The most important moments are the ones that make you realize there's no turning back. You've crossed a line, and you're stuck on the other side now.Momen terpenting adalah momen yang membuatmu menyadari bahwa tidak ada jalan untuk kembali. Kau telah melewati batas, dan kau terjebak di sisi lain sekarang.
—
"Wednesday!" Teriakan itu berasal dari Bibi Gretel. "Nessie!" Teriaknya lagi.
"Ya, Bibi Gretel," Wednesday keluar dari kamarnya lagi setelah menyusun barang-barang bekas—hadiah natalnya itu di dalam lemarinya. Ia berjalan menuju ruang utama.
Dia hanya bisa memandang dengan iri saat melewati sepupu-sepupunya yang sedang asik membuka kado baru di depan pohon natal.
Bibi Gretel memberikan—melemparkan lebih tepatnya—kemoceng bulu kepada Wednesday, "Nih, bersihkan pajangan-pajangan di rak, dan ingat, jangan sampai ada sisa debu apapun! Tamu penting kami akan datang nanti siang," katanya.
Dan Wednesday seperti biasa mengambilnya dan mulai membersihkan ruangan itu.
Keluarga Tournier masih memajang foto mendiang ibu Wednesday di ruang utama. Menurut Wednesday, ibunya cantik. Tapi memang tidak mirip sama sekali dengannya.
Sejauh yang dia ingat, pertanyaan pertama yang dia tanyakan kepada neneknya saat mereka bersama berdoa dihari kematian ibunya adalah dimana ayahnya sekarang.
Apa ayahnya masih hidup atau tidak. Dia masih tidak tahu sampai sekarang.
"Kami tidak tahu dan toh dia tak pernah datang mencarimu," jawabnya.
"Dan jangan tanya-tanya lagi."
Jangan tanya-tanya—itu peraturan pertama nenek Mathilda kepadanya.Oh dan dia juga pernah menambahkan, "Kalau dia (ayahnya) mau mengambilmu daridulu juga sudah kami berikan," katanya begitu.
Dari antara banyak kemungkinan yang ada, Wednesday selalu mempercayai kalau ayahnya pastilah masih hidup tapi mungkin hanya tak tahu keberadaannya sekarang.
Paman Sebastian masuk ruangan ketika Wednesday sedang membersihkan tepi perapian.
"Sisir rambutmu!" perintahnya, sebagai ucapan selamat paginya. Paman Sebastian selalu benci melihat rambut Wednesday yang panjang dan terurai berantakan.
Sebab dia punya dua anak perempuan dan mereka selalu tampil rapih. Tapi itu curang! Jelas rambut mereka selalu dirapihkan dan digunting oleh Bibi Nora. Sedangkan Wednesday harus mengurus semuanya sendiri.
Belum lagi setelah bangun pagi dia harus membersihkan rumah. Dan kadang seperti sekarang, Bibi Gretel meneriakki nya ke dapur untuk membantu Poppy—peri rumah mereka menyiapka makanan untuk tamu.
Setelah melihat jam mendekati angka 12, Mathilda menyeret Wednesday keluar dari dapur dan melemparnya ke dalam kamar.
"Dengar baik-baik," katanya. "Keluarga Black adalah tamu yang sangat penting bagi kami, mereka tak tahu tentangmu dan harus terus begitu. Jadi aku peringatkan mulai dari sekarang, kalau aku sampai mendengar ada suara—sekecil apapun—kau tak akan dapat makan malam hari ini sampai minggu depan, mengerti?"
"Ya, aku mengerti, aku akan diam di kamarku dan aku tak akan melakukan apapun," jawab Wednesday menunduk.
Lama kemudian Wednesday masih berbaring di dalam kamarnya yang gelap, ingin sekali rasanya punya arloji. Dia tidak tahu jam berapa sekarang.
Keluarga Black adalah keluarga kaya yang sama kuno nya dengan keluarga Tournier. Suami istri Black, namanya Druella dan Cygnus Black biasanya datang dengan tiga putri mereka yang sudah remaja, namanya Bellatrix, Andromeda dan Narcissa. Kadang yang datang Orion dan Walburga, dan anak mereka namanya Sirius dan Regulus Black.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [Harry Potter FanFiction]
Fanfiction[hiatus sementara] Hiraeth (hi-raeth) a deep, inborn sense of yearning for a home, a feeling, a place or a person that is beyond this plane of existence. ;rasa kerinduan yang dalam dan bawaan sejak lahir akan rumah, perasaan, tempat, atau seseorang...