Death can be the greatest opportunity of your life.
Kematian bisa menjadi kesempatan terbesar dalam hidupmu.
—
"Ada murid baru dari Durmstrang!" kata Hermione yang sedang berjalan sepanjang gerbong melewati gerombolan anak-anak di dalam kereta bersama Harry dan Ron.
"Anak baru? Bagaimana bisa?" Tanya Ron.
Akhirnya mereka menemukan kompartemen kosong dan Harry bergegas masuk untuk melanjutkan pembicaraan. "Darimana kau mengetahuinya, Hermione?" tanyanya.
Hermione meletakkan tasnya. "Kudengar dari anak-anak yang membicarakannya di stasiun tadi,"
"Kalau kau bilang dia dari Durmstrang palingan dia akan jadi kawanannya Draco dan anak cowok Slytherin lain," kata Ron sambil mengunyah cemilannya.
"Oh kurasa tidak, Ron, karena dia perempuan," kata Hermione lagi sedangkan Harry hanya menyimak.
Satu minggu yang lalu Wednesday baru saja dibawa ke tahun ini, yang menurutnya memang jauh lebih modern dibandingkan tahunnya. Dia bertemu dengan ayahnya dengan wujud yang tak dia sangka-sangka. Sungguh amat mengerikan.
Dan penyebabnya adalah karena seorang anak bernama Harry Potter yang dimana Wednesday memiliki tugas khusus kepadanya.
Wednesday membenci Harry sejak tahu dia adalah penyebab ayahnya hampir mati. Wednesday tak tahu apa-apa soal kejahatan ayahnya.
Dia bahkan tidak tahu di garis waktunya yang asli, ketika dia berusia delapan belas tahun, ayahnya sendiri lah yang membunuhnya.
Dia hanya berpikir kalau dia bisa menyelesaikan misinya maka dia bisa hidup dengan ayahnya untuk seterusnya.
Dia hanya seorang anak dengan latar belakang keluarga menyedihkan yang memiliki harapan bisa dekat dengan satu-satunya orangtuanya yang masih hidup.
Igor juga mengajaknya bertemu dengan keluarga Rosier, yang akan menjadi keluarga palsunya. Ada Klaus dan Morticia Rosier yang sudah menikah bertahun-tahun namun belum memiliki seorang anak pun.
Dan saat ini, Wednesday telah berada di kereta menuju ke Hogwarts bersama orang-orang yang asing baginya. Kini namanya bukan lagi Wednesday Rochelle Riddle, tapi dia yang sekarang adalah Wednesday Rochelle Rosier.
Untuk beberapa saat dia duduk sendirian sebelum akhirnya seorang anak laki-laki membuka pintu kompartemen nya.
Dia cukup jangkung, rambutnya berwarna coklat dan kusut, matanya biru, dan ada bintik-bintik di wajahnya.
"Misi, boleh aku duduk disini?" tanya nya. Wednesday mengangguk.
Kemudian anak itu masuk sambil membawa mahkluk berbentuk daun kecil yang hidup. Wednesday tak tahu itu apa. Tapi daun itu hidup dan bergerak di badan anak itu.
"Aku seperti tidak pernah melihatmu," kata anak itu. Dia menurunkan daun hidup itu dari bahu ke tangannya.
"Oh, ya, aku anak baru, anak pindahan dari Durmstrang," jawab Wednesday.
"Oh, apa yang seperti itu mungkin terjadi?"
"Maksudmu?" Wednesday mengeryit.
"Pindah di tengah-tengah tahun seperti ini, kenapa tak menyelesaikan sekolahmu di Durmstrang?"
Wednesday diam, mencari-cari alasan di kepalanya sampai akhirnya dia berkata, "A-Aku hanya tidak nyaman di sekolah lamaku,"
"Oh, begitu.. Ngomong-ngomong siapa namamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [Harry Potter FanFiction]
Fanfiction[hiatus sementara] Hiraeth (hi-raeth) a deep, inborn sense of yearning for a home, a feeling, a place or a person that is beyond this plane of existence. ;rasa kerinduan yang dalam dan bawaan sejak lahir akan rumah, perasaan, tempat, atau seseorang...