Violet mengamati punggung Iky dari jauh. Cowok itu tengah menyapu halaman depan bekas acara bakar-bakar tadi pagi. Danial sudah pulang lebih dulu karena keluarganya ada acara lain yang mengharuskan Danial hadir.
"Jangan ngomong yang aneh-aneh ke Iky," itu pesan Danial pada Violet sebelum ia pergi.
Mengatakan yang aneh-aneh? Sekarang saja, Violet tidak tahu harus mengatakan apa pada Iky.
Karena sekarang, Iky sudah tahu bahwa Mikana sama sekali tidak menyukainya.
Sebenarnya, Violet sudah tahu itu. Cara Mikana memandang Iky tidak sama seperti cara Violet. Mikana tidak canggung bersama Iky sementara Violet menutupi canggungnya dengan bertengkar dan berargumen. Mikana tidak peduli pada Iky atau menunggu kapan Iky memberikannya perhatian, sementara Violet sering diam-diam melirik ke arah meja Iky, penuh harap.
Dan mengetahui Mikana tidak menyukai Iky sementara Iky sungguh-sungguh menyukai Mikana ... membuat Violet kesal setengah mati.
Setelah kejadian menggegerkan di ruang baca, Mikana dijemput oleh kedua orangtuanya. Orangtua Mikana tidak memperkarakan apa yang terjadi, mereka malah meminta maaf pada Iky karena sudah membuat keributan. Tampaknya, orangtua Mikana tahu jelas apa yang terjadi pada anaknya.
Apa hidup Mikana memang sesempurna itu ya? Sampai memiliki orangtua yang mengerti dan menyayangi anaknya seperti itu.
Violet ... iri.
"Yang lo bilang bener."
Suara Iky memecah hening. Cowok itu tetap menyapu, tetap memunggungi Violet. Sampai-sampai Violet membutuhkan beberapa detik untuk yakin bahwa suara tadi berasal dari sahabatnya.
"Yang gue bilang apa?" tanya Violet.
"Kalo cuma gue doang yang berusaha. Mikana nggak."
Sesaat, Violet tidak tahu harus mengatakan apa. Bukannya kadang seperti itu? Orang lain jelas melihat ada kejanggalan, namun orang yang menjalaninya sama sekali tak menyadarinya. Apalagi, Violet sahabat Iky. Violet tahu jelas apa yang tengah terjadi.
"Lo boleh kok, Vi, bilang," Iky mengubah suaranya jadi agak cempreng. "Tuh kan, gue bilang juga apa~"
Violet mengernyitkan dahi. "Suara gue nggak gitu-gitu amat, ya, mohon maaf."
Iky tertawa, padahal Violet tahu jelas apa yang ada dalam hatinya sekarang.
Usai menyapu, Iky duduk di sebelah Violet, memandangi halaman depan yang sudah kembali bersih dan rapi. Mereka terdiam untuk beberapa saat.
"Kok lo belum pulang?" tanya Iky sedikit melirik pada Violet.
Violet balas melirik Iky. Tak lama, karena setelahnya Violet memandang ke depan.
"Pulang aja, Vi. Danial aja dari tadi udah pulang."
"Karena gue nggak mau ninggalin lo sendirian."
Jantung Violet rasanya mau meledak mendengar ucapan yang keluar dari mulutnya sendiri. Namun, Violet sudah lelah berpura-pura dan mengalah. Biarlah dia jadi badutnya di sini.
Violet menatap Iky tepat di manik mata.
"Karena orang yang gue suka, sekarang lagi terluka."
Karena nyatanya, bagi Violet, tetap menjadi sahabat ketika perasaan lain telah bertumbuh, hanya akan menimbulkan rasa sakit tak berkesudahan.
Dan Violet lebih memilih mengungkapkan.
Seketika, Violet mengingat pesan Danial beberapa saat yang lalu. "Jangan ngomong yang aneh-aneh ke Iky."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRS Universe (2) - I Wish We Never Met
Ficção Adolescente[SEASON FINALE] Punya indera keenam membuat Mikana kesulitan sejak kecil. Pasalnya, dia akan berteriak histeris bila berjumpa dengan Paman Mata Bolong atau Aunty Sundel Bolong. Karena itulah, dia jadi dijauhi oleh teman seumurannya. Hanya Kak Tata d...