu, tersenyum ke arahnya. "Permisi. Kamu duduk sendirian, kan?"

Gadis yang sedang meminum minumannya itu mendongak dan dibuat tersedak setelahnya. Dia batuk-batuk sebentar, ketika batuknya reda dia menatap dua lelaki yang berada di depannya. Matanya tak berkedip sekalipun, matanya terpaku.

"Hello!" Haikal menggerakkan telapak tangannya di depan wajah gadis itu. "Are you oke?"

Gadis itu akhirnya sadar, menelan salivanya dan mengedipkan matanya beberapa kali. "Ah?! Oh! Iya silahkan duduk. Aku sendirian kok."

Malik tersenyum, menurunkan gitarnya dari pundaknya dan duduk di depan gadis itu. Disusul Haikal yang duduk di sebelah Malik.

Ketiganya diam, sampai minuman milik Malik dan Haikal datang. Gadis itu masih setia memandang dua lelaki di depannya, sampai tiba-tiba dia berbisik.

"Kalian... beneran Kak Malik dan Kak Haikal dari Two City?"

Haikal dan Malik yang sedang menyedot minuman masing-masing saling memandang, lalu sama-sama mengalihkan pandangan ke arah gadis di depannya.

Mereka mengangguk kompak, membuat gadis itu memundurkan badannya yang tadinya condong ke depan. Sangat dramatis, dia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

"Ya ampun, ini aku beneran lagi gak halu!"

"Memang kamu suka halu sama siapa?" Tanya Haikal.

"Kak, aku nge-fans banget sama kalian berdua. Aku Hira. Boleh minta tanda tangan?" Ya siapa lagi gadis berhoodie ungu saat itu, jika bukan Hiraya Puspita.

"Tanda tangan?" Tanya Haikal sekali lagi, karena merasa pertanyaan itu sangat mustahil didengar di telinganya.

Hira mengangguk antusias, kini di kedua tanganya sudah ada notebook tempatnya menulis semua ide-ide ceritanya. Dia mengulurkannya, tapi tak kunjung di terima oleh dua anak adam di depannya.

"Kak, tanganku capek," keluhnya.

"Oh." Malik yang kala itu sadar terlebih dahulu segera mengambil notebook dari pemiliknya. Dia membukanya hingga menemukan halaman kosong disana, mencoret sebuah signature dan menggeser ke sebelahnya setelah selesai.

Haikal masih susah mencerna suasana, tapi tak urung untuk mencoretkan tanda tangannya di sana. Haikal mendorong notebook milik Hira setelahnya.

"Kamu pemilik akun Hirayp?" Tanya Malik.

Hira sedikit terkejut karena Malik tahu atau dia hanya menebak, tapi tebakannya benar. Jadi, boleh kan Hira besar kepala bahwa Malik memperhatikannya.

"I-iya. Kok bisa tahu?"

"Kamu tadi ngenalin diri kamu dan kometar kamu selalu on top di kolom komentar kita. Saya hafal karena sering lihat."

"Kenapa suka sama kita?" Tanya Haikla yang sekarang sudah agak santai, tak seperti tadi. Rasanya sangat norak karena baru pertama kali bertemu seorang penggemar.

"Senang aja lihat kalian nyanyi. Suara Kak Haikal dan Kak Malik itu perpaduan yang indah, suara Kak Haikal unik dan suara berat Kak Malik enak banget didengar. Dan permainan gitar Kak Malik penuh karisma."

Entah sadar atau tidak, Hira lebih sering menatap Malik ketika berbicara dan memujinya. Di akhir kalimat dia tersenyum dan menatap Malik lama, tanpa sadar keduanya saling berpandangan.

Mungkin mereka tak menyadarinya, tapi Haikal selaku pemantau paham betul bahwa salah satu diantaranya ada yang jatuh cinta. Atau mereka saling?

🍉🍉🍉


Bahagia itu ketika menulis satu chapter dan langsung rampung. Bahagia gue sederhana, apalagi kalau kalian suka sama apa yang gue tulis. Selamat menikmati kisah buatan gue, jangan lupa kasih komen dan vote.

December 12, 2020 (2.04 PM)

🍉🍉🍉

DOUBLE UPDATE!!!
January 1, 2021 (12.38 PM)

He Is An Idol | Mark Lee ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang