Keesokan harinya, Snape tidak lupa untuk memberikan detensi kepada Wednesday Rosier dan Rolf Scamander. Mereka berdua mendapat hukuman untuk mengelap trofi-trofi lama.Wednesday cukup merasa senang dengan hukuman itu, karena dia menemukan banyak trofi ibu dan ayahnya. Diantaranya adalah trofi bertulisan :
T.M. Riddle.
Penghargaan untuk pengabdian istimewa kepada sekolah.Wednesday selalu mengagumi ayahnya dari semua yang ia baca dalam buku harian ibunya. Tentu saja, Trisha (ibunya) selalu mengagumi Tom selama masa sekolahnya, jadi dia menuliskan segala hal yang baik-baik tentangnya. Sehingga sekarang, saat anak mereka membacanya, dia sama sekali buta akan segala kejahatan sang ayah. Dia benar-benar tidak tahu apapun kekejaman yang dibuat oleh ayahnya.
Rolf menggosok trofi milik Minerva Mcgonagall dengan sungguh-sungguh sedangkan Wednesday asal-asalan. Dia sudah mulai malas setelah dua jam kemudian.
"Pssstt, Rolf," panggilnya pelan-pelan setelah Argus Filch—yang ditugaskan oleh Snape untuk memantau mereka, sedang pergi karena dipanggil oleh Dumbledore.
"Apa?" Rolf menoleh.
Wednesday berseringai, "Kita kabur aja yuk," dia langsung berdiri dengan bersemangat dan meletakkan trofi yang tadinya ada dipangkuannya, pindah ke sampingnya.
"T-tapi..." Rolf belum sempat melanjutkan perkataannya ketika Wednesday tiba-tiba menyambar dan menarik tangannya menuruni anak tangga.
Wednesday membawa Rolf ke dapur karena dia merasa lapar. Mereka tidak sempat ikut jam makan terakhir.
Lokasi dapur berada di bawah, dekat dengan asrama Hufflepuff.
Ada empat meja kayu panjang yang berdiri di dapur Hogwarts, yang diposisikan persis di bawah empat meja rumah di Aula Besar di atas.
Saat itu meja-meja itu kosong, karena makan malam telah usai, tetapi Wednesday menduga satu jam yang lalu meja-meja itu penuh piring makanan yang dikirim ke atas menembus langit- langit ke meja pasangannya, di lantai atas.
Paling sedikit seratus peri-rumah kecil berdiri berkeliling di dapur, tersenyum berseri-seri, mengangguk dan membungkuk memberi hormat ketika Rolf dan Wednesday melewati mereka. Mereka semua memakai seragam yang sama: serbet teh yang bertanda lambang Hogwarts, dan diikat seperti toga.
Wednesday menyambar pie apel yang sudah dingin, yang tergeletak di salah satu meja disana. Rolf hanya ikut duduk di sebelahnya, dia terlalu takut untuk mengikuti apa yang Wednesday lakukan. Padahal dia lapar.
Rolf terus memerhatikan wajah Wednesday, lebih tepatnya bibir merah mudanya yang sedang memakan pie apel. Beberapa kali selai apel itu tersisa dipinggirnya dan dengan cepat ia menjilatnya kembali.
Rolf tergoda untuk mendekatinya—atau mencobanya mungkin. Untuk melihat apakah bibir itu rasanya akan sama manisnya dengan pie apel. Namun tiba-tiba rasa grogi itu menjalar ke seluruh tubuhnya dan membuat pikirannya mati rasa. Berkedip perlahan, Rolf kaget dan mengutuk dalam hati karenanya pikirannya sendiri.
Astaga, apa yang telah dia pikirkan.
"Kau mau?" Wednesday tiba-tiba menawarkan sepotong pie kepadanya dan Rolf mengambilnya dengan gerakan cepat, dia memakannya tanpa menatap wajah Wednesday yang sekarang keheranan dengan tingkah Rolf barusan. Dia gugup, tentu saja.
"Rolf!" panggil Wednesday tiba-tiba, mengejutkannya.
"Apa?"
"Kita ke asramamu saja yuk! Filch bisa mencari kita kesini tapi disana pasti aman!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [Harry Potter FanFiction]
Fanfiction[hiatus sementara] Hiraeth (hi-raeth) a deep, inborn sense of yearning for a home, a feeling, a place or a person that is beyond this plane of existence. ;rasa kerinduan yang dalam dan bawaan sejak lahir akan rumah, perasaan, tempat, atau seseorang...