Api

2K 88 19
                                    


"Ah, Mama?" Tiara tampak terkejut dengan kedatangan mertuanya yang kembali datang tanpa memberikan kabar.

Puti yang melihat menantunya terkejut, tentu saja tersenyum manis. Melihat Puti yang tersenyum adalah hal yang langka. Ia memiliki watak dingin yang rasanya membuat dirinya tidak terlalu suka menunjukkan emosinya yang sesungguhnya. Namun, di hadapan Tiara yang polos dan jujur. Rasanya, Puti tidak ragu untuk menunjukkan sisi lain dirinya pada menantunya yang manis ini. Puti menggandeng Tiara untuk masuk ke dalam rumah dengan sebuah tas belanjaan di tangannya. "Iya, ini Mama. Bagaimana harimu dengan Darka? Dia tidak membuat ulah, bukan?" tanya Puti sembari membantu Tiara membereskan belanjaan yang ia bawa sebagai buah tangan.

Tiara yang mendengar pertanyaan tersebut terdiam beberapa detik sebelum tersenyum manis. "Tentu, Ma. Kabar Papa dan Mama sendiri bagaimana? Maaf ya, Tiara dan Darka belum bisa mengunjungi kalian," ucap Tiara penuh penyesalan.

"Tidak perlu memikirkan hal itu. Sudah sewajarnya orang tua mengunjungi rumah anaknya. Tapi, jika kamu ingin mengunjungi Papa dan Mama, tidak perlu sungkan untuk menghubungi kami. Saat itulah, kami akan mengirimkan mobil untuk menjemputmu," ucap Puti menenangkan menantunya.

Tiara mengangguk antusias. "Nah untuk sekarang, mari kita masak," ucap Puti membuat Tiara sadar.

"Mama belum sarapan? Kalau iya, Mama duduk saja. Biar Tiara yang membuatkan sarapan untuk Mama," ucap Tiara sembari mencari celemek untuk ia kenakan.

"Mama sudah makan. Tapi Darka dan Nazhan belum makan. Kita akan membuatkan makan siang untuk mereka. Kamu tidak keberatan, bukan?" tanya Puti.

Tiara yang mendengar pertanyaan itu terkekeh manis. "Mana bisa aku keberatan karena harus memasak untuk suami dan mertua sendiri, Mama. Kalau begitu, mari masak."

Keduanya tampak terampil menggunakan pisau dan mengolah bahan masakan menjadi makanan yang lezat. Tampaknya, Puti memang tidak salah memilih menantu. Tiara pasti bisa mengurus Darka dengan baik dengan semua kemampuan yang ia miliki. Memang benar, menjadi seorang istri bukan hanya masalah bisa memasak dan mengurus rumah saja. Namun, Puti rasa, jika sudah memiliki kemampuan tersebut, Tiara akan mudah mengurus Darka. Tiara pasti bisa menjadi istri yang baik bagi Darka dan membawa suaminya itu berjalan di jalan yang benar. "Kamu ternyata benar-benar pintar memasak," ucap Puti saat menata makanan di kotak makan siang,

Tiara yang menerima pujian tersebut tentu saja tersenyum malu-malu. "Kemampuan Tiara masih sangat jauh untuk mendapatkan pujian. Tiara harus banyak belajar dari Mama."

Puti tersenyum tipis dan berkata, "Sikap rendah hati yang manis. Sekarang, cepatlah bersiap."

Tiara terkejut. "Bersiap?" tanya Tiara tidak mengerti.

Puti pun bersandar pada meja dan menatap menantunya yang masih mengenakan daster lusuh. Puti sama sekali tidak berniat untuk mencela penampilan menantunya itu. Toh, Tiara tampak cantik dengan apa pun yang ia kenakan. "Tentu saja bersiap. Kamu tidak mungkin ke luar rumah dengan menggunakan daster seperti ini, bukan?"

"Ta, Tapi, memangnya Tiara akan pergi ke mana, Ma?" tanya Tiara masih belum mengerti.

Puti mengetuk kotak makan siang yang sudah diisi dengan rapi oleh Tiara. "Kotak makan siang ini tidak memiliki kaki. Tentu saja kamu harus mengantarkannya pada Darka. Jadi, cepatlah bersiap. Kita harus sampai di kantor suami kita masing-masing sebelum waktu makan siang selesai," ucap Puti sembari tersenyum tipis.

"Tapi—"

"Tidak ada tapi-tapian. Ayo, Mama bantu bersiap," ucap Puti sembari menarik menantunya menuju lantai dua di mana kamar utama berada.

***

Tiara turun dari mobil yang mengantarnya dengan sopir pribadi yang membukakan pintu. Tiara tersenyum dan mengucapkan terima kasih dengan sopan. "Bapak bisa pulang lebih dulu. Nanti, saya pulang dengan kendaraan umum," ucap Tiara.

Marrying the Young MasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang