41. Obrolan Malam Hari Keluarga Astyan

2.1K 482 100
                                    

Kalau tahu ada orang yang sedang bersedih, bukannya ikut berduka, Tata malah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau tahu ada orang yang sedang bersedih, bukannya ikut berduka, Tata malah ... makin ramai.

Tata melirik Mikana yang tengah menaruh piring di meja ruang keluarga, sementara ia membuka bungkus McD.

"Yang spicy, Ta?" tanya Mikana.

Tata tersenyum lebar sampai ke mata. "IYA DOOONG!!!"

Duh, kayaknya pipi Tata keram, deh ....

Mikana mendengkus geli, ia duduk di sebelah Tata sambil menyalakan televisi. Siaran sinetron remaja tengah berjalan.

"Lo denger dari siapa?" tuduh Mikana langsung.

Tata meneguk ludah. Baru saja ia menaruh pantatnya di sofa selama dua menit, Mikana sudah menebak jelas apa yang terjadi. Sikap cepat tanggap dan peka situasinya itu pasti turunan dari Tante Luna, mengingat Om Mika yang selama ini Tata lihat lebih sering bersikap selebor.

"Denger ... denger apaan?" tanya Tata, menggaruk tengkuk sembari tertawa canggung.

"Nggak mungkin dalam sejarahnya ya, Ta, lo bawain makanan favorit gue kalo lo belum tau."

Tata menatap lekat Mikana yang sudah mengambil salah satu ayam spicy dan memakannya bersama nasi menggunakan tangan. Kedua kakinya menyilang, naik ke atas sofa. Pose yang sangat nyaman sekali, rupanya.

Tata ke dapur mencuci tangan, lalu kembali ke ruang keluarga untuk ikut makan bersama Mikana.

"Lo nggak nyaman ya, kalo gue tau?" tanya Tata pelan sambil mencomot satu ayam crispy. Tingkat toleransi pedasnya Tata memang sangat jauh di bawah Mikana.

"Ya, bukannya nggak nyaman, sih. Nggak heran. Mama sama Papa, eh, Papa sih, mulutnya kan rada ember."

Tata tersenyum kecil. Tanpa Tata beri tahu pun, Mikana sudah bisa menebak siapa yang memberitahu Tata. Gen Tante Luna ... memang luar biasa.

"Lo mau ngomongin ini? Atau mau makan aja?" tanya Tata hati-hati.

Mikana mengangkat kedua bahunya. "Nggak tau, Ta," ia mengambil minum es teh lemon sesaat. "Diomongin, nyesek. Nggak diomongin sama nyeseknya."

Yah, mengetahui bahwa sahabat tak kasat matamu ternyata orang yang pernah menyelamatkanmu dari maut, memang bukan hal yang dijumpai sekali dua kali. Bahkan, kemungkinannya terjadi mungkin sangat kecil.

"Gue cuma mikir aja sih, Ta, kayaknya, kalo Sakti waktu itu nggak nyelametin gue, dia bisa bahagia sama bokap nyokapnya."

Tata berhenti mengunyah. Matanya kini menatap tajam mata kosong Mikana. "Mikana," tegur Tata tegas.

Piring Mikana kini berada di pangkuan. Dengan tangan kiri yang bebas, Mikana mengusap wajahnya. "Gue cuma pengin Sakti tuh bahagia lagi sama keluarganya, Ta."

Sebelum Mikana meracau yang aneh-aneh lagi, Tata mengambil McFlurry, menyendokkan sebanyak-banyaknya, dan menyorongkannya ke mulut Mikana yang pas banget lagi terbuka. Mata Mikana mengerjap kaget, ia mengunyah McFlurry tersebut.

TRS Universe (2) - I Wish We Never MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang