Lucu nggak cover IWWNM yang baru 😍
Yang mau ikut grup chat Fanbase Wulanfadi di WhatsApp, bisa menuju link ini, ya: bit.ly/fanbasewulanfadi
Obrolannya santai banget, sering receh juga, jangan ragu buat ikutan dan say hi!
Sakti melayang santai mengikuti langkah terburu-buru Mikana. Dari deru napas tidak beraturan Mikana, Sakti sudah bisa menebak apa yang sekarang ada di kepala sahabatnya itu. Ketika mereka sampai di parkiran, Mikana menengok kanan-kiri. Sakti ikut menengok. Tidak ada siapa-siapa di sekeliling mereka.
Mata Sakti sontak memejam begitu Mikana menatapnya lekat.
Pasti, Sakti kena semprot.
Satu ... dua ... tiga ... eh, kok ... hening?
Perlahan, Sakti membuka mata kanan, sementara mata kiri masih terpejam takut-takut. Barulah kedua mata Sakti melebar tatkala melihat wajah Mikana memerah, tanda bahwa perempuan itu menahan tangisnya.
"Ke-ke-kenapa, Mik?"
Bisa gawat kalau bapaknya tahu anaknya menangis karena Sakti.
"Gue pikir lo pergi ... ninggalin gue ... nggak pamit dulu ...."
Sakti termenung. Terakhir kali suara Mikana separau itu adalah ketika merindukan Tata yang sedang studi di luar negeri. Waktu itu, Mikana juga mengucapkan hal yang nyaris sama–bahwa Tata pergi tanpa berpamitan dengannya.
Sepertinya, kepergian seseorang tanpa tanda, masih menjadi hal yang menakutkan bagi Mikana.
Kini, Mikana sudah menutup wajahnya dengan kedua tangan. Pose seperti itu adalah pose siap nangis ala Mikana. Sakti tahu, karena tiap kali Mikana gagal mengajak siswi sekelasnya berteman, Mikana akan melakukan itu di depan Sakti.
"Gue lega banget liat lo lagi. Meski masih jadi setan pun, nggak apa-apa."
Ocehan Mikana yang sebelas dua belas dengan bapaknya pun masih melekat.
Sakti tersenyum kecil. Melayang mendekati Mikana, kemudian mengulurkan tangannya di kepala cewek itu.
"Dingin!" pekik Mikana refleks.
Tentu saja. Tembus.
"Jangan nangis makanya."
Haru biru yang tadi dirasakan Mikana, tampaknya sudah tergerus habis karena ocehan Sakti. Lihat. Sekarang, alis Mikana mengerut kesal dengan bibir yang mencebik.
Entah sejak kapan, Sakti hapal apa yang Mikana rasakan dan pikirkan lewat ekspresi cewek itu.
"Lo bayangin sendiri deh, Sak, gimana semaputnya gue pas lo tiba-tiba ilang. Sekarang, lo tiba-tiba nongol. Udah kayak setan, tau, nggak?"
"Emang gue setan," celetuk Sakti.
Ups. Wajah Mikana berubah garang. Siaga satu, Guys.
Berpura-pura tak sadar, Sakti kini mengganti posisi menjadi tiduran, menatap langit oranye pekat.
"Lo bisa jenguk gue di sini, lo udah tau?" tanya Sakti sarat makna.
Ada hening sejenak.
"Kenapa lo nggak bilang ke gue?" Pertanyaan Mikana memecah hening itu. "Atau lo juga nggak tau?"
Sakti mengecek ekspresi Mikana. Matanya masih memerah, namun setidaknya napas Mikana sudah teratur. Pandangan matanya juga fokus menatap Sakti.
"Awalnya gue nggak tau," Sakti mulai bercerita, kembali menatap awan yang berarak di langit. "Tapi, perlahan-lahan gue sadar. Lo inget nggak waktu lo tiba-tiba ngasih tau gue kalo kakaknya temen lo mukanya mirip banget sama gue? Kayaknya mulai dari situ. Karena kepo, gue diem-diem ngikutin temen lo, Iky-Iky itu, dan pas sampe rumah itu ... gue inget semuanya. Siapa gue sebenernya. Alasan kenapa gue ada di sini."
![](https://img.wattpad.com/cover/251480578-288-k550656.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TRS Universe (2) - I Wish We Never Met
Novela Juvenil[SEASON FINALE] Punya indera keenam membuat Mikana kesulitan sejak kecil. Pasalnya, dia akan berteriak histeris bila berjumpa dengan Paman Mata Bolong atau Aunty Sundel Bolong. Karena itulah, dia jadi dijauhi oleh teman seumurannya. Hanya Kak Tata d...