Ada yang nungguin penyesalan mereka gak?.
Author Pov.
Suasana sunyi terbentuk, mansion mewah yang biasanya ramai dan ceria, kali ini dingin dan terasa kaku. Setelah kembali dari pemakaman Milky dan Harvy, tak ada yang bersuara sama sekali.
Ke 7 bocah sudah kembali ke kamar mereka, sisanya ke 9 remaja yang kini memandang dingin ke 6 Daddy mereka.
"Ini keinginan kalian, selamat. Sekali lagi kuucapkan selamat" Ucapan dingin itu menusuk hati mereka. Putra sulung yang biasanya berujar ramah, lembut dan sopan kali ini berubah.
Tatapan mata yang dingin, air mata yang masih mengalir walau si empunya benci hal itu. Dia merasa tak lagi ingin hidup, Mommy dan Daddynya sudah pergi. Dan keegoisan Daddynya yang lain memperkeruh semuanya.
"Jika kamu pikir, kami tak sedih. Maka kamu salah Nak" Lirih Alki. Matanya merah dan sembab, dialah yang menangis paling histeris dan paling lama.
Alki tersenyum sendu, dia berjalan mendekati Wildan, dan memeluknya erat bahkan sangat erat.
"Mommy..hiks..mommy kamu itu..hiks..adalah jiwa Daddy..hiks..Daddy juga gatau harus hidup bagaimana tanpa dia hiks..Daddy gatau.." Lirihnya di bahu Wildan.
Wildan menahan isakannya mendengar lirihan sang Daddy, dia membalas pelukan Alki dan ikut menangis. "Mommy..hiks..mommy pergi Dad..huaaaaaa Mommy uda gak ada..hiks.."
Mendengar tangisan saudaranya, yang lain ikut menangis. Azri menunduk dengan air mata yang terus berjatuhan, Harvy adalah Daddy yang paling dekat dengannya.
Dan sekarang Harvy sudah pergi bersama Mommy, mereka pulang bersama dengan damai. "Hiks..mommy...Daddy..hiks..kalian ninggalin Zri..hiks..Mommy.." Isak Azri, dia meremat kemeja hitamnya dan berjongkok.
Dadanya teramat sesak, napasnya memberat menahan rasa sakit dan sesak di hatinya. Ameta hanya diam dan memandang kosong Judith, dia teramat kecewa pada Daddynya itu.
"Kau," Ujar Ameta dingin seraya menunjuk ke arah Judith. Membuat Judith balik menatap Putranya.
"Ameta.." Lirih Judith, sesak ulu hatinya saat melihat tatapan penuh kebencian yang Putranya berikan.
"Aku kecewa padamu, kau sama sekali tak pantas mendapat cinta dari Mommyku. Dasar manusia hina" Ucapnya dingin, tatapannya menggelap seketika.
Kedua tangannya mengepal erat, Ameta menggertakan giginya. Dia marah, tapi air mata juga turun dari kedua matanya. "Kembalikan Mommyku..hiks..kembalikan.."
Jilbert berusaha menenangkan Vay dan Zay yang masih saja menangis. Keduanya sangat terpukul dengan kepergian Milky.
"Mommy..hiks..KEMBALIKAN MOMMYKU!! KEMBALIKAN DIA BRENGSEK KEMBALIKAN!!" Vay mengamuk dan mendorong tubuh Jilbert.
"Vay, tenanglah" Jilbert berusaha menenangkan Vay, namun remaja berwajah teduh itu malah menatapnya tajam.
"INI SEMUA GARA-GARA MULUT KOTORMU!! KAU MENDOAKAN KEMATIAN MOMMYKU!! BRENGSEK! KENAPA BUKAN KAU SAJA YANG MATI!!"
DEG!
Jilbert dan yang lain terkaku, teriakan penuh amarah menggema di ruang tamu. Vay segera berlari ke lantai 2, tangisan penuh emosinya masih terdengar. Zay mengikuti langkah saudaranya, dia sama kecewanya dengan yang lain.
Jilbert gemetar, kedua tangannya bergetar dan air mata terkumpul di pelupuk. Dan mengalir dengan mudahnya ke kedua pipinya "M-maaf..hiks..maafkan aku.." Isak Jilbert.
Kemudian dia jatuh terduduk. Meremat rambutnya dan meringkuk di lantai, benar...ini semua salahnya..
"Dad...can you bring back my mom?" pertanyaan lugu itu masuk ke telinga Lucas, dia memandang penuh kehancuran pada Dawil.
Dawil tersenyum penuh harap, tapi matanya sudah berkaca-kaca. Dia masih bertanya saat jenazah Milky di kuburkan tadi, dia bertanya kenapa Mommynya di masukan ke lubang sempit itu.
Kasihan Mommynya, pasti kesepian. Begitulah yang Dawil katakan, Lucas menangkup pipi Dawil dan berkata "Son..Mommy..never will come back..hiks..she is gone..forever from us..forever..hiks..she is never come back.." Lirih Lucas dan segera memeluk Dawil.
Dawil menggigit bibirnya, dia meremat kemeja hitam Lucas dan menangis di bahunya.
"Mom..huaaaaaaa Mommy..hiks..Mommy...huaaaaaa"
Jackson maupun Jackob sudah menangis bersama dari tadi, mereka terpukul. Bahkan sangat terpukul, Milky adalah cahaya hidup mereka dan sekarang sudah tiada.
"Dad..hiks..Jack mau nyusul Mommy.." Lirihan penuh kekosongan masuk ke telinga Jackob, dia tak menjawab. Karena apa hang dipikirkannya adalah ikut menyusul Milky.
Dia hanya menangis. "Ky..hiks..kamu jahat..hiks..kenapa harus Harvy Ky..kenapa bukan aku.." Lirih Jackob pilu. Kenapa harus Harvy yang berada di sebelah Milky disaat-saat terakhirnya.
Sedangkan Jhonson tengah mengurung diri di kamarnya. Dia memandang lekat nintendo yang pernah dia berikan pada Milky di masa sekolah mereka dulu. Nintendo pertama yang menjadi hadiahnya untuk Milky.
Matanya memandang kosong Nintendo, senyum hampa terbentuk. "Ky..kamu yang tenang ya...aku bakalan nyusul kamu..aku..sangat mencintaimu..hiks..kenapa kamu tinggalin aku.."
Pecah sudah pertahanan Jhonson, dia meringkuk di tempat tidur dengan nintendo di pelukannya, membisikan nama Milky berulang kali dengan pilu dan penuh kesakitan.
Ini lebih menyakitkan ketimbang kematian orang tuanya dulu.
Dan lebih menyakitkan lagi bagi mereka, karena Harvy lah yang berada di samping Milky. Di saat terakhir kehidupannya.
End.
Air bening apa nih!? Kok keluar dari mata😭.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milky's Harem [Sequel My Alter Ceo] [End]
Teen Fiction"1 kata yang mendeskripsikan Milky?" "Ratu"-Harvy "Segalanya"-Bagi Judith "Sempurna"-Dimata Jhonson "Amazing"-Dihati Jackob "Kehidupan"-Dihidup Jidan "Cahaya"-Kata Derlon "Kakak cantik"-Bagi Alki. "Alki, aku bilang cuma 1 kata" "Tidak cukup1 kata un...