Tiga Puluh Satu: Justice For Erwin Smith

2.6K 351 66
                                    

Dua hari sebelum penculikan terhadap Eren dan Historia..

"Kalau begitu, demi menempatkan Historia sebagai Ratu.." (Y/N) mengangkat pandangannya dengan kedua bola mata hijaunya yang berkilat.

"Ra-Ratu?" Connie terbelalak.

"Kurasa kau lupa memberitahukan ini pada mereka," Levi menyikut.

"Aku hendak memberitahunya sekarang," (Y/N) memendaratkan bokong di salah satu bangku. "Raja yang sekarang ini hanyalah pengganti dari Raja yang asli. Keluarga Bangsawan Reiss lah keturunan kerajaan yang asli."

Pernyataannya semakin mengherankan anak-anak yang tak mengerti apapun itu.  Bahkan Historia tak menyangka dengan ucapannya.

"Tunggu, Komandan." Armin mengangkat tangannya untuk memotong sesaat. "Erwin ingin kita menempatkan Historia di atas Takhta, inikah tujuan utama kalian?"

"Tujuan utama Erwin," Senyuman (Y/N) nampak sinis. "Bagaimana pendapatmu, Historia?"

"A..Aku tidak bisa." Ia gemetar, kakinya goyah. "Aku benar-benar tidak bisa melakukannya, Komandan."

"Tentu saja, seseorang tiba-tiba datang ingin mengangkatmu ke peran yang paling berkuasa di tanah ini," Levi mengangguk. "Aku tidak berpikir mental siapa pun siap untuk memberikan jawaban dari pertanyaan nan rumit ini."

"Well, perkataan Levi benar. Tapi tak ada pilihan lagi sekarang." (Y/N) meraih pipi anak yang tak kalah cebol dari Levi itu. "Kau akan melakukannya."

"Aku benar-benar tidak bisa, sungguh.."

Gadis itu mengamuk. Mengangkat tubuh mungil anak itu hanya dengan menarik kerahnya saja. Pertarungan antar wanita yang sengit. "Kau akan melakukannya."

"K-Komandan (Y/N)!" Historia tak dapat melawan karena cengkeraman sang Komandan begitu kuat.

"Ini adalah panggilan untukmu. Jika kau ingin melawan, coba kalahkan aku dulu."

"Komandan! Jangan seperti itu!" Mikasa berusaha melerai, namun Levi menghadangnya.

"Biarkan saja dulu." Kata Levi.

(Y/N) melempar tubuh Historia ke lantai, seakan ia ikut melemparkan seluruh emosinya. Historia ketakutan setengah mati melihat raut wajah itu.

"(Y/N), kau tak perlu memaksanya sampai seperti itu!" Jean menggertaknya. "I-Ini berlebihan."

"Oi, sialan yang manja." Perkataan (Y/N) membungkam kerusuhan di ruangan itu. "Apa kalian pikir kalian bisa mencapai hari esok?"

"Komandan.."

"Sudah kubilang, jangan menentangnya," Bisik Levi, menghela nafas.

"Kalian pikir, kalian bisa memakan makanan kalian dengan damai? Apakah orang disebelahmu akan tetap hidup sampai besok?" (Y/N) mengangkat tubuh Historia dengan lembut, memeluknya. "Aku rasa tidak."

"Yah, kurasa orang normal takkan berpikir sampai seperti itu." Levi mengacak-acak rambut (Y/N), gemas. "Tapi kita bukan orang normal. Terlalu banyak hal aneh terjadi, itulah yang memicu pemikiran itu."

"Neraka mungkin akan terbuka besok. Aku tak bisa menjamin hal itu takkan terjadi. Tapi.. Bahkan jika kita telah memikirkan cara untuk menghindari itu, ada orang-orang yang menghalanginya." Ucapannya tegas, mengandung kepastian.

"(Y/N).." Eren tercengang.

"Jika orang itu menempatkan kami sebagai maniak, maka aku akan mewujudkannya. Mereka akan menjatuhkanku, tapi itu tidak membuatku berhenti untuk memerangi para Titan. Aku lebih senang bertarung di neraka, setidaknya aku takkan menyeret semua manusia bersamaku."

I'll Remember You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang