2. Misi Kabur Dari Tata!

5K 1K 102
                                    


"gue ke sini bukan sekalian nganterin lo, kok. gue emang mau nganterin lo."


Bukan SMA National High namanya kalau di hari pertama tidak ada kuis dadakan. Apalagi di pelajaran Kimia.

Mikana sedang ikut mendengarkan diskusi teman-temannya tentang jawaban kuis. Di tangannya, sudah tersalin jawabannya.

"Nomor 1?" koor teman sekelas yang dikomando ketua.

"A!"

Sialan. Mikana menjawab C.

"Nomor 2?"

Pasti A. Pasti sekarang A.

"C!"

BANGSAAAT.

"Mik, ngapain?!" tanya teman sebangku Mikana, melihat ngeri kertas salinan jawaban Mikana diremas sedemikian rupa.

Mikana bangkit dari bangkunya dan berjalan ke luar kelas. Biarlah teman-temannya mencocokan jawaban. Mikana yakin jawabannya akan berbeda jauh dari jawaban dominan.

"Udah muka nggak bening, otak juga bego," sungut Mikana. "Tau-tau udah 17 tahun."

Saat Mikana sedang berjalan-jalan di selasar koridor untuk mendinginkan kepala, Mikana melihat gerombolan siswa-siswi di ruang guru. Penasaran, Mikana ikut menengok apa yang terjadi. Apa lagi-lagi ada siswa yang diomelin sampai menangis? Memang sekolah ini keterlaluan kejamnya.

Ah. Alumni. Dengan jaket almamater kebanggaan mereka. Ada yang warna kuning, biru, hijau. Mikana bertanya-tanya jaket warna apa yang nanti akan ia pakai? Tetapi, lebih baik memikirkan itu ketika kelas dua belas. Kelas sebelas waktunya main-main, bukan?

"Mikana!" panggilan dari gerombolan di depan membuat Mikana tersadar dari lamunannya.

Wajah Aslan menyembul dari gerombolan. Disusul dengan gerombolan anak-anak dari teman ayah Mikana. Rupanya mereka sedang berkumpul. Mikana melirik Tata yang berada paling belakang.

Rupanya pula, Tata mengantarnya sekalian berkumpul bersama teman-temannya.

Menjadi anak paling kecil setelah Ladit di "keluarga besar" orangtuanya, Mikana sudah paham betul kalau bertemu, pipinya selalu dijadikan sasaran kegemasan mereka padanya. Seperti Kak Anggi yang sejak tadi menggembil pipi Mikana dan mengatakan kenapa Mikana jarang sekali ke rumah Kak Anggi.

Ya karena pipi saya digembil-gembil begini, Kak.

"Heh, Anggi. Pipi orang melar, entar," tegur Tata.

"Eh iya, maaf," Anggi melepas dengan cepat pipi Mikana. Seolah tersambar petir, Anggi melihat Tata dan Mikana bergantian. "Eh, guys. Kita ke kantin, yuk. Ta, lo di sini sama Mikana, ya! Liatin tuh pipi Mikana melar apa enggak. Kan lo yang khawatir."

Semua orang sekarang tersambar petir. Aslan mengirim jempol pada Tata. Anggun dan Anggrek mengedipkan sebelah mata pada Mikana. Bryce menepuk-nepuk bahu Tata seolah mengatakan, "Lo pasti bisa."

Dan sejurus kemudian, hanya tersisa Mikana dan Tata. Mikana akhirnya bergerak kaku ke balkon dan bersandar di sana, melihat teman-temannya sedang main bola basket di lapangan.

"Gue ke sini bukan sekalian nganterin lo, kok. Gue emang mau nganterin lo," sahut Tata tiba-tiba.

"Idih, nggak nanya."

"Kali aja lo kepikiran."

Mikana menatap Tata sengit. "Biasa aja tuh. Ngapain juga kepikiran lo?"

TRS Universe (2) - I Wish We Never MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang