14. SALAH PAHAM

46 6 0
                                    

Setelah konser berakhir, Two City, Kinara, Panji, Zivan, dan seluruh staff langsung kembali ke Jakarta. Dan setelah konser selama dua bulan, Malik dan Haikal vakum selama satu bulan untuk beristirahat sejenak.

Pukul sembilan pagi, tanpa memberi tahu Hira, Malik tiba di rumah kekasihnya itu. Baru keluar dari mobil, dia disambut oleh Anaya yang hendak memasuki mobilnya.

"Mau kemana, Kak?" Tanya Malik sebelum Anaya benar-benar masuk.

"Loh, Malik? Sudah di Jakarta?"

"Iya, Kak. Kemarin langsung pulang ke Jakarta. Hira ada, kan?"

Anaya urung masuk ke dalam mobil, keluar dan berdiri berhadapan dengan Malik. "Tunggu! Jadi, kemarin kamu gak ketemu sama Hira?"

"Hira ke Bandung?"

"Ini dia udah di stasiun minta jemput."

"Aku aja kalau gitu yang jemput dia."

"Terserah kamu deh. Hati-hati, ya!"

Malik segera kembali ke mobilnya. Segera menancap gas dan menuju ke stasiun yang sudah Anaya sebut namanya, sebelum mobil Malik berlalu menjauh.

Di stasiun, Hira berdecak kesal karena merasa bahwa kakaknya sangat lama. Dia tak mau menelepon, karna nanti pasti kakanya marah-marah dan mengatainya tak sabaran.

Dia pasrah, menunggu sambil berkali-kali melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

Mungkin sekitar tiga puluh menit Hira menunggu, sampai saat dia mendongak setelah beberapa saat menunduk, dia menemukan Malik berdiri beberapa meter dari tempatnya duduk.

Dia menghela napas panjang, berdiri dengan memasang raut wajah datar. Kontras dengan Malik yang kini tersenyum ke arahnya.

Kenapa jadi dia sih yang ke sini?

Malik menghampirinya, mengikis jarak yang ada. Saat hendak memeluk Hira, gadis itu mundur beberapa langkah membuat Malik mengerutkan dahinya.

"Aku capek pengen cepet-cepet sampai rumah."

🍉🍉🍉

Selama perjalanan menuju rumah Hira, keduanya diam. Hira sibuk memandang ke luar jendela dan Malik sendiri merasa aneh dengan keadaan yang ada. Dia memilih diam, setelah beberapa kali mengelurkan pernyataan, hanya dibalas nada senyi dari Hira.

Tepat di depan rumah Hira, Malik menahan ketika Hira hendak langsung keluar dari mobilnya.

"Bisa bicara sebentar?"

Hira menghela napas, masih enggan menatap Malik.

"Kenapa gak bilang kalau ke Bandung?"

"Sengaja mau buat kejutan buat kamu. Eh, malah aku yang dapat kejutan."

"Maksud kamu?"

"Harus banget nanya?" Kini Hira menatap Malik, bukan dengan raut bahagia seperti biasanya. Tapi raut datar penuh kekesalan dan kebencian. "Kalau aku bilang, mungkin aku gak bakalan tahu hal ini. Dan selamanya, aku bakalan jadi orang bodoh."

"Ra, kamu dengar sesuatu?"

"Menurut kamu, aku dengar sesuatu seperti apa?"

"Ra, aku sama Kinara-"

"Oh." Hira menoleh dengan senyum paksaan yang terbit di wajahnya. "Namanya Kinara. Udah berapa lama kamu suka sama dia?"

He Is An Idol | Mark Lee ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang