7. ITU KAMU?

63 11 0
                                    

"Mika, sumpah lo nyebelin!"

Mika langsung bergelayut di lengan Hira, memasang wajah imut berharap Hira akan memaafkannya.

"Maaf. Kemarin tuh mama gue tiba-tiba gak ngasih izin. Padahal dua hari sebelumnya udah ngizinin."

Hira berdecak, melipat tangan di depan dada. Dia menatap Mika datar. "Lo, tahu nggak?"

"Enggak."

"Haikal kemarin ganteng banget tahu!" Goda Hira, dia tahu Mika sangat mengidolakan Haikal.

Mika merengek, melompat-lompat kecil di samping Hira sambil meremas lengannya. "Hira, lo nyebelin!"

"Sakit!" Hira memukul lengan Mika. Mika mengerucutkan bibirnya, Hira tertawa terbahak karena gemas. "Beneran tahu, Ka!"

"Hira! Ini gue udah gemes banget pengen nampol muka lo!" Tangan Mika sudah ada di udara, siap mendarat di pipi mulus milik Hira.

Hira menahan lengan Mika, masih dengan tertawa terbahak-bahak. "Janganlah! Nanti Kak Malik gak suka lagi sama gue."

"Buset! Ini masih pagi, lo udah halu aja!"

Hira tersenyum, di balik senyumnya hatinya membatin. Gue gak halu kok. Dia beneran suka sama gue.

Ya, disaat seperti ini dia mengakui dan menganggap itu sebuah kenyataan yang indah bahwa Malik menyukainya. Tapi ketika bersama dengan Malik, kenapa dia merasa bahwa itu semua tak nyata?

"Yuk, ke kelas!" Hira mengangguk, Mika sudah menggandeng lengannya tapi Hira melepasnya ketika ponsel di saku roknya bergetar.

"Duluan deh!"

Mika berlalu, Hira membuka ponselnya. Bubble pesan dari Malik muncul di notifikasinya. Jadi, begini rasanya mendapat pesan dari orang yang dia sayang. Sensasinya tak begitu terasa, tapi dia merasa hatinya menghangat dan tumbuh bunga-bunga di sana.

Kak Malik

Udah di sekolah?

Udah kak. Ini mau ke kelas

Ya udah. Saya juga mau berangkat kuliah.
Semangat belajar, ya!

Kakak juga

Mau dikasih love you nggak?

Andai saja Hira berada di kamarnya sekarang, pasti dia sudah menyembunyikan wajahnya di bantal dan berteriak disana. Tuhan, apa pipi Hira sekarang sudah seperti tomat? Sekuat tenaga dia mengontrol ekspresi wajahnya agar tak tersenyum selebar mungkin.

Kak ih!

Love you, Hira

Too

Gila! Hira tak bisa menahan senyumnya lagi. Dia menarik tudung yang sedari tadi menutup kepalanya, dia menariknya hingga menutup wajahnya. Di balik sana, dia tersenyum lebar dan menahan jeritnya.

Pesan teks pertama mereka berakhir seperti itu. Akhir yang biasa saja, tapi manis menurut Hira dan berefek sangat berlebihan.

Selama pelajaran berlangsung, ketika dia tak bisa fokus, dia teringat akan ucapan 'Love you' dari Malik. Dan sesegara mungkin dia menepis pikiran yang tiba-tiba melintas itu dan kembali memfokuskan diri ke pelajaran.

He Is An Idol | Mark Lee ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang