Kalau kalian ingin tahu siapa Kinara, dia adalah mantan penyanyi cilik. Karirnya sangat bagus, tapi karena kepentingan keluarganya dia harus merelakan karir yang sedang di udara ikut tersapu angin begitu saja.
Dia pindah ke Kanada, melanjutkan hidupnya sebagai manusia biasa tanpa ada gemerlapan flash kamera. Kinara tumbuh menjadi gadis cantik bertubuh tinggi dan berkulit putih. Manis dan bijaksana.
Dia anak tunggal, tak heran dia sangat disayangi oleh keluarganya dan sangat dimanjakan.
Setelah lima belas tahun tinggal di Kanada, Kinara tak menemukan kecocokan di sana. Dia rindu tanah kelahirannya dan dia ingin bernyanyi kembali.
Dan disinilah dia sekarang, di Jakarta. Kota dimana dia dilahirkan dan mempunyai sahabat bernama Malik. Dulu mereka sangat dekat, sering bermain bersama karena mereka adalah tetangga sebelah rumah.
Dan karena dia merasa suda cukup dewasa, gadis itu memilih untuk tinggal di apartement alih-alih tinggal di rumah besar milik neneknya. Alasannya, dia mencoba hidup mandiri.
Pagi sudah menjelang dan Kirana merasa kelaparan. Tapi di karenakan dia belum berbelanja stok makanan, dia tak punya sarapan pagi.
Kini dia berdiri di depan pintu rumah Malik, masih bimbang untuk memencet bel kecil di depannya. Dia menimang-nimang, apakah Malik sudah bangun atau belum.
Lama dia bergelut dengan otakknya sendiri, sampai akhirnya dia memilih untuk mencoba memencet bel tesebut.
Setelah memencet bel sebanyak tiga kali, Haikal dengan kaos oblong berserta muka bantal yang masih melekat di wajahnya, membuka pintu sambil mengucek matanya.
Kinara kelihatan terkejut, merasa bahwa dia salah tempat. "Ah, Maaf. Kayaknya saya salah rumah. Maaf sudah menganggu tidurnya."
Haikal tak menjawab, nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Dia menutup pintu begitu saja, menguap dan meregangkan badannya setelah pintu benar-benar tertutup.
"Siapa, Kal?"
"Hm? Cewek. Katanya salah rumah."
"Bukan, Hira?"
"Kalau dia Hira kenapa gak gue suruh dia masuk."
"Bener juga."
Malik menyingkirkan tubuh Haikal yang menghalangi pintu, membukanya sedikit dan mengintip dari celah yang dia buat. Netranya memangkap seorang perempuan yang akan membuka pintu, Malik membuka pintu lebih lebar.
"Lo, yang ngetuk barusan?" Tanya Malik, membuat Kinara menoleh bersamaan dengan wajah kebingungan.
"Kan, gak mungkin gue salah. Jadi, dia siapa?" Kinara mendekat, menjatuhkan kedua tangannya di baru Malik dengan wajah panik yang dibuat-buat. "Malaikat, jangan bilang lo belok?"
Malik berdecak, menyingkirkan kedua tangan Kinara dan terakhir menjitak kepala gadis itu. "Kalau ngomong yang bener dikit! Amit-amit gue belok ke dia."
"Dia ganteng."
"And you like him?"
"Gue gak bilang gitu. Gue cuma bilang dia ganteng."
"Whatever! Kenapa?"
"Kenapa apanya?"
Tepat saat Malik hendak menjitak kepalanya lagi, Kinara segera menahan lengan lelaki itu dan memasang muka galak. "Kita baru ketemu sehari, ingat kemarin lo ngatain gue gak sopan. Dan sekarang, lo tanpa sungkan main jitak kepala gue berkali-kali."
"Kemarin, lo emang gak sopan. Then, sorry. Kenapa nyari gue sepagi ini?"
"Temenin gue nyari sarapan, ya? Gue belum hafal daerah sini. Sekalian kita jalan berdua setelah sekian lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is An Idol | Mark Lee ✔️
Fanfic[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Ini sebuah kisah fiksi yang dibuat oleh seorang penggemar yang jatuh cinta kepada idolanya. Mungkin ini juga mewakili perasaan kalian yang telah jatuh cinta kepada idola kalian sebagai seorang lelaki. kisah ini...