Elina’s Horror Diary
Horror/07
#SenyumKeesokan harinya aku bangun cukup pagi sekitar jam 5. “Emmm... aku lebih baikan sekarang” kataku dalam hati sambil meregangkan tangan. Aku berjalan keluar kamarku, dan menuruni tangga untuk menuju ke toilet. “Ibu pagi-pagi sudah bangun, sepertnya dia sedang memasak sesuatu” kataku dalam hati, sambil melihat ibu dari lantai dua. Aku menuruni tangga, ibukupun terkejut melihatku, “Ehh? Pagi sekali kamu bangun Elina, kamu harusnya istirahat dulu,” kata ibuku dengan tatapan cemas. Akupun menyaut, “Tidak, aku sudah lebih mendingan”. “Syukurlah” kata ibuku sambil tersenyum bahagia.
Akupun berjalan ke toilet untuk membasuh muka, air dalam bak mandi sungguh dingin. “Brrr... dinginnya,” kataku dalam karena kedinginan. Aku mebilas wajahku dengan air beberapa kali, lalu mengeringkannya dengan handukku. Aku keluar dari toilet, dan menanyakan pada ibu apa ada hal yang bisa dibantu, “Ibu, apa ada yang bisaku bantu?”. “Ahh- tidak usah, ibu bisa melakukannya sendiri” ibuku menolak untuk dibantu, tapi aku tetap memaksanya dengan mendekatinya. “Biar aku bantu bu,”. Ibuku menyaut, “Baiklah-baiklah kamu potong sayuran, bawang merah, bawang puting, dan cabai besar, sementara ibu memotong ayamnya” ibuku akhirnya membiarkanku membantunya. “Baiklah bukan masalah” kataku dengan semangat membantu.
Karena percakapan kita tadi, ayahku juga bangun lebih pagi. Dengan menguap ia menuruni tangga, “Whhm... kenapa kamu bangun sepagi ini Elina?” tanya ayahku. Akupun menjawab, “Aku akan pergi kesekolah hari ini, jadi aku bangun pagi untuk menumpang taksi dan pergi ke sana,” “Tapi, apa kamu sudah benar-benar sehat?” tanya kembali ayahku. “Iya aku sudah lebih sehat dari sebelumnya” jawabku sambil tersenyum.
Beberapa menit kemudian sarapan yang ku buat bersama ibupun jadi, Yotshu bangun dan menuruni anak tangga dengan ekspresi dinginnya. Adikku memang anak yang pendiam, dia jarang berkomunikasi. “Haaii, Yotshu kemarilah” sapaku padanya. Dia kemudian berjalan menuju meja makan dan duduk di meja bersama aku dan yang lain. Kami makan bersama dengan keharmonisan dan kehangatan kekeluargaan. Ayah membicarakan beberapa kejadian lucu di tempat kerja, yang membuat aku tertawa. Beberapa menit kemudia aku selesai makan dan langsung mandi untuk bersiap menuju kesekolah.
setelahnya aku pun memakai seragam dan juga membawa buku-buku serta hp jadul untuk berjaga-jaga. “Ibu, aku berangkat” kataku sambil berjalan di halaman depan rumah menuju jalan raya. Aku menunggu beberapa menit di dekat toko yang sudah tutup, dan di sebrang toko buku yang masih belum buka. Kondisi jalanan masih lumayan sepi, lampu jalanan juga masih mennyala. Kebanyakan orang-orang disini beraktivitas jam 8 pagi. Aku melihat papan reklama mengenai kado ulang tahun dan teringat dengan ulang tahun Yotshu, “Ahh! sayang sekali, aku tidak bisa membelikan kado untuknya. Hanya tersisa 5 hari sebelum ulang tahunnya” kataku dalam hati, dengan nada kesal
Setelah menunggu beberap menit, akhirnya taksipun tiba. Aku melambaikan tangan, dan taksipun berhenti di depanku. Akupun masuk dan memberitahu arah tujuanku, “Pak, tolong antarkan saya menuju jalan Chowa,” kataku pada pak supir itu. Setelah mendengarku bicara ia hanya diam dan mengangguk. Beberapa menit kemudian, aku sampai di jalan dekat sekolahku. Aku turun dari taksi dan mengambil uang yang telah ibuku berikan sebelumnya, “Ini pak uangnya,” aku menjulurkan uang dari kaca bagian depan tapi dia tidak menjawabku sama sekali, pandangannya hanya menuju kearah depan. Aku mengetok kaca bagian depan dan kacapun terbuka, wajah dari supir itu memutar ke arahku. Sunyumnya yang sangat lebar sampai ke batas bawah telinga, dan juga mata yang besar melotot padaku, membuatku takut. Aku langsung menjatuhkan uangnya di kursi depan dan berdiri diam ketakutan.
Kaca jendela mulai menutup perlahan, dan dia masih saja menatapku. Taksi itupun berjalan meninggalkan aku, senyum seram dari supir masih menatapku walau dia sedang berkendara, kepalanya berputar sampai kebelakang, dan terus menatap ku dengan senyuman anehnya, sampai perlahan dia tak terlihat lagi di ujung jalan. Akupun melihat kanan kiri dan merasa sangat ketakutan, susana jalan yang sepi dan juga gelap yang hanya diterangi lampu jalan, membuatku merinding ketakutan. Akupun segera pergi menuju sekolah, dan melupakan apa yang aku lihat barusan.
Horror/07
#SenyumElina’s Horror Diary
Stories and Written
By Nui Yakazi
KAMU SEDANG MEMBACA
Elina's Horror Diary
HorrorElina seorang gadis biasa yang hidup di sebuah kota kecil. Hal-hal aneh dan horror sering menimpanya setiap saat. Tetapi orang-orang sekitarnya tidak mempedulikan hal itu, dan masih menganggapnya hal biasa. Apa yang sebenarnya kota itu sembunyikan...