Sebelas

101 7 2
                                    

Inget buat selalu vote

Happy reading.

💫💦💫💦💫

"Gue gak boleh sedih terus, gue cewek yang kuat. Pantang menyerah. Bentar lagi kelulusan kk Arya jadi gue harus coba lebih keras lagi buat deketin kk Arya. "batin Raya

"Semangkaaaaaaa !!! " teriak Raya saat baru saja menuruni tangga terakhir. Semua tatapan mengarah ke arahnya. Papa, Mama,dan Fika mengerutkan kening melihat sikapnya.
Mereka tak habis fikir, kemarin Raya menghilang dan kembali dengan mata sembab serta berantakan. Sekarang ?? Ia begitu semangat. Suasana hatinya terlalu cepat berubah-ubah. Aneh.

Mamanya menepuk kursi yang ada disampingnya,agar Raya duduk disampingnya. Dengan langkah santai walau agak sedikit malu akibat ulahnya.
"Kayaknya bahagia banget kak ?? Knpa ?? Krmaren juga nangis. Kamu tu aneh deh"

Yang ditanya hanya menyengir, ia tak mungkin mengatakan pada orang tuanya jika ia menangis karena laki-laki yang sangat ia cintai. Walau cinta bertepuk sebelah tangan.
"Aku gak papa koq Ma. Cuma lagi....ya gitu deh. Biasa anak muda, emosinya gak stabil. Hehehehhe.."

"Lain kali jangan buat orang tu khawatir lagi ya !!! Mama kamu sampai pingsan "

Raya yang dinasehati oleh papanya hanya mengangguk tanda mengerti.
Walau sebenarnya hatinya tersayat-sayat. Ia tetap tak akan bergeming. Hatinya tak akan bergeser sedikitpun. Tetap pada porosnya. Ryan Aryandi.

Setelah menghabiskan sarapannya ia langsung pamit. Entah kenapa hari ini ia sangat ingin mengendarai sepeda. Ya, sepertinya tak buruk jika ia sesekali memakai sepeda,sudah lama juga ia tak pernah menggunakan sepeda miliknya. Kira-kira 2 bulan yang lalu? Atau 3 bulan yang lalu? Atau 1 bulan yang lalu. Astaga!!! Bagaimana bisa ia sekarang menjadi sangat pelupa ??.
Sepertinya ia kurang berdzikir , dan sepertinya juga ia terlalu banyak dosa. Ya Allah,, ampuni hamba mu yang penuh dosa ini.

Inilah yang ia sukai ketika naik sepeda, mengayuhnya,merasakan angin yang berhembus, melihat begitu lenggangnya jalan raya di jam ini. Yang jelas begitu menyenangkan. Dan yang paling menyenangkan lagi ketika bertemu dengan pujaaan hati. Siapa lagi kalau bukan babang Arya.

Tak sia-sia ia naik sepeda pagi ini. Jodoh emang gak kemana.
Raya mengayuh sepeda lebih cepat agar bisa menjajari sepedanya dengan pujaan hati.

Raya tersenyum manis kearah laki-laki disampingnya. Sepertinya ia sudah melupakan kejadian yang menimpanya kemarin. Yah, cinta melupakan segalanya, sepertinya kecintaaannya terhadap Arya lebih besar daripada keorang tuanya.tapi boong.

Arya yang ditatap terus merasa risih,bolehkah ia menendang sepeda gadis yang disampingnya ini agar ia menjauh darinya ? Ia begitu sesak jika gadis itu disampingnya.
Arya menghela nafas panjang, kenepa gadis ini masih saja menempelinya ? Apa kata-kata kemarin tak cukup baginya untuk menjauh ?

"Bisa gak sih lo jauh-jauh dari gue ?"

Raya menoleh ke arah Arya kemudian menggeleng tegas, ia kemudian menepi dan diikuti oleh Arya. Ini kali pertamanya Arya ikut berhenti jika berbicara padanya.

"Kayak yang sering di bilang dinovel walau di dekatmu aku merasa sakit, namun jauh darimu lebih membuat ku merasa sakit karena..."
Raya menggantung ucapannya.

"Karena ?" Arya mengerutkan keningnya menunggu apa yang akan dilontarkan gadis itu.

Ada perasaan bahagia dalam diri Raya,pertama kalinya Arya menaggapi ucapannya. Bisakah ia bersatu ?itu hanya harapan. Boleh berharap bukan ?.

"Malah senyum-senyum. Karena apa ?"

"Karena Serangan..." lagi-lagi Raya menggantung ucapannya membuat Arya mendengus sebal. Andai saja ia tak bicara pada gadis ini.

Raya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang