10

11 3 0
                                    

~ TERKADANG AKU INGIN SLALU MENUTUP KEDUA TELINGA KU AGAR AKU TAK BISA MENDENGAR PERKATAAN MENYAKITKAN ITU ~


Plakk.. plakk..plakk

"Hisk ampun sakit" jeritan itu terdengar sangat menyayat hati.

Tetapi tak membuat sosok itu menghentikan cambukannya dan malah tersenyum senang melihat anak kecil yang sedang meringkuk kesakitan diatas lantai yang dingin itu.

"Nyonya saya mohon hentikan" bi Siti terus memohon dengan tangisan diamnya melihat sosok yang telah dianggap anak kandungnya itu tengah disiksa.

"Awas!! Kamu mau saya pecat hah!!" jujur saja bi Siti sama sekali tidak takut akan ancaman itu tetapi ia slalu berpikir jika ia di pecat maka ia takan pernah bisa melindungi anak itu lagi.

Plakk

"Hisk.. hiskk sakit mah" Ica pun merangkak kebawah kaki mamahnya sambil terus menangis menahan sakit pada seluruh tubuhnya.

"Ampun mah Ica minta maaf Ica gak akan ulangi lagi hisk"

Riska pun (mamah Ica) melempar sabuk kearah Ica dan dengan tega menendang tubuh mungil itu dengan keras membuat Ica hanya bisa terbaring lemah dan menatap mamahnya dengan sendu.

"Awas kalau kamu ngulangin lagi atau kamu akan mendapatkan hukuman yang lebih dari ini. Inget itu!!"

Riska pun menghampiri Ita dan dengan cepat mengubah sorot matanya menjadi lembut.

"Ayo sayang kamu gak pantes dekat-dekat dengan anak penyakitan itu" ucap Riska dengan penuh kelembutan sembari merangkul anak kebanggaannya itu.

Bi Siti yang melihat majikannya telah pergi pun segera berlari dan memeluk Ica dengan erat.

"Bi" lirihan itu membuat bi Siti semakin terisak.

"Ya ini bibi.. ini bibi nak" ia menyesali kenapa tak bisa melindungi malaikat kecilnya ini.

"Ica sayang mamah" Mata ica pun perlahan tertutup dengan senyuman mengiringinya.

***

Ica terbaring di atas kasur uks dengan air mata yang mengalir dari celah air matanya. Dan tepukan dipipinya membuat Ica mau tak mau harus membuka kedua matanya.

"Kamu gapapa" tanya kak Adit.

"Iya" suara serak Ica membuat Adit berinisiatip mengambil gelas diatas meja.

"Nih minum dulu"

"Makasih" Ica pun langsung meminum air itu hingga kandas.

Adit sebenarnya ingin menanyakan apa yang membuat Ica menangis tapi melihat Ica masih lemas pun diurungkan dulu niatnya.

"Ehmm udah selesai dramanya" ucapan Leon yang berada di pojok dindingpun membuat Ica menoleh karena baru menyadari keberadaan Leon.

"Leon" Adit pun memperingati Leon.

"Apa?? Gue baru tau lo bisa pake aku-kamuan apalagi sama cewe idiot itu" sindiran serta tatapan tajam Leon menusuk Ica yang sedang menunduk.

"Lo bisa jaga bahasa ga sih??" Adit pun yang awalnya duduk langsung berdiri dan menghampiri Leon.

"Memangnya kenapa?? Ohh jangan bilang lo suka sama cewe idiot itu iya kan"

"Berhenti sebut dia cewe idiot dan emangnya kenapa kalau gue suka sama dia hah"

Mereka berdua pun terus bertatapan sengit.

"Cukup" suara Ica membuat mereka mengalihkan pandangan kepadanya.

"Bisa kalian berdua keluar??" ucapnya dengan suara pelan.

"Tch ga tau diri dasar" Leon pun melenggang pergi begitu saja.

Ica pun semakin menundukkan kepalanya.

"Kamu yakin mau ditinggal sendirian??" tanya Adit yang tiba-tiba sudah ada didepannya.

"Ya kak"

"Oke tapi kakak mau pastiin supaya kamu makan dan minum obat dulu baru kakak akan pergi"

Ica pun dengan cepat mengangguk. Sesuai perkataannya tadi Adit langsung pergi setelah Ica makan dan minum obat dan menyuruh Ica untuk beristirahat.

🌸🌸🌸

Jangan lupa Follow, Vote dan Comment ya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PINOCCHIO (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang