Dua: Her True Smile

7K 887 168
                                    

Di pagi hari yang tak begitu cerah, Levi mengerahkan seluruh anggota Pasukan Pengintai untuk merapihkan kastil yang kini dijadikan markas mereka.

Pria dingin itu mengawasi semuanya dalam diam, berkeliling setiap ruangan, sesekali ia menggesekkan telapak tangannya untuk memastikan semuanya bekerja dengan benar. Memerhatikan setiap sudut dengan detail, tatapan matanya seolah menjadi sangat mematikan.

"Selamat pagi." Sapa (Y/N) pada Levi, sangat disayangkan sapaannya dianggap angin lalu oleh pria itu.

"Selamat pagi, (Y/N)." Erwin menyambar, berusaha menghidupkan suasana di antara mereka. "Duduklah,"

"Baik," Gadis itu menurut.

"Besok kita akan melakukan ekspedisi." Erwin meletakkan koran yang telah selesai dibacanya. "(Y/N)."


"Ya?" Merasa terpanggil, sang anak bawang pun menoleh, tatapannya lagi-lagi membuat Erwin merasakan hal aneh dalam dirinya.

"Karena katanya kau lulusan terbaik peringkat satu tahun ini, aku jadi penasaran, apakah kau keberatan jika aku hendak menguji kemampuan bertarungmu?" Tanya sang Komandan.

"Kedengarannya menyenangkan, tentu saja aku tidak keberatan." Ia mengangkat pandangannya.

Semua orang telah berkumpul di halaman kastil, delapan puluh persen yang menyaksikan duel maut mereka menyoraki nama anak bawang alias (Y/N). Keberaniannya menyita perhatian banyak orang, bahkan beberapa Pasukan Penjaga yang tengah melintas pun hendak ikut melihat aksi gadis itu bertarung dengan seorang Erwin Smith.

"Kau sudah siap?" Erwin mengamati pedang kayu miliknya, memasang posisi kuda-kuda, menandakan bahwa ia sudah siap untuk menyerang.

"Siap." Gadis itu tak memakai ancang-ancang apa pun, dia hanya berdiri tegak dengan tenang, matanya yang mengamati dengan tajam.

"Tenang semuanya! Pertandingan ini hanya bagian dari latihan, tidak ada maksud terselubung—" Oluo tak sempat mengakhiri perkataannya, namun gadis itu dengan lincahnya langsung menyerang Erwin dari segala arah.

Serangan itu membuat semua orang terbelalak, sebuah kemampuan yang bisa dibandingkan dengan pasukan sekelas Levi Ackerman. Gerakan-gerakannya yang tak bisa di prediksi berhasil menjatuhkan Erwin beberapa kali.

Namun kemampuan sang Komandan pun tak bisa dianggap remeh, dengan cepat ia bangkit, dan dengan cepat pula ia mempelajari gerakan lawannya, memperkirakan hal-hal berikutnya.

"Hebat sekali." Petra terkagum selagi menyaksikan kawannya yang bertarung dengan tenang.

Adu pedang itu berakhir dengan damai dan sorak-sorak gembira yang meneriaki nama (Y/N). Tubuh Erwin berhasil terkunci, membuatnya semakin terpukau karena seorang anak bawang yang menaklukkannya. Nampaknya (Y/N) akan menjadi perbincangan hangat dikalangan para warga dinding.

"Kau memang spesial, ya." Erwin menepuk kepala gadis itu dengan senang hati, napasnya masih terengah. "Aku sih sudah mengetahuinya, sejak kau berani melompat ke atas panggung kemarin malam, ingat? Aku tahu alasan kenapa kau bisa berada di peringkat satu." Dia tertawa kecil.

(Y/N) tertawa, wajahnya memerah karena pujian dari Erwin yang dianggapnya berlebihan, namun dirinya tetap berjuang supaya wajahnya tak memunculkan ekspresi aneh. "K-Kau berlebihan, Erwin."

Levi Ackerman menerobos kerumunan, merampas pedang kayu yang berada di genggaman Komandannya, sembari mendecak ia mengulurkan tangan pada gadis itu.

I'll Remember You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang